pendekatan sama persis dan bersifat sementara mempunyai fase awal dan akhir.
2.4 Tataguna Lahan
Tataguna lahan sangat terkait dengan banjir khususnya lahan yang berfungsi sebagai penyangga air. Menurut Chow et al 1988, jenis dan
peruntukan lahan serta luasan lahan akan berpengaruh terhadap koefisien pengaliran. Sedangkan koefisien pengaliran merupakan salah satu variabel yang
berpengaruh terhadap debit limpasan runoff yang mengakibatkan banjir di mana debit limpasan juga dipengaruhi oleh variabel curah hujan dan variabel luas
kawasan. Menurut He Fei 2006, Perubahan pemanfaatan lahan, terutama peningkatan penggunaan lahan perkotaan menyebabkan peningkatan aliran
sungai, yang membuat risiko banjir juga meningkat. Sementara itu Widyaningsih 2008 hasil penelitiannya tentang tataguna lahan memberikan kesimpulan bahwa
korelasi antara lahan hutan, perkebunan, kebun campuran dan semak berkorelasi negatif tidak searah dengan limpasan, debit aliran, erosi dan sedimentasi, tetapi
lahan pemukiman, sawah, tegal dan tanah terbuka berkorelasi positif searah. Korelasi antara tataguna lahan dengan limpasan, Debit aliran, erosi dan
sedimentasi di Sub DAS Keduang termasuk tinggi, hal ini ditunjukkan dengan tingginya nilai koefisien korelasi lebih dari 70.
Lahan merupakan kesatuan berbagai sumberdaya daratan yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem yang structural dan fungsional. Sifat dan
perilaku lahan ditentukan oleh berbagai macam sumber daya yang dominan dan
Universitas Sumatera Utara
jenis sumber daya serta intensitas interaksi yang berlangsung antar sumber daya tersebut. Faktor-faktor yang menjadi penentu sifat dan perilaku lahan bermatra
ruang dan waktu. Pengembangan lahan merupakan perubahan guna lahan dari suatu fungsi ke fungsi lain dengan tujuan untuk mendapat keuntungan dari nilai
tambah yang terjadi karena perubahan guna lahan tersebut. Tataguna Lahan land use adalah suatu upaya dalam merencanakan
penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan,
industri, dan fungsi lainnya. Rencana tataguna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan
jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, pusat pemerintahan, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas
umum lainnya. Tataguna lahan merupakan salah satu faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan. Keseimbangan antara kawasan budidaya dan kawasan
konservasi merupakan kunci dari pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Perencanaan tataguna lahan adalah merupakan suatu perencanaan
wilayah sesuai dengan kedudukannya dalam prencanaan fungsional. Perencanaan tataguna lahan merupaan kunci untuk mengarahkan pembangunan wilayah. Hal
itu ada hubungannya dengan anggapan lama bahwa seorang perencana adalah perencana yang mempunyai pengatahuan secara umum tetapi memiliki suatu
pengetahuan khusus. Pengetahuan khusus pada perencana wilayah baik perkotaan maupun perdesaan adalah perencana tataguna lahan. Pengembangan tata guna
lahan yang sesuai akan meningkatkan perekonomian suatu kota atau wilayah.
Universitas Sumatera Utara
Meningkatnya kebutuhan akan sumberdaya lahan untuk menunjang pembangunan dan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan
tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya lahan. Selain itu, pengembangan sumberdaya lahan juga menghadapi timbulnya konflik kepentingan berbagai
sektor yang pada akhirnya masalah ekonomi menjadi kontra produktif satu dengan lainnya. Keadaan ini diperburuk lagi dengan sistem peraturan yang dirasakan
sangat kompleks dan seringkali tidak relevan lagi dengan tingkat kesesuaian dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Keadaan ini, dapat menyebabkan sistem
pengelolaan sumberdaya lahan yang tidak berkelanjutan dan menyebabkan suatu lahan menjadi tidak produktif.
Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Bab 1 Pasal 1 ditetapkan, antara lain bahwa Ruang adalah wadah yang
meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan mahluk hidup lain hidup dan
melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak.
Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendaian pemanfaatan ruang. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya. Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan
secara nasional mempunyai nilai strategis dan penataan ruangnya diprioritaskan.
