Kebijakan pokok dan pemanfaatan ruang potensi banjir

kawasan rawan longsor di bagian hulu, mempunyai dampak besar terhadap kawasan rawan banjir yang ada di bagian hilir. Gambar 2.2 Pembagian Kawasan Potensi Rawan Bencana Banjir dan Longsor

2.5.3 Kebijakan pokok dan pemanfaatan ruang potensi banjir

Rencana tata ruang berisi kebijakan pokok pemanfaatan ruang berupa struktur dan pola pemanfaatan ruang dalam kurun waktu tertentu. Pola pemanfaatan ruang disusun untuk mewujudkan keserasian dan keselarasan pemanfaatan ruang bagi kegiatan budidaya dan non budidaya lindung. Sedangkan struktur ruang dibentuk untuk mewujudkan susunan dan tatanan pusat- pusat permukiman yang secara hirarkis dan fungsional saling berhubungan. Pemanfaatan ruang diwujudkan melalui program pembangunan, dan pola pemanfaatan ruang yang mengacu pada rencana tata ruang akan menciptakan terwujudnya kelestarian lingkungan. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan Universitas Sumatera Utara rawan bencana banjir dilakukan dengan mencermati konsistensi kesesuaian dan keselarasan antara rencana tata ruang dengan pemanfaatan ruang di kawasan yang secara umum diklasifikasikan menjadi: 1. Daerah PesisirPantai 2. Daerah Dataran Banjir Floodplain Area 3. Daerah Sempadan Sungai 4. Daerah Cekungan. Pola pemanfaatan ruang kawasan lindung sangat mendukung pemanfaatan ruang di kawasan banjir. Bentuk pengendalian pemanfaatan ruang, baik pada bagian kawasan hulu maupun hilir, harus bersinergi satu sama lain, sebagai kesatuan paket kebijakan. Tujuan kebijakan pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana banjir adalah: 1. Pengendalian ruang untuk pemanfaatan, yang sangat terkait dengan pola pengelolaan kawasan di sebelah hulu 2. Meminimumkan korban jiwa dan harta benda, apabila terjadi bencana banjir Sasaran yang diharapkan adalah tersedianya acuan bagi pemerintah daerah dalam pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan yang mempunyai potensi terhadap bahaya banjir. Permasalahan banjir yang terjadi selama ini, sangat terkait dengan adanya fenomena alam dan perilaku manusia dalam penyelenggaraan Universitas Sumatera Utara pengelolaan alam. Konsep dasar yang harus dipahami dalam penyelenggaraan pengelolaan banjir adalah: 1. Perlu adanya pemahaman dasar terkait dengan pengertian dan ruang lingkup keseimbangan ekosistem, yang mempunyai limitasi pemanfaatan 2. Diperlukan pola pengelolaan ruang kawasan rawan bencana banjir, sebagai langkah nyata dalam mendukung upaya pengendalian 3. Terjadinya penyimpangan terhadap konsistensi, terkait dengan kesesuaian dan keselarasan, antara rencana tata ruang dengan pemanfaatannya, baik pada kawasan hulu maupun hilir. Permasalahan banjir hanya dapat direduksi, sehingga dampak yang ditimbulkan dapat ditekan seminimal mungkin. Dengan demikian, secara prinsip masalah banjir tidak dapat dihilangkan atau ditiadakan sama sekali, sehingga menjadi tanggung jawab semua komponen untuk melakukan pemantauan dan penanganan melalui penyediaan sarana dan prasarana, sehingga dampak negatif dapat direduksi semaksimal mungkin. Pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana banjir dengan upaya penanganan masalah harus merupakan satu kesatuan penataan ruang yang terpadu dan seimbang, sehingga kawasan tersebut dapat dibudidayakan seoptimal mungkin, antara aspek pendayagunaan, perlindungan konservasi sumberdaya alam yang ada. Keseimbangan ekosistem sangat terkait dengan limitasi atau batasan terhadap pemanfaatan, dalam rangka menghindari terjadinya eksploitasi sumber daya secara besar-besaran. Prosedur penetapan jenis-jenis kegiatan pemanfaatan ruang kawasan yang dipilih dalam penanganan Universitas Sumatera Utara banjir harus melalui pemahaman kondisi setempat dan wilayah terkait, proses kajian penyebabtipologi dan akhirnya arahan pemanfaatan ruang, yang mencakup upaya preventif dan mitigasi dengan pertimbangan keseimbangan ekosistem dan lingkungan, sehingga terhindar dari bencana atau paling tidak mengurangi dampaknya, yang sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat. Beberapa faktor berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem, meliputi: 1. Bio Fisik, terkait dengan jenis dan struktur tanah, morfologi, dan aspek hayati 2. Hidrologi, menyangkut kondisi dan faktor iklim, tata air, serta sistem pengendalian 3. Sosial EkonomiKependudukan, meliputi aspek kepadatan, kuantitas, kualitas, serta perilaku 4. Penggunaan Lahan, merupakan tutupan atau pemanfaatan lahan pada kawasan tertentu.

2.6 Daerah Aliran Sungai DAS