tersebut ke dalam proses perencanaan pengembangan kualitas hidup dan kehidupan manusia Rustiadi, 2009. Lebih lanjut Kajian perencanaan dan
pengembangan wilayah selanjutnya didasarkan pada upaya untuk
memenuhi kebutuhan ilmu-ilmu kewilayahan yang berkembang kearah kebijakan dan perencanaan. Bidang kajian ini berupaya menjawab permasalahan
perkembangan wilayah yang tidak terbatas pada “mengapa” namun hingga “bagaimana” suatu wilayah dibangun. Jawaban dari “bagaimana” selanjutnya
akan mencakup aspek-aspek perencanaan yang bersifat spasial spatial planning, rencana penggunaan lahantataguna lahan land use planning hingga ke
perencanaan-perencanaan kelembagaan pembangunan, termasuk proses-proses perencanaan itu sendiri Rustiadi, 2009. Berbagai teori dan konsep dalam
pengembangan wilayah tersebut di atas juga diperkaya oleh gagasan yang dikemukan oleh pemikir dalam negeri diantaranya dikemukakan oleh Sutami pada
era 1970-an dengan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur yang intensif untuk mendukung pemanfaatan potensi sumber daya alam akan mampu
mempercepat pengembangan wilayah, selain itu juga pemikiran yang dikemukakan oleh Poernomosidhi pada era transisi memberikan kontribusi
lahirnya konsep hirarki kota-kota dan hirarki prasarana jalan melalui Orde Kota.
2.2 Pilar Pengembangan Wilayah
Menurut Alkadri et al 2011, berbagai upaya yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan suatu wilayah harus dilakukan secara menyeluruh dan
terpadu, hal ini dapat berupa berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh
Universitas Sumatera Utara
pemerintah atau masyarakat setempat. Dalam mengembangkan wilayah terdapat dua pendekatan yang dilakukan yakni pendekatan sektoral atau fungsional yang
dilaksanakan melalui departemen atau instansi sektoral, dan pendekatan regional atau teritorial yang dilakukan oleh daerah atau masyarakat setempat. Kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah selama ini cenderung didominasi oleh program-program yang sangat sektoral, sehingga program yang
dilaksanakan dan dihasilkan sering kurang mencerminkan keinginan dari masyarakat setempat yang pada akhirnya banyak dijumpai hasil pembangunan
yang tidak termanfaatkan secara optimal. Pemberian otonomi kepada daerah diharapkan dapat mengurangi dominasi dari program-program sektoral sehingga
pendekatan sektoral lebih bersifat mendukung program-program regional atau teritorial.
Lebih lanjut Alkadri et al 2011, pengembangan wilayah adalah usaha mengawinkan secara harmonis sumber daya alam SDA, sumber daya manusia
SDM dan teknologi dengan memperhatikan daya tampung lingkungan. Secara lebih luas teknologi dibagi menjadi empat komponen yakni technoware,
humanware, inforware dan orgaware. Keempat komponen selalu berperan dalam sebuah proses transformasi dalam merubah input menjadi output. Tiga pilar
pengembangan wilayah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1. Dalam kegiatannya, pengembangan wilayah harus disertai community development.
Selain memanfaatkan sumber daya alam melalui teknologi, sumber daya masusia juga harus dikembangkan. Berkembangnya suatu wilayah sangat ditentukan oleh
tingkat pemanfaatan dari ketiga sumber daya tersebut, sehingga upaya
Universitas Sumatera Utara
pengembangan yang harus dilakukan akan berbeda antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain
Gambar 2.1 Tiga Pilar Pengembangan Wilayah Sumber: Alkadri et al 2011
2.3 Bencana