5.5.6 Efek langsung, efek tidak langsung dan efek total
Besarnya pengaruh masing-masing variabel laten secara langsung standardized direct effect maupun secara tidak langsung standardized indirect
effect serta pengaruh total efek standardized total effect seperti diperlihatkan pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13 Standardized direct effects
VARIABEL Partisipasi
Masyarakat Tataguna
Lahan Pengendalian
Banjir Banjir
Pengendalian Banjir 1,640
0,000 0,000
0,000 Banjir
-0,416 -0,323
-1,416 0,000
Tabel 5.14 Standardized indirect effects
VARIABEL Partisipasi
Masyarakat Tataguna
Lahan Pengendalian
Banjir Banjir
Pengendalian Banjir 0,000
0,000 0,000
0,000 Banjir
2,322 0,000
0,000 0,000
Tabel 5.15 Standardized total effects
VARIABEL Partisipasi
Masyarakat Tataguna
Lahan Pengendalian
Banjir Banjir
Pengendalian Banjir 1,640
0,000 0,000
0,000 Banjir
1,906 -0,323
-1,416 0,000
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengaruh masing-masing variabel laten secara langsung standardized direct effect maupun tidak langsung standardized indirect effect
serta efek total standardized total effect dapat dijelaskan sebagai berikut: a Variabel partisipasi masyarakat dalam hal ini memiliki pengaruh langsung
sebesar 1.640 dan tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel pengendalian banjir sehingga mempunyai efek total sebesar
1,640 b Variabel partisipasi masyarakat dalam hal ini memiliki pengaruh langsung
sebesar -0.416 dan mempunyai pengaruh tak langsung sebesar 2,322 terhadap variabel banjir sehingga mempunyai efek total sebesar 1,906
c Variabel tataguna lahan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap variabel pengendalian banjir dan juga tidak mempunyai pengaruh tak
langsung terhadap variabel pengendalian banjir sehingga tidak mempunyai efek total atau sebesar 0,000.
d Variabel tataguna lahan memiliki pengaruh langsung sebesar -0.323 terhadap variabel banjir dan tidak mempunyai pengaruh tak langsung
terhadap variabel banjir sehingga efek total sebesar -0,323 e Variabel pengendalian banjir memiliki pengaruh langsung sebesar -1.416
terhadap variabel banjir dan tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel Banjir dengan demikian mempunyai efek total sebesar
-1,416
Universitas Sumatera Utara
5.6 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis untuk menguji hipotesis penelitian didasarkan atas pengolahan data dengan menggunakan analisis Stuctural Equation Modeling
SEM, dengan cara menganalisis nilai regresi Regression Weights Analisis Struktural Equation Modeling. Pengujian hipotesis ini adalah dengan
menganalisis nilai c.r Critical Ratio dan nilai Probability P hasil pengolahan data, dibandingkan dengan batasan statistik yang disyaratkan, yaitu diatas 1.96
untuk nilai c.r Critical Ratio dan di bawah 0.05 untuk nilai Probability P. Apabila hasil pengolahan data menunjukkan nilai yang memenuhi syarat tersebut
di atas, maka hipotesis penelitian dapat diterima.
Tabel 5.16 Hasil estimasi c.r critical ratio dan P-Value
Variabel Estimate S.E.
C.R P
Pengendalian Banjir
--- Partisipasi
Masyarakat 3,108
1,083 2,870 0,004 Banjir
--- Tataguna Lahan -0,259
0,120 2,169 0,030 Banjir
--- Partisipasi
Masyarakat -0,435
0,216 2,011 0,044 Banjir
--- Pengendalian Banjir -0,782
0,222 3,519 X11
--- Tataguna Lahan 1,000
X12 --- Tataguna Lahan
1,815 0,319 5,684
X13 --- Tataguna Lahan
1,249 0,251 4,971
X14 --- Tataguna Lahan
1,132 0,233 4,864
Y11 --- Banjir
1,000 Y12
--- Banjir 1,967
0,416 4,735
Universitas Sumatera Utara
Variabel Estimate S.E.