Universitas Sumatera Utara
Pada wilayah yang belum tersentuh manusia dan belum dirasakan manfaat keberadaannya oleh manusia, tata ruang terbentuk tanpa direncanakan lebih
dahulu, tetapi terjadi dengan sendirinya karena kekuatan alam yang ada di dalamnya. wilayah yang sudah ada kegiatan manusia, atau sudah dirasakan
manfaat keberadaannya oleh manusia, tata ruang terbentuk baik direncanakan lebih dahulu maupun tidak. Tata ruang mencakup tata ruang di wilayah yang
sudah ada kegiatan manusia atau yang sudah dirasakan manfaat keberadaannya oleh manusia, terutama tata ruang yang telah direncanakan lebih dahulu. Karena
itu, terbentuknya tata ruang sebagian atau seluruhnya, merupakan hasil kegiatan atau proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Ketiga proses itu disebut penataan ruang. Selanjutnya difokuskan pada aspek yang memerlukan peran teknik sipil, yaitu aspek prasarana
dan sarana di bidang transportasi, keairan, teknik penyehatan dan struktur yang bersifat statis.
Tata ruang pada hakekatnya adalah tata letak berbagai kegiatan sosial- ekonomi masyarakat serta prasarana dan sarana yang diperlukan. Untuk
melangsungkan berbagai kegiatan sosial-ekonomi masyarakat dengan berdaya guna dan berhasil guna, prasarana dan sarana yang diperlukan harus diadakan atau
dibangun lebih dahulu. Dalam pembangunan berbagai prasarana dan sarana tersebut diperlukan peran teknik sipil. Pertimbangan teknik sipil dalam penataan
ruang berpengaruh terhadap biaya pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana. Agar biaya dapat diusahakan serendah mungkin, peran
teknik sipil harus dilibatkan pada seluruh proses penataan ruang. Dalam
Universitas Sumatera Utara
perencanaan tata ruang, teknik sipil berperan dalam menetapkan letak atau lokasi semua kegiatan sosial ekonomi beserta prasarana dan sarana yang diperlukan
termasuk memperkirakan biaya pembangunannya. Pada tahap pemanfaatan ruang, teknik sipil akan berperan dalam desain,
pembangunaan, operasi serta pemeliharaan prasarana dan sarana agar keselamatan teknis dapat dijamin dan biaya dapat diusahakan serendah mungkin. Pada tahap
ini teknik sipil berperan pula dalam menghitung biaya yang diperlukan. Pada proses pengendalian pemanfaatan ruang, teknik sipil turut berperan dalam
berbagai pemberian izin dan persetujuan yang diperlukan, serta pengawasan terhadap dipatuhinya persyaratan yang tercantum dalam izinpersetujuan.
Aspek teknik sipil dalam penataan ruang mencakup prasarana dan sarana transportasi, keairan, teknik penyehatan dan struktur. Prasarana transportasi,
antara lain, jalan raya dan jalan rel dengan jembatan dan terowongan serta terminalstasiun, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan pelabuhan udara.
