Analisis Secara Teknis METODE PENELITIAN

Berdasarkan hasil rekapitulasi bencana banjir yang dikeluarkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Aceh Utara, kejadian banjir 13 Januari 2012 menggenangi 31 Desa dan terjadi pengungsian 2.125 rumah tangga atau 9.181 jiwa, sementara pada tanggal 18 Januari 2012 banjir kembali menggenangi 43 Desa dengan jumlah korban mengungsi 3.120 rumah tangga atau 5.412 jiwa dan pada tanggal 11 Juli 2012 banjir menggenangi 26 Desa dengan korban mengungsi 1.125 rumah tangga atau 4.283 jiwa.

5.3 Analisis Secara Teknis

Analisis secara teknis perlu dilakukan sebagai bahan perbandingan terhadap hasil analisis kuesioner. Analisis secara teknis dilakukan pada luasan daerah aliran sungai DAS Krueng Keureuto dengan luas daerah pengaliran sungai sebesar 931 km 2 Berdasarkan Tabel 4.1 pada Bab 4 diperlihatkan bahwa susunan penggunaan lahan berdasarkan data dari pemerintah daerah terdiri dari sawah, pekaranganbangunan, tegalankebun, ladanghuma, padang rumput, lahan tidak diusahakan, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan, lain-lain, tambak, kolamtebatempang, dan rawa-rawa. Dalam analisis ini peruntukan lahan tersebut disederhanakan dan dikelompokkan menjadi 5 kelompok lahan yang terdiri dari lahan pemukiman dan lainnya, lahan sawahladang, lahan perkebunan, lahan tambak dan lahan hutan. terutama terhadap penggunaan lahan yang akan mengakibatkan terjadinya banjir. Universitas Sumatera Utara Dari hasil perhitungan secara teknis terhadap kondisi tataguna lahan eksisting di daerah pengaliran sungai dengan menggunakan metode rasional menghasilkan debit banjir berdasarkan data curah hujan selama 15 tahun sebesar 1.686,16 m 3 det. Sementara