C.R P
Y13 --- Banjir
1,213 0,283 4,282
Y14 --- Banjir
1,088 0,280 3,891
X24 ---
Partisipasi Masyarakat
1,000 X23
--- Partisipasi
Masyarakat 0,601
0,124 4,853 X22
--- Partisipasi
Masyarakat 1,241
0,187 6,633 X21
--- Partisipasi
Masyarakat 0,478
0,102 4,701 Y24
--- Pengendalian Banjir 1,000
Y23 --- Pengendalian Banjir
0,695 0,118 5,884
Y22 --- Pengendalian Banjir
1,041 0,140 7,409
Y21 --- Pengendalian Banjir
0,277 0,111 2,505 0,012
Dari Tabel 5.16 memperlihatkan bahwa semua nilai critical ratio c.r lebih besar dari 1,96 demikian pula halnya dengan nilai Probability P yang
nilainya lebih kecil dari 0,05 yang bermakna bahwa semua variabel signifikan.
5.6.1 Hipotesis 1 pengaruh tataguna lahan terhadap banjir
Hasil pengujian hipotesis tataguna lahan berpengaruh negatif terhadap banjir adalah signifikan. Hasil ini diperlihatkan dari nilai critical ratio c.r
sebesar 2,169 yang lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,96 serta nilai Probability P sebesar 0,030 atau lebih kecil 0,05 sehingga dapat dikatakan
hipotesis penelitian dapat diterima.
Universitas Sumatera Utara
Loading faktor variabel tataguna lahan terhadap variabel banjir adalah sebesar -0,259. Nilai loading faktor bertanda negatif hal ini dapat diartikan bahwa
tataguna lahan dalam hal ini luasan lahan penyangga air dapat mengurangi besaran banjir sehingga setiap penambahan atau peningkatan nilai variabel
tataguna lahan sebesar satu satuan maka akan menurunkan atau mengurangi besaran banjir sebesar 0,259. Demikian pula sebaliknya apabila terjadi
pengurangan luas tataguna lahan lahan penyangga air satu satuan dapat meningkatkan besaran banjir sebesar 0,259.
Kebutuhan lahan untuk perumahanpemukiman di Aceh utara setiap tahunnya meningkat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut adakalanya masyarakat melakukan alih fungsi lahan sawah menjadi rumah tinggal atau rumah toko Ruko Perubahan ini dilakukan oleh
masyarakat disamping untuk memenuhi kebutuhan rumah tinggal juga untuk menaikkan nilai tambah lahan terhadap harga jual sehingga masyarakat lebih
menyukai membangun ruko di daerah persawahan khususnya pada lahan sawah yang terletak di pinggir jalan. Dengan perubahan lahan sawah menjadi rumah
tinggal atau ruko akan menyebabkan koefisien pengaliran menjadi berubah dan mengurangi resapan air ke dalam tanah. Perubahan lahan sawah menjadi
perumahan atau ruko menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya banjir. Kondisi serupa juga terjadi di daerah aliran sungai Kaligarang
pada penelitian Kurnia et al 2006 yang menunjukan bahwa perubahan penggunaan lahan sawah menjadi lahan permukiman dan industri menyebabkan
dampak meningkatnya debit dan sedimentasi yang menyebabkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
banjir. Pasaribu 2007, pada penelitiannya yang dilakukan di Kota Medan memberikan kesimpulan bahwa perubahan lahan pada peruntukan kebunhutan
menjadi pemukiman akan mengakibatkan peningkatan debit sebesar 17 yang berpotensi menjadi banjir. Selain itu Widyaningsih 2008, menyatakan bahwa
korelasi antara lahan hutan, perkebunan, kebun campuran dan semak berkorelasi negatif tidak searah dengan limpasan banjir, debit aliran, erosi dan
sedimentasi, tetapi lahan pemukiman, sawah, tegal dan tanah terbuka berkorelasi positif searah dan korelasi antara tataguna lahan dengan limpasan banjir.
