Penggunaan lahan yang nantinya menjadi lokasi penelitian berada di 5 kecamatan yaitu kecamatan Matangkuli, kecamatan, Baktiya, kecamatan
Lhoksukon, kecamatan Tanah Pasir dan kecamatan Baktiya Barat. Penggunaan lahan di lokasi penelitian diperlihatkan pada Tabel 4.1
Demografi kependudukan kabupaten Aceh Utara selengkapnya diperlihatkan pada lampiran Tabel T.1, jumlah desa dan rumah tangga
diperlihatkan pada Tabel T.2 dan Tabel T.3
4.2 Populasi
Populasi adalah keseluruhan totaly objek psikologis physchological objects yang dibatasi oleh kriteria tertentu. Objek psikologis bisa merupakan
objek yang dapat dirabakonkret tangiable maupun objek absrak untangiable. Banyaknya objek psikologis dalam populasi disebut ukuran populasi population
size yang biasanya dilambangkan dengan N. Ukuran populasi ini besarnya bisa dihitung countable, mungkin pula tidak terhitung uncountable. Apabila ukuran
populasi berapapun besarnya tapi masih bisa dihitung maka populasi tersebut dinamakan populasi terhingga finite population. Jika ukuran populasi sudah
sedemikian besarnya sehingga sudah tidak bisa lagi dihitung maka populasi ini dinamakan populasi tak hingga infinite populasin populasi terkait dengan
penelitian haruslah menjadi jelas Lubis, 2002.
Populasi dalam penelitian ini adalah bersifat populasi homogeni dan memiliki ciri yang sama yaitu
penduduk secara individu dalam rumah tangga. Populasi homogeni adalah populasi yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang sama
Universitas Sumatera Utara
sehingga dalam pengambilan sampel tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif sepanjang jumlah tersebut telah memenuhi syarat minimum
sampel untuk tujuan analisis data penelitian Erlina, 2011. Populasi masyarakat kabupaten Aceh Utara dan sebagian dari penduduk secara berkelompok dalam
organisasi kemasyarakatan adalah yang berdomisisli di lima kecamatan yang selalu mengalami dampak bencana banjir setiap tahunnya. Berdasarkan data
sekunder yang diperoleh dari Bappeda kabupaten Aceh Utara bahwa nama kecamatan dan distribusi jumlah rumah tangga yang terdapat di 5 kecamatan
tersebut seperti diperlihatkan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Jumlah PopulasiRumah Tangga di 5 kecamatan tahun 2011
No KecamatanSub District
DesaVillage PopulasiRumah
Tangga
1 Matang Kuli
49 4.029
2 Baktiya
57 8.259
3 Lhoksukon
75 10.555
4 Tanah Pasir
18 2.238
5 Baktiya Barat
26 4.100
JUMLAH
225 29.181
Sumber: Bappeda kabupaten Aceh Utara 2011
4.3 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka
sampling yaitu daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat: harus meliputi seluruh unsur sampel, tidak ada unsur sampel yang
Universitas Sumatera Utara
dihitung dua kali, harus up to date, batas-batasnya harus jelas, harus dapat dilacak di lapangan
Dalam hal kriteria sampel menurut Erlina 2011, sampel dapat dikatakan baik apabila memenuhi 2 kriteria yaitu presisi dan akurat. Sampel yang
diharapkan memiliki presisi yang tinggi yaitu sampel yang mempunyai tingkat kesalahan pengambilan sampel yang rendah. Kesalahan pengambilan sampel
sampling error adalah seberapa jauh sampel berbeda dari yang dijelaskan oleh populasinya. Presisi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan jumlah sampel.
Semakin besar sampel maka semakin kecil kesalahan standar estimasinya alat ukur dari presisi.
Sampel merupakan wakil dari pupulasi yang diteliti Arikunto, 2006.
Untuk mendapatkan homogenitas dari sampel maka pada penelitian ini diambil secara acak sederhana simple random sampling di mana setiap elemen
populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian Erlina, 2011. Sampel berdasarkan keterwakilan responden rumah tangga di 5
kecamatan yaitu: kecamatan Matangkuli, Baktiya, Lhoksukon, Tanah Pasir dan Baktiya Barat. Besarnya sampel ditentukan berdasarkan persamaan Slovin.
