dalam pelaksanaan program bimbingan konseling. Penilaian segera, penilaian jangka pendek, atau penilaian jangka panjang hampir tidak pernah dilaksanakan
oleh konselor. Jadi konselor tidak dapat memantau seberapa besar keberhasilan layanan yang diberikan kepada peserta didik, dan apakah peserta didik
membutuhkan layanan tindak lanjut pada permasalahan yang dihadapinya. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan konseling sangat perlu
dilakukan guna mengetahui keberhasilan layanan, ketepatan layanan, dan menyusun tindak lanjut jika dibutuhkan untuk membantu permasalahan yang
dihadapi peserta didik. Konselor memang seharunya melakukan kegiatan evaluasi agar bisa mengontrol kinerjanya dalam kegiatan bimbingan konseling.
4.2.4.2.2 Sarana dan Prasaranan Bimbingan Konseling
Faktor terakhir pada faktor non personal faktor determinan kesenjangan antara program bimbingan konseling dengan pelaksanaannya adalah sarana dan
prasaranan bimbingan konseling. Didalam melaksanakan semua kegiatan bimbingan dan konseling disekolah tentunya harus didukung oleh sarana
prasarana yang memadai dan terstandar. Hal ini menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi untuk tercapainya sebuah tujuan bimbingan dan konseling
disekolah. Sarana dan prasarana yang memadai mendukung tercapainya tujuan bimbingan dan konseling. Sekolah seharusnya menyediakan sarana dan prasaran
yang terstandar untuk kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Ruang konseling individu yang nyaman, instrumen non tes maupun tes yang terbaru,
maupun majalah dinding sebagai sarana pemberian informasi kepada siswa. Terkadang sekolah mengesampingkan sarana dan prasarana pelayanan bimbingan
dan konseling, sekolah hanya menyediakan ruangan khusus BK tetapi tidak diperhitungkan bagaimana kenyamanan siswa untuk mengikuti proses konseling
seperti tersedianya ruang konseling individu yang khusus dan terjamin kenyamanannya. Pihak sekolah dan konselor kurang memperhatikan hal semacam
itu. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan sarana dan prasaranan pelayanan
bimbingan dan konseling termasuk faktor non personal yang menghambat dengan kategori tinggi. Karena di SMP N Se- Kota Semarang rata
– rata belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan mendukung pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling , karena mereka masih beranggapan pelayanan bimbingan dan konseling tidak terlalu membutuhkan sarana dan prasarana karena
tidak terlihat kinerja konselor dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Ruang konseling di beberapa sekolah belum layak untuk digunakan
sebagai ruang konseling. Sekolah masih belum memiliki ruangan khusus konseling individu atau sekolah yang sudah memiliki ruang khusus konseling
individu, masih belum nyaman untuk digunakan dalam proses konseling karena berbatasan dengan ruang UKS yang hanya dibatasi bilik kayu yang kemungkinan
masih dapat mendengar pembicaraan dari ruang sebelah. Rak penyimpanan administrasi siswa di beberapa sekolah sudah cukup baik
dan rapi untuk menyimpan data – data siswa. Selain itu di setiap sekolah sudah
tersedia fasilitas komputer, printer serta layanan internet untuk mempermudah
konselor mengakses informasi terbaru untuk meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling di luar jam pelajaran. Namun ketersediaan sarana internet ini justru
lebih sering digunakan konselor untuk mencari informasi lainnya yang tidak berhubungan dengan bimbingan konseling dan menjadi sibuk sendiri didepan
komputer. Seharusnya ruang bimbingan dan konseling dibuat senyaman mungkin
untuk mendukung keefektifan pelaksanaan konseling dan menjaga kerahasiaan siswa. Kelengkapan ruang bimbingan dan konseling harus diperhatikan oleh
konselor dan dibantu oleh kepala sekolah untuk melengkapi dan memberikan dukungan dana operasional. Sehingga segala kebutuhan dalam kaitannya
pemberian layanan yang optimal kepada peserta didik dapat terwujud.
4.3
Keterbatasan Peneliti
Meskipun penelitian ini telah dilaksanakan sebaikmungkin, akan tetapi penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya sebagai berikut :
1 Kemungkinan jawaban tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari
respponden karena alasan – alasan tertentu, seperti ada kecenderungan
individu untuk menilai diri sendiri lebih baik atau buruk dari kondisi sebenarnya, tidak sesuai dengan keadaan dirinya meskipun peneliti sudah
berupaya menjelaskan kepada responden untuk jujur dalam menjawab pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2 Kekurangpahaman responden tentang maksud dari penelitian, sehingga
konselor kesulitan dalam mengisi angket yang dibagikan, mesikpun peneliti
sudah menjelaskan maksud dan tujuannya dan menjelaskan setiap pernyataan yang tidak dimengerti oleh responden.
3 Keterbatasan waktu dan keterbatasan perijinan dari pihak sekolah yaitu
perijinan penelitian ke sekolah yang terhambat karena sekolah melempar surat perijinan dari tangan ke tangan sampai akhirnya hilang.
4 Kesulitan dalam mencari teori mengenai faktor determinan kesenjangan
antara program bimbingan konseling dengan pelaksanaannya. 5
Ada beberapa komponen yang belum sampai diungkap yang menjadi faktor determinan kesenjangan antara program BK dan Pelaksanaannya, seperti pada
komponen faktor personal konselor yang didalamnya masih ada indikator- indikator lain yang belum diungkap.
135
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian faktor determinan kesenjangan antara program bimbingan konseling di SMP N Se-Kota Semarang dapat disimpulkan
bahwa: 5.1.1 Program bimbingan konseling di sekolah sudah disusun dengan baik.
Didalam program bimbingan konseling yang dibuat konselor sudah berisi kelengkapan administrativ seperti visi misi bimbingan konseling, kalender
pendidikan, daftar kebutuhan peserta didik, dan program bimbingan konseling yang memuat program tahunan, program semesteran, program
bulanan, program mingguan, program harian yang dilengkapi dengan SATLAN, SATKUNG dsb.
5.1.2 Pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah masih kurang baik terbukti dari banyaknya kegiatan yang telah terprogramkan gagal terlaksana. Dari
sembilan layanan dalam pola 17 plus layanan informasi merupakan layanan yang mendekati sempurna dalam pelaksanaannya, sementara itu
layanan yang pelaksanaannya diluar kelas masih banyak kegagalan, seperti layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok yang
hampir tidak pernah dilaksanakan. 5.1.3 Antara program bimbingan konseling dengan pelaksanaannya memang
terjadi kesenjangan yang cukup besar ini terbukti dari banyaknya layanan