Kondisi Banjir Aceh Utara

5.2 Kondisi Banjir Aceh Utara

Pemanfaatan potensi sumber daya air apabila dapat dikelola dengan baik akan dapat dinikmati oleh masyarakat, sebaliknya jika tidak dikelola maka berdampak pada bencana banjir yang sepanjang tahun dialami masyarakat terutama yang berdekatan dengan daerah aliran sungai DAS. Bencana Banjir yang disebabkan oleh DAS ini setiap tahunnya berdampak pada terhambatnya pembangunan di beberapa kecamatan seperti kecamatan Langkahan, Matangkuli, Paya Bakong, Pirak Timu, Lhoksukon, Tanah Luas, Tanah Pasir, Samudera, Meurah Mulia, Syamtalira Aron dan Sayamtalira Bayu Dinas Pengairan dan ESDM Aceh Utara, 2012. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan menimbulkan trauma masyarakat dalam mengusahakan berbagai aktifitas, Oleh karenanya pengelolaan sumber daya air secara terpadu harus menjadi prioritas dalam upaya penganganan permasalahan banjir. Sungai Krueng Keureuto terletak di kecamatan Paya Bakong, Matang Kuli, Lhoksukon, Tanah Pasir dan kecamatan Lapang memiliki luas daerah tangkapan daerah pengaliran sungai kurang lebih 900 Km² dengan panjang sungai sebesar 77.50 Km, kondisi dengan trase sungai yang panjang dan terdapat 5 lima anak sungai yang memberikan kontribusi aliran ke dalam sungai Krueng Keureuto sehingga menyebabkan puncak banjir yang sangat tinggi di daerah hilirnya. Daerah pengaliran sungai Krueng Keureuto melalui kota Lhoksukon ibukota Kabupaten Aceh Utara dan termasuk ke dalam Satuan Wilayah Sungai SWS Kr. Peusangan. Kondisi hidrolis dan kapasitas sungai tidak mampu menampung air dan mengalirkannya terutama pada saat musim hujan dengan intensitas tinggi Universitas Sumatera Utara Gambar 5.3 Peta daerah pengaliran sungai DAS Krueng Keureuto Sumber: BappedaKabupaten Aceh Utara Universitas Sumatera Utara Kondisi Topografi dan kelandaian yang curam di daerah hulu namun sangat landai di bagian hilir mengakibatkan kecepatan aliran menjadi rendah sehingga luas penampang sungai yang begitu sempit tidak dapat menampung volume banjir sehingga terjadinya limpasan pada daerah–daerah yang kondisi tanggulnya masih rendah. Lokasi Kota Lhoksukon berada di dataran rendah, hal ini menyebabkan sistem drainase dan pembuangan sungai dipengaruhi oleh pasang surut di Selat Malaka. Pasang surut ini dapat menjadi dinding penahan blocking wall masuknya debit sungai ke dalam laut. Pada kasus yang lebih buruk, terjadi aliran masuk air laut ke bagian hilir saluran dan sungai interusi sehingga secara keseluruhan kondisi tersebut akan memperparah kondisi banjir di Aceh Utara. Banjir merupakan bencana yang rutin terjadi setiap tahunnya di kabupaten Aceh Utara. Pada tahun 2011 data yang dicatat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Aceh Utara jumlah kejadian bencana sangat tinggi di setiap kecamatan. Kejadian yang sangat dominan adalah kejadian pada dataran rendah seperti pada kecamatan Seuneudon 1 kali kejadian, kecamatan baktiya 3 kali kejadian, kecamatan Lhoksukon 4 kali kejadian, kecamatan Matangkuli 4 kali kejadian, kecamatan Pirak Timu 1 kali kejadian, kecamatan Paya Bakong 1 kali kejadian, kecamatan Tanah Luas 1 kali kejadian, kecamatan Tanah Pasir 3 kali kejadian, kecamatan Simpang Keramat 1 kali kejadian. Jumlah kejadian banjir yang dominan terjadi pada kecamatan Baktiya, Lhoksukon, Matang Kuli, Tanah Pasir dan Baktiya Barat, seperti diperlihatkan pada Gambar 5.5 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.4 Peta daerah rawan banjir Aceh Utara Sumber: BappedaKabupaten Aceh Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 5.5 Jumlah kejadian bencana Aceh Utara Tahun 2011 Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Aceh Utara Selama tahun 2012 berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Aceh Utara, kondisi sampai bulan Agustus 2012 tercatat sudah 6 kali terjadi kejadian banjir dengan tinggi genangan rata-rata 50 sampai 100 cm. Kecamatan Matangkuli mengalami 4 kali kejadian, kecamatan Lhoksukon mengalami 3 kali kejadian, kecamatan Baktiya 3 kali kejadian, kecamatan Baktiya Barat 2 kali kejadian. Bencana banjir diberbagai kecamatan seperti diperlihatkan pada Tabel 5.4 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4 Kejadian banjir di Aceh Utara tahun 2012 Tanggal Tinggi Genangan Kecamatan Jumlah Desa Tergenang 13 Januari 2012 50 -100 cm Matangkuli 31 Lhoksukon Pirak Timu 18 Januari 2012 50 -100 cm Baktiya 43 Baktiya Barat Paya Bakong 19 April 2012 80 - 100 cm Matangkuli 60 Lhoksukon Baktiya 11 Juli 2012 50 - 100 cm Matangkuli 26 Lhoksukon 23 Agustus 2012 50 - 140 cm Matangkuli 40 Baktiya Tanah Pasir 28 Agustus 2012 80 - 100 cm Baktiya Barat 45 Tanah Pasir Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Aceh Utara Kejadian banjir di Aceh Utara selain menimbulkan kerugian materi seperti rusaknya rumah penduduk, fasiltas sosialfasilitas umum, terganggunya aktivitas ekonomi juga berdampak pada proses kegiatan belajar mengajar di sekolah yang terkena banjir namun pihak sekolah tetap mengupayakan proses tersebut dapat berjalan meskipun dengan kondisi yang sederhana. Kondisi yang masih memprihatinkan adalah kurangnya pencatatan data kejadian banjir, tingkat kerugian yang terjadi, hal ini karena kurang proaktifnya BPBD. Persoalan banjir ini perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak stake holders untuk memikirkan cara penanganannya, hal ini tidak dapat diserahkan tanggungjawabnya hanya kepada pemerintah saja. Kondisi genangan air pada saat banjir diperlihatkan pada Gambar 5.6 dan Gambar 5.7 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6 Kondisi genangan banjir Aceh Utara Gambar 5.7 Kondisi masyarakat korban banjir Aceh Utara Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil rekapitulasi bencana banjir yang dikeluarkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Aceh Utara, kejadian banjir 13 Januari 2012 menggenangi 31 Desa dan terjadi pengungsian 2.125 rumah tangga atau 9.181 jiwa, sementara pada tanggal 18 Januari 2012 banjir kembali menggenangi 43 Desa dengan jumlah korban mengungsi 3.120 rumah tangga atau 5.412 jiwa dan pada tanggal 11 Juli 2012 banjir menggenangi 26 Desa dengan korban mengungsi 1.125 rumah tangga atau 4.283 jiwa.

5.3 Analisis Secara Teknis