Pengaruh perubahan penggunaan lahan, pergeseran penggunaan Iahan diakibatkan adanya penyesuaian penggunaan terhadap kebutuhan pelayanan
yang baru, pcrubahan penggunaan lahan di perkotaan cenderung didominasi oleh penggunaan lahan terbangun. Tata guna Iahan di daerah aliran sungai
mempunyai pengaruh terhadap besarnya air larian, yang dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien aliran permukaan disamping pengaruh lain seperti
bentuk dan ukuran daerah aliran sungai DAS, topografi, dan geologi. Peningkatan koefesien aliran mengindikasikan bahwa DAS telah mengalami
gangguan fisik sebagai dampak dari adanya perubahan penggunaan lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun Dewajati, 2003.
Penelitian dilakukan oleh Talaohu, et al 2006 di Sub DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS Kaligarang, Jawa Tengah, memberikan kesimpulan bahwa alih
fungsi lahan terutama hutan dan kebun campuran menjadi tegalan dari berbagai penggunaan pertanian ke pemukimanperkotaan berpengaruh negatif atau
menurunkan daya sangga air di Sub DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS
Universitas Sumatera Utara
Kaligarang, Jawa Tengah. Hal ini berpotensi terhadap peningkatan intensitas dan frekuensi banjir di kedua DAS tersebut. Perubahan lahan peruntukan tanaman
seperti sawah, kebun dan lainnya yang diharapkan menjadi penyangga air yang peruntukannya berubah menjadi pemukiman berpengaruh terhadap peningkatan
limpasan permukaan juga dinyatakan oleh Suroso et al 2006, bahwa perubahan tataguna lahan yang paling berpengaruh terhadap debit banjir adalah perubahan
lahan sawah dan pemukiman kemudian disusul dengan lahan tegalan. Dari penelitian Feyen et al 2006, yang mengkaitkannya dengan
pemanasan global memberikan kesimpulan bahwa berdasarkan pola penggunaan lahan masa depan untuk wilayah Eropah menunjukkan bahwa efek dari banjir
meningkat karena ekspansi wilayah perkotaan melampaui jauh pengaruh perubahan lahan penyangga air dan pengaruh iklim. Direktorat Kehutanan dan
Konservasi Sumberdaya Air, Bappenas, Jakarta, penelitian yang dilakukan oleh Edi 2007, memberikan kesimpulan bahwa perubahan penggunaan lahan di
daerah hulu akan memberikan dampak di daerah hilir dalam bentuk fluktuasi debit air, kualitas air dan transport sedimen serta bahan-bahan terlarut di dalamnya.
Dengan demikian pengelolaan DAS merupakan aktifitas yang berdimensi biofisik seperti, pengendalian erosi, pencegahan dan penanggulangan lahan-lahan
kritis, dan pengelolaan pertanian konservatif berdimensi kelembagaan seperti insentif dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang ekonomi dan
berdimensi sosial yang lebih diarahkan pada kondisi sosial budaya setempat, sehingga dalam perencanaan model pengembangan DAS terpadu harus
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan aktifitasteknologi pengelolaan DAS sebagai satuan unit perencanaan pembangunan yang berkelanjutan.
Penelitian lainnya oleh Wesli 2007, menyatakan bahwa limpasan permukaan banjir sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan dan pengaturan
tataguna lahan. Pada kajian lain yang dilakukan di Shenzhen region, China dikatakan bahwa perubahan penggunaan lahan yang mengakibatkan limpasan
tinggi dan puncak banjir menjadi besar, debit limpasan dan waktu pertemuan lebih pendek dengan demikian risiko bencana banjir menjadi besar Shi Pei-Jun. et al,
2007. Perubahan fungsi lahan sawah, kebun menjadi lahan pemukiman baik
dalam bentuk perumahan maupun pertokoan yang terjadi di Aceh Utara ada kesamaan dengan yang terjadi di Surakarta berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Sudarto et al 2010, hasil penelitian menyatakan bahwa perubahan tata guna lahan di DAS Gatak cukup berarti, terutama pada peralihan fungsi lahan dari
persawahan, perkebunan, dan padang rumput menjadi daerah permukiman. Pada tahun 2001 prosentase luas lahan untuk
bangunangedung 1,56, perkebunankebun 2,93, padang rumput 1,90, permukiman 51,66, sawah
41,82, dan perairan tawar 0,10 dan perubahan penggunaan lahan pada tahun 2007 prosentase luas lahan untuk bangunan atau gedung adalah 2,
perkebunankebun 1,16, padang rumput 1,2, permukiman 61,18, sawah 34,36, dan perairan tawar 0,10. Perubahan fungsi lahan tersebut menyebabkan
terjadinya penyusutan lahan-lahan resapan menjadi permukaan tanah yang kedap air hingga mencapai 9,95 dari luas DAS yang ada yaitu +1152,97 ha.