4.3.1 Besarnya sampel
Secara umum penentuan ukuran sampel dapat dikelompokkan dalam dua macam pendekatan yaitu: 1 pendekatan statistika, dan 2 pendekatan non
statistika. Pada pendekatan non statistika, subyektifitas peneliti dianggap terlampau besar dalam menentukan ukuran sampel, sehingga terlihat ada
kecenderungan preferensi untuk lebih memilih pendekatan statistika. Ukuran
Universitas Sumatera Utara
sampel akan memberi isyarat mengenai managibility of the research kelayakan penelitian. Ukuran sampel dapat ditentukan melalui dua dasar pemikiran yaitu
pemikiran statistis dan non statistis Lubis, 2002. Rumus untuk penentuan ukuran sampel yang dikembangkan oleh Slovin,
ukuran sampel n bisa langsung diketahui hanya dengan mengetahui ukuran populasinya N. Menurut Sudjarwo 2009, bahwa Slovin mengemukakan ukuran
sampel dari suatu populasi adalah sebagai berikut:
1 d
. N
N n
2
+ =
………………………………………… 4.1
dimana: n = ukuran sampel
N = ukuran populasi d = galat pendugaan
Pada penelitian ini ukuran populasi sebesar 29.181 dengan galat pendugaan sebesar 10 maka besar sampel adalah:
100 1
1 ,
. 181
. 29
181 .
29 n
2
= +
=
Besarnya sampel sebaiknya sebanyak mungkin, semakin besar sampel yang diambil umumnya akan semakin representatif dari populasinya dan hasil
penelitian lebih dapat digeneralisasikan. Dari substansi tujuan penarikan sampel yakni untuk memperoleh representasi populasi yang tepat, maka besarnya sampel
Universitas Sumatera Utara
yang akan diambil perlu mempertimbangkan karakteristik populasi serta kemampuan estimasi. Pertimbangan karakteristik populasi akan menentukan
teknik pengambilan sampel, ini dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan bias, sementara kemampuan estimasi berkaitan dengan presisi
dalam mengestimasi populasi dari sampel serta bagaimana sampel dapat digeneralisasikan atas populasinya, upaya untuk mencapai presisi yang lebih baik
memerlukan penambahan sampel, seberapa besar sampel serta penambahannya akan tergantung pada variasi dalam kelompok, tingkat kesalahan yang ditoleransi
serta tingkat kepercayaan. Dalam penelitian kuantitatif yang dirancang sebagai sebuah penelitian
survei survey research, keberadaan populasi dan sampel penelitian tidak dapat dihindarkan. Populasi dan sampel merupakan sumber utama untuk memperoleh
data yang dibutuhkan dalam mengungkapkan fenomena atau realitas yang dijadikan fokus penelitian. Untuk mencapai keakuratan dan validitas data yang
dihasilkan, populasi dan sampel yang dijadikan objek penelitian harus memiliki kejelasan baik dari segi scope, ukuran, maupun karakteristiknya.
Lebih lanjut bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti dipandang sebagai
suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Proses memilih sebagian dari unsur populasi jumlahnya harus mencukupi secara statistik
sehingga dengan mempelajari sampel serta memahai karakteristik- karakteristiknya ciri-cirinya akan diketahui formasi tentang keadaan populasi.
Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan gejala yang diamati. Ukuran dan keragaman sampel menjadi penentu baik tidaknya sampel yang diambil.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya sedang sampel adalah bagian dari jumlah dan karkateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiono,2006
Berdasarkan populasi di Wilayah Penelitian dapat ditentukan ukuran Sampel menggunakan rumus Slovin. Menurut Wijaya 2009, Analisis SEM
structural equation model membutuhkan sampel paling sedikit 5 kali jumlah variabel indikator yang digunakan. Teknik maximum likelihood estimation
membutuhkan sampel berkisar antara 100-200 sampel. Pendapat lain mengemukakan bahwa Teknik maximum likelihood estimation efektif untuk
sampel berkisar 150-400 sampel. Berdasarkan Tabel 4.2 diperlihatkan bahwa jumlah populasi rumah tangga
di wilayah kajian lima kecamatan sebesar 29.181 jiwa dengan galat pendugaan sebesar 10. Dengan menggunakan rumus Slovin persamaan 4.1 diperoleh
jumlah sampel 100. Untuk mendapatkan presisi yang tinggi maka secara proporsional masing-masing kecamatan sesuai dengan jumlah penduduk sampel
masyarakat secara proporsional diambil sebanyak 355 orang ditambah dengan kelompok masyarakat Tuha Peut, Tuha Lapan dan perangkat desa masing-
masing 1 orang sehingga untuk 5 kecamatan berjumlah 15 orang sehingga jumlah sampel dari masyarakat sebanyak 370 orang. Selain itu juga diambil sampel dari
aparatur pemerintah yang terlibat dalam persoalan banjir sebagai informan terdiri
Universitas Sumatera Utara
dari Bappeda, Dinas Pengairan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD masing-masing 10 orang sehingga jumlah aparatur sebanyak 30 orang
yang menjadi informan. Informasi dari aparatur nantinya akan digunakan sebagai informasi tambahan dari aspek persepsi aparatur. Jumlah sampel secara
proporsional dilakukan dengan menggunakan tabulasi seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Penentuan Ukuran Sampel Kecamatan
Ukuran Sampel
Ukuran Populasi
Galat Pendugaan
n N
d Matang Kuli
49 4.029
0,1 Baktiya
100 8.259
0,1 Lhoksukon
128 10.555
0,1 Tanah Pasir
27 2.238
0,1 Baktiya Barat
50 4.100
0,1
Ukuran Sampel 355
29.181
Menurut Wijaya 2009, Analisis SEM Structural Equation Model membutuhkan sampel paling sedikit 5 kali jumlah variabel indikator yang
digunakan. Teknik maximum likelihood estimation membutuhkan sampel berkisar antara 100 - 200 sampel. Pendapat lain mengemukakan bahwa teknik maximum
likelihood estimation akan efektif untuk sampel berkisar 150 - 400 sampel. Dalam penelitian ini akan digunakan sampel dari masyarakat sebesar 370 orang dan dari
aparatur pemerintah sebagai informan sebanyak 30 orang.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Responden
Untuk memperoleh hasil penelitian yang mendekati kondisi faktual sesuai dengan data empiris maka responden ditentukan terdiri dari multi stakeholders
yaitu: kelompok masyarakat secara individual dalam bentuk rumah tangga, kelompok masyarakat secara kelembagaan atau organisasi kemasyarakatan tuha
peut, tuha lapan dan geuchik. Selain itu aparatur pemerintah yang terlibat dalam pengelola sumber daya air dan penanganan bencana banjir sebagai informan.
Proporsi responden dan informan diperlihatkan pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Penentuan proporsi respondeninforman
KELOMPOK RESPONDEN
INFORMAN JUMLAH
KETERANGAN
Rumah Tangga Matang Kuli
49 Responden
Baktiya 100
Responden Lhoksukon
128 Responden
Tanah Pasir 27
Responden Baktiya Barat
50 Responden
Sub Total 355
Kelompok Masyarakat Tuha Peut
5 Responden
Tuha Lapan 5
Responden Aparatur Desa
5 Responden
Sub Total 15
Aparatur Kepala Bapeda
1 Informan
Staf Bappeda 9
Informan Kadis Pengairan
1 Informan
Staf Pengairan 9
Informan Ka BPBD
1 Informan
Staf BPBD 9
Informan
Sub Total 30
Grand Total 400
Universitas Sumatera Utara
Responden dari penduduk masyarakat ditentukan secara acak dalam arti mendapatkan kesempatan yang sama namun karakteristik responden diupayakan
yang memahami dan mampu menjawab kuesioner yang diberikan.
4.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dilakukan untuk mendefinisikan secara operasional suatu konsep sehingga dapat diukur, dicapai dengan melihat pada
dimensi tingkah laku atau properti yang ditunjukkan oleh konsep dan mengkategorikan hal tersebut menjadi elemen yang dapat diamati dan dapat
diukur Sudjarwo, 2009. Variabel dianalisis dengan Structural Equation Model SEM menggunakan software AMOS dan terdapat variabel yang tidak dapat
langsung diukur latent variable. Pengukuran variabel laten tersebut perlu direpresentasikan dengan beberapa indikator dalam bentuk variabel manifest. Ada
dua jenis variabel laten yaitu variabel laten endogen dilambangkan dengan eta η dan variabel laten eksogen dilambangkan dengan ksi ξ. Variabel laten endogen
adalah variabel laten yang bergantung, atau variabel laten yang tidak bebas dan variabel laten eksogen adalah variabel laten yang bebas.