Prasarana keairan, antara lain, bendungan, waduk, saluran irigasi, saluran air baku untuk air bersih, saluran drainase, tanggul banjir, saluran pengelak banjir banjir
kanal dan rumah pompa. Prasarana teknik penyehatan, antara lain, bangunan penjernihan air, saluran pembuangan limbah cair, bangunan pengolah limbah cair,
tempat pembuangan dan pengolahan sampah. Struktur mencakup struktur bangunan gedung, antara lain, untuk industri, perdagangan, perkantoran,
pendidikan, pelayanan kesehatan, peribadatan dan rekreasi. Biaya pembangunan prasarana dan sarana dipengaruhi keadaan di tempat atau lingkungan di mana
prasarana dan sarana akan dibangun. Keadaan tersebut mencakup keadaan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi dan sosial masyarakat maupun fisikalam. Sebagai contoh, jalan yang dibangun melalui rawa lebih mahal dibanding jalan yang dibangun melalui tanah
kering dan keras. Jalan yang dibangun melalui wilayah berbukit lebih mahal dibanding jalan yang dibangun melalui wilayah relatif rata. Jalan yang dibangun
melalui permukiman padat lebih mahal dibanding jalan yang dibangun melalui wilayah kosong. Bangunan yang didirikan di tanah lembek dan dalam lebih mahal
dibanding bangunan yang didirikan di tanah keras. Pembangunan prasarana dan permukiman sejauh mungkin menghindari
wilayah rawan longsor agar tidak mengalami kerusakan akibat longsor. Jembatan yang dibangun di bantaran sungai yang relatif lebar lebih mahal dibanding
jembatan yang dibangun di bantaran sungai sempit. Jembatan harus dibangun di tempat yang aman dari gerusan air sungai untuk menghindari ambruknya
jembatan karena gerusan tanah di sekitar pondasi atau tiang jembatan. Waduk sedapat mungkin dibangun di wilayah yang porositas tanahnya rendah dan tidak
di tempat retakan kulit bumi agar tidak bocor dan tidak merusak bendungannya. Ukuran dan kapasitas prasarana dan sarana yang dibangun harus sesuai skala
kegiatan sosial-ekonomi yang memerlukannya. Sebagai contoh, lebar jalan yang akan dibangun harus sesuai volume lalu lintas, kekuatannya harus sesuai beban
kendaraan yang lewat. Kapasitas atau debit irigasi harus sesuai luas wilayah dan jenis tanah serta jenis tanaman yang akan diairi. Kapasitas saluran drainase harus
sesuai debit air maksimum yang harus dibuang ke dalamnya, baik air hujan, air buangan rumah tangga, industri, dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat hal di atas, teknik sipil jelas berperan dalam mewujudkan tata ruang, mulai dari tata ruang makro wilayah nasional sampai tata ruang mikro
seperti lingkungan perumahan, industri, perdagangan, perkantoran dan sebagainya. Peran tersebut diperlukan pada proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang maupun pengendalian pemanfaatan ruang. Karena luasnya wilayah Indonesia dan ada pembagian tugas dalam penataan ruang antara
pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupatenkota, maka penataan ruang dilakukan secara bertingkat, yaitu tingkat nasional, tingkat
propinsi dan tingkat kabupatenkota. Wilayah perencanaan dapat mencakup seluruh atau sebagian wilayah administrasi. Aspek perencanaan dan kerincian
rencana pada setiap tingkatan berbeda pula. Wilayah perencanaan nasional dapat mencakup seluruh wilayah nasional dapat pula hanya beberapa propinsi atau
kawasan tertentu. Perencanaan tingkat propinsi dapat mencakup seluruh wilayah propinsi, dapat pula hanya beberapa kabupatenkota. Perencanaan tingkat
kabupatenkota dapat mencakup seluruh atau sebagian wilayah kabupatenkota. Tata ruang propinsi harus merupakan penjabaran dan bagian integral dari tata
ruang nasional. Tata ruang kabupatenkota harus merupakan penjabaran dan bagian integral dari tata ruang propinsi. Namun, penataan ruang propinsi harus
memperhatikan masukan dari kabupatenkota, penataan ruang nasional harus memperhatikan masukan dari propinsi. Pada akhirnya tata ruang merupakan
kompromi antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam pemanfaatan ruang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun
2004 Tentang Penatagunaan Tanah pada pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud
konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan
masyarakat secara adil. Sementara menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 150 tahun 2000 Tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk
Produksi Biomassa dinyatakan bahwa Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua tanda pengenal biosfer, atmosfer, tanah, geologi,
timbulan relief, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lampau dan masa kini yang bersifat mantap dan mendaur.