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan debit aliran permukaan runoff yang terjadi pada tahun 2001 dan 2007, menunjukkan bahwa telah terjadi kenaikan debit aliran permukaan di DAS
Gatak. Kenaikan ini dipicu oleh karena adanya alih fungsi lahan yang ditunjukkan dengan adanya trend kenaikan koefisien aliran permukaan C, yaitu dari C2001 =
0,287 pada tahun 2001 menjadi C2007 = 0,307 pada tahun 2007. Kemungkinan kejadian hujan yang menyebabkan banjir dan genangan di wilayah Kelurahan
Sumber, Kecamatan Banjarsari, dan Kota Surakarta diprediksi akan terjadi dengan periode ulang 2 tahunan. Hal ini terbukti dengan kejadian banjir yang terjadi
secara berturut-turut pada tahun 2007 dan 2009. Kejadian banjir dan genangan ini belum pernah terjadi sebelum tahun 2001. Besar kemungkinan terjadinya banjir
ini disebabkan oleh perubahan tata guna lahan dalam 5 tahun terakhir. Bila proses penanganan perubahan tata guna lahan yang terjadi pada wilayah ini tidak
dilakukan dengan baik dan terencana, maka dapat diprediksi bahwa dampak terhadap banjir dan genangan ini akan semakin meluas di Kota Surakarta. Pada
kajian yang dilakukan di bagian selatan Warsawa Polandia, memberikan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan respon dari daerah tangkapan hujan
terhadap kejadian banjir dalam berbagai tahap penggunaan lahan Kazimierz et al 2010.
Berdasarkan informasi dari aparatur pemerintah daerah yang terlibat dalam penanganan banjir Bappeda, Dinas Pengairan, BPBD sebagai informan terhadap
pelaksanaan aturan IMB terkait pembangunan rumah atau ruko di atas lahan sawah menggambarkan bahwa 20 menyatakan tidak baik, 53 kurang baik, 0
cukup baik, 20 baik dan hanya 7 yang menyatakan sangat baik seperti
Universitas Sumatera Utara
diperlihatkan pada Gambar 5.9. Informasi ini sejalan dengan hasil pengujian hipotesis bahwa alih fungsi lahan sawah menjadi rumah tinggal atau rumah toko
Ruko banyak terjadi di Aceh Utara sehingga dapat mempengaruhi daya resapan air ke dalam tanah.
Gambar 5.9 Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan IMB terkait rumah atau ruko di lahan sawah berdasarkan informasi dari aparatur sebagai informan
Berdasarkan berbagai kajian seperti yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dapat
mempengaruhi aliran permukaaan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya banjir. Kondisi lahan hutan yang tidak optimal terhadap rasio luasan
hutan yang kurang merupakan persoalan di Aceh Utara, hal ini salah satunya disebabkan karena banyaknya terjadi penebangan hutan secara liar ilegal
logging hal ini berdasarkan hasil kuesioner dimana 19 menyatakan sangat
Universitas Sumatera Utara
banyak terjadi, 41 menyatakan banyak terjadi, 38 menyatakan cukup banyak terjadi dan hanya 2 yang menyatakan kurang. Kejadian penebangan hutan
secara liar ilegal logging menurut data responden di Aceh Utara diperlihatkan pada Gambar 5.10.
Gambar 5.10 Kejadian ilegal logging di aceh utara Berdasarkan responden
Penebangan hutan secara liar dapat menyebabkan kurangnya tutupan lahan yang menjadi penyangga air yang dapat berakibat pada terjadinya limpasan
permukaan yang besar dalam bentuk banjir. Keseluruhan antara air hujan lolos dengan volume aliran permukaan banjir menunjukkan korelasi positif yang
linear pada tutupan lahan hal ini berdasarkan kondisi lahan tanpa vegetasi bawah dan lapisan seresah mempunyai korelasi yang kuat Kusratmoko. et al, 2002.
Penelitian yang dilakukan oleh Panahi et al 2010, di Northeastern Tehran, Iran, memberikan hasil dan kesimpulan bahwa dampak dari perubahan
penggunaantutupan lahan pada degradasi lingkungan menunjukkan bahwa hal ini
Universitas Sumatera Utara
akan meningkatkan bencana banjir banjir. Dari penelitian dilakukan oleh Pratistoa et al 2003, menggunakan metode kombinasi antara analisis multi temporal
berbasis citra satelit dan pemodelan debit puncak. Analisis multi temporal digunakan untuk memperoleh infromasi tentang kondisi penutup lahan pada tahun
1992 dan 2003, serta laju perubahan yang terjadi sementara pemodelan debit puncak dilakukan dengan menggunakan metode rasional, yang memanfaatkan
informasi koefisien aliran yang diturunkan dari informasi penutup lahan berbasis citra, memberikan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perubahan penutup
lahan di DAS Gesing bagian hulu telah terjadi secara signifikan, dan hal ini berpengaruh besar terhadap peningkatan koefisien aliran permukaan serta debit
puncak Banjir. Belum diundangkannya Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW kabupaten
Aceh Utara merupakan persoalan dalam pengaturan tataguna lahan hal ini akibat dari belum dilakukan pembuatan peraturan daerah yang di propinsi Aceh dikenal
dengn nama Qanun yang mengatur secara detil tentang penggunaan lahan termasuk perizinannya. Sejalan dengan hal tersebut kajian yang dilakukan oleh He
Fei 2006 di Shenzhen, China yang menyatakan bahwa ada dampak hubungan yang nyata antara perubahan kebijakan tataguna lahan terhadap resiko banjir
sampai batas tertentu dinyatakan bahwa p
Pada penelitian ini variabel tataguna lahan memiliki pengaruh langsung sebesar -0.323 terhadap variabel banjir dan tidak mempunyai pengaruh tak
erubahan pemanfaatan lahan, terutama penggunaan lahan perkotaan, menyebabkan peningkatan arus sungai yang
membuat resiko banjir meningkat.
Universitas Sumatera Utara
langsung terhadap variabel banjir sehingga efek total sebesar -0,323. Kemampuan luas lahan penyangga air tanah hutan rakyat, hutan negara dan
perkebunan yang dianalisis secara teknis melalui analisis hidrologi berdasarkan data curah hujan terdahulu menghasilkan bahwa perbandingan luas lahan
penyangga air tanah hutan rakyat, hutan negara dan perkebunan di lokaasi penelitian pada kondisi eksisting sebesar 31 secara hidrologi akan
menghasikan debit sebesar 118 m
3
detik sementara kemampuan kapasitas sungai dan drainase mengalirkan air hanya sebesar 109,44 m
3
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa indikator kemampuan luas lahan hutan sebagai penyangga air, rasio tataguna lahan, regulasi yang
mengatur tentang penggunaan lahan, dan indikator terjadinya penebangan hutan secara liartanpa izin illegal loging di Aceh Utara berkonstribusi dalam
mempengaruhi terjadinya banjir sebesar 0,259 dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
detik, hal ini memperlihatkan bahwa kapasitas sungai tidak mampu mengalirkan air dan
masih terjadi kelebihan debit aliran sebesar 8,17 m3detik yang berpotensi menjadi banjir. Untuk mendapatkan kondisi seimbang dalam artian debit aliran
berdasarkan curah hujan besarnya sama atau mendekati kapasitas kemampuan sungai dan drainase mengalirkannya maka rasio lahan penyangga air tanah
hutan rakyat, hutan negara dan perkebunan harus mempunyai luas kurang lebih 42 dari luas wilayah.
Universitas Sumatera Utara
5.6.2 Hipotesis 2 pengaruh partisipasi masyarakat terhadap banjir