Definisi operasional variabel dilakukan berdasarkan 2 variabel laten eksogen yaitu tataguna lahan dan partisipasi masyarakat. Disamping itu juga
terdapat 2 variabel laten endogen yaitu banjir dan pengendalian Banjir. Sangat tidak memungkinkan untuk melakukan prediksi secara sempurna, oleh karena itu
Structural Equation Model SEM memasukkan kesalahan struktural yang ditulis dengan lambang zeta
ζ. Kesalahan struktural ini dikorelasikan dengan variabel
Universitas Sumatera Utara
laten endogen. Nilai yang menghubungkan variabel laten dengan pengukurannya diberi simbol lamda
λ.
Variabel penelitian tersebut diberikan defenisi operasional sehingga ada satu pengertian mengenai variabel-variabel yang dianalisis. Pada penelitian ini
masing-masing variabel didefinisikan sebagai berikut: 1. Tataguna lahan
: adalah pemanfaatan lahan dan penataan lahan sesuai dengan peruntukannya sehubungan dengan
luasannya dan regulasi atau peraturan dalam pemanfaatannya. Variabel Tataguna lahan
merupakan laten variabel dengan indikator luas lahan penyangga air hutan rakyat, hutan negara dan
perkebunan yang akan dikonversikan berdasarkan prosentase luas lahan seimbang berdasarkan analisis
secara teknis yaitu 42, indikator alih fungsi lahan khususnya lahan sawah, indikator regulasi lahan dan
indikator ilegal logging 2. Partisipasi masyarakat : adalah keterlibatan masyarakat baik secara individu
maupun secara kelompok masyarakat yang dilakukan dengan sadar untuk berkontribusi sukarela
dalam program pembangunan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada
tahap evaluasi. Variabel partisipasi masyarakat merupakan laten variabel dengan indikator
Universitas Sumatera Utara
partisipasi menjaga infrastruktur, indikator partisipasi materitenaga, indikator partisipasi dalam
perencanaan dan indikator partisipasi dalam pelaksanaan program untuk mengantisipasi
terjadinya banjir 3. Banjir
: adalah suatu kondisi genangan air yang terjadi pada suatu daerah atau wilayah dalam waktu tertentu
dengan luas genangan dan tinggi genangan tertentu pula yang dapat menyebabkan terjadi bencana dan
mengakibatkan kerugian secara materiharta benda bagi masyarakat Variabel banjir merupakan laten
variabel dengan indikator tinggi genangan, indikator lama genangan, indikator luas genangan dan
indikator tingkat kerugian masyarakat akibat terjadi banjir
4. Pengendalian banjir : adalah suatu strategi pengelolaan dataran banjir yang
menjadi domain pemerintah daerah dan dilakukan secara terpadu melalui koordinasi antar entitas
dalam menangani masalah banjir maupun pemeliharaan infrastruktur banjir. Pengendalian
dimaksud dapat dilakukan pada pra bencana banjir, saat bencana banjir maupun pasca bencana banjir.
Variabel pengendalian banjir merupakan laten
Universitas Sumatera Utara
variabel dengan indikator pengelolaan dataran banjir, indikator koordinasi antar entitas, indikator
penanganan bencana banjir dan indikator pemeliharaan infrastruktur banjir
Dengan terdefinisinya masing-masing variabel secara jelas maka akan memudahkan dalam menentukan jenis data, variabel indikator sebagai pengukur
dan model analisis yang memungkinkan pengoperasian antar variabel sehingga akan memudahkan dalam pengumpulan data kebutuhan penelitian. Variabel
indikator pada penelitian ini juga didefinisikan sesuai dengan jenis pengukurannya dan skala pengukurannya. Definisi Operasional masing-masing
variabel termasuk pengukuran variabel dan skala pengukuran selengkapnya serta indikator masing-masing diperlihatkan pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi Faktor
Variabel Variabel
Indikator Definisi Variabel
Pengukuran Variabel
Skala Data
Tataguna Lahan
Luas lahan penyangga
air hutan rakyat, hutan
negara dan perkebunan
luas lahan penyangga air hutan rakyat, hutan negara dan
perkebunan akan dikonversikan dalam prosentase luas lahan
seimbang berdasarkan analisis secara teknis yaitu 42. Kondisi
42 menyatakan bahwa sungaisaluran dapat mengalirkan
debit air dengan baik dan kondisi 42 menyatakan sungaisaluran
tidak dapat mengalirkan debit air secara keseluruhan
a 42 b 41 – 50
c 31 – 40 d 21 – 30
e 10 – 20 Skala
interval
Universitas Sumatera Utara
Alih fungsi lahan
khususnya lahan sawah
Pelaksanaan peraturan alih fungsi lahan seperti izin mendirikan
bangunan IMB, hal ini terkait dengan pembangunan rumah atau
ruko di atas lahan sawah a sangat baik
b baik c cukup baik
d kurang baik e tidak baik
Skala interval
Regulasi Qanun
Pelaksanaan Peraturan Daerah Qanun tentang rencana tata
ruang wilayah RTRW a sangat baik
b baik c cukup baik
d kurang baik e tidak baik
Skala interval
Penebangan hutan secara
liar Peraturan pengusahaan hutan,
pengawasan terhadap penebangan hutan secara liartanpa izin ilegal
loging a sangat baik
b baik c cukup baik
d kurang baik e tidak baik
Skala interval
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi menjaga
infrastruktur Keikutsertaan dalam menjaga
infrastruktur banjir seperti sosialisasi tidak membuang
sampah ke sungai atau saluran drainase
a sangat dilibatkan b dilibatkan
c cukup dilibatkan d kurang dilibatkan
e tidak dilibatkan Skala
interval
Partisipasi materi
tenaga Keikutsertaan memberikan
konstribusi baik dalam bentuk uang ataupun tenaga seperti
bergotong royong membersihkan sampah dari saluran atau sungai
a sangat sering b sering
c cukup sering d sesekali
e tidak pernah Skala
interval
Partisipasi dalam
perencanaan Keterlibatan dalam perencanaan
penanggulangan banjir seperti dimintai masukan tentang apa
yang perlu dilakukan untuk mencegah banjir
a sangat dilibatkan b dilibatkan
c cukup dilibatkan d kurang dilibatkan
e tidak dilibatkan Skala
interval
Partisipasi Dalam
pelaksanaan Keterlibatan dalam pelaksanaan
pembangunan seperti dimintai ikut mengawasi bangunan pencegah
banjir a sangat dilibatkan
b dilibatkan c cukup dilibatkan
d kurang dilibatkan e tidak dilibatkan
Skala interval
Banjir Tinggi
Genangan Tinggi genangan air dari
permukaan tanah apabila terjadi banjir
a 10 - 20 cm b 21 - 30cm
c 31 - 40cm d 11 - 50 cm
d lebih dari 50 cm Skala
interval
Lama Genangan
Lamanya genangan air jika terjadi banjir sejak air tergenang sampai
air surut a Kurang dari 1 jam
b 1 – 4 jam c 4 – 8 jam
d 1 hari e lebih dari 1 hari
Skala interval
Universitas Sumatera Utara
Luas Genangan
Luasnya genangan air jika terjadi banjir dengan
a sebagian dari desa b 1 desa
c lebih dari 1 desa d 1 kecamatan
e lebih 1 kecamatan Skala
interval
Tingkat Kerugian
Jumlah kerugian materi yang dialami jika terjadi banjir
Kuesioner dengan pertanyaan terbuka
terhadap jumlah kerugian akibat
banjir yang akan diklasifikasikan
secara interval Skala
interval
Pengendalian Banjir
Pengelolaan Dataran
Banjir Pelaksanaan program pengelolaan
dataran banjir oleh pemerintah daerah
a sangat baik b baik
c cukup baik d kurang baik
e tidak baik Skala
interval
Koordinasi antar entitas
Pelaksanaan koordinasi antar lembaga dalam mencegah banjir
a sangat baik b baik
c cukup baik d kurang baik
e tidak baik Skala
interval
Penanganan Bencana
Banjir Pelaksanaan penanggulangan
banjir, pra bencana banjir seperti peringatan dini, saat terjadinya
banjir dan pasca banjir a sangat baik
b baik c cukup baik
d kurang baik e tidak baik
Skala interval
Pemeliharaan
Infrastruktur Banjir
Pemeliharaan infrastruktur banjir yang dilakukan pemerintah daerah
a sangat baik b baik
c cukup baik d kurang baik
e tidak baik Skala
interval
4.5 Pengumpulan Data