Sedangkan menurut Sitorus 2004, lahan land didefinisikan sebagai bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim,
topografirelief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Penggunaan lahan adalah
hasil usaha manusia dalam mengelola sumber daya yang tersedia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Menurut Soeryanegara 1978 dalam Sinaga 2007
terdapat tiga aspek kepentingan pokok di dalam penggunaan sumber daya lahan, yaitu 1 lahan diperlukan manusia untuk tempat tinggal, tempat bercocok tanam,
memelihara ternak, memelihara ikan dan lainnya; 2 lahan mendukung kehidupan berbagai jenis vegetasi dan satwa, dan 3 lahan mengandung bahan tambang yang
bermanfaat bagi manusia. Pada pengelolaan lahan sering terjadi adanya benturan kepentingan antara pihak-pihak pengguna lahan atau sektor-sektor pembangunan
yang memerlukan lahan. Hal ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan
Universitas Sumatera Utara
kurang sesuai dengan kapabilitasnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi kapabilitas lahan adalah : 1 jenis tanah dan kesuburannya, 2 keadaan lapangan,
relief, topografi, dan ketinggian tempat, 3 aksesbilitas, 4 kemampuan dan kesesuaian tanah dan 5 besarnya tekanan penduduk. Besarnya tekanan penduduk
dapat mengakibatkan degradasi lahan yang diakibatkan oleh kekeliruan- kekeliruan dalam penggunaan dan pemanfaatan sumber daya lahan. Degradasi
tersebut dapat terjadi berupa terjadinya erosi tanah, pencemaran tanah serta akibat yang ditimbulkan oleh interaksi-interaksi antara penggunaan lahan untuk
pertanian dan penggunaan lahan untuk kepentingan lainnya di luar pertanian. Penggunaan lahan pertanian biasanya dibedakan berdasarkan komoditi yang
diusahakan seperti sawah, tegalan, kebun kopi dan sebagainya. Penggunaan lahan di luar pertanian dapat dibedakan dalam penggunaan perkotaan, perdesaan,
pemukiman, industri, rekreasi dan sebagainya. Penggunaan lahan ini sifatnya sangat dinamis sewaktu-waktu bisa berubah. Perubahannya dapat disebabkan oleh
bencana alam, dan lebih sering disebabkan oleh campur tangan manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Peningkatan jumlah penduduk dapat berarti
pula peningkatan kebutuhan akan lahan baik untuk pertanian maupun untuk pemukiman. Peningkatan kebutuhan lahan ini akan diimbangi dengan
mengintensifkan penggunaan lahan maupun perluasan. Kedua usaha ini merubah lahan baik berupa luasan maupun jenisnya.
Berbagai tipe penggunaan lahan dijumpai di permukaan bumi, masing- masing tipe mempunyai kekhususan tersendiri. Tipe penggunaan lahan secara
umum meliputi pemukiman, kawasan budidaya pertanian, padang
Universitas Sumatera Utara
penggembalaan, kawasan rekreasi dan lainnya. Badan Pertanahan Nasional mengelompokkan jenis penggunaan lahan sebagai berikut :
1. pemukiman, berupa kombinasi antara jalan, bangunan, tegalanpekarangan, dan bangunan itu sendiri kampung dan emplasemen;
2. kebun, meliputi kebun campuran dan kebun sayuran merupakan daerah yang ditumbuhi vegetasi tahunan satu jenis maupun campuran, baik
dengan pola acak maupun teratur sebagai pembatas tegalan; 3. tegalan merupakan daerah yang ditanami umumnya tanaman semusim,
namun pada sebagian lahan tak ditanami vegetasi yang umum dijumpai adalah padi gogo,singkong, jagung, kentang, kedelai dan kacang tanah;
4. sawah merupakan daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman utama dengan rotasi tertentu yang biasanya diairi sejak penanaman hingga
beberapa hari sebelum panen; 5. hutan merupakan wilayah yang ditutupi oleh vegetasi pepohonan, baik
alami maupun dikelola manusia dengan tajuk yang rimbun, besar serta lebat;
6. lahan terbuka, merupakan daerah yang tidak terdapat vegetasi maupun penggunaan lain akibat aktivitas manusia;
7. semak belukar adalah daerah yang ditutupi oleh pohon baik alami maupun yang dikelola dengan tajuk yang relatif kurang rimbun.
Kebutuhan sumber daya lahan menjadi faktor proses perubahan penggunaan lahan, yang secara garis besar dibagi menjadi 3 kelompok utama
Universitas Sumatera Utara
yaitu 1 deforestasi baik ke arah pertanian maupun ke non pertanian, 2 konversi lahan pertanian ke non pertanian dan 3 penelantaran lahan. Pada dasarnya aspek
permintaan lahan berkaitan dengan kebijakan dan program pemerintah untuk meningkatkan efesiensi sosial ekonomis, peningkatan efisiensi industri dan
kelembagaan, penurunan tingkah laku spekulatif dan pengelolaan jumlah penduduk.
2.5 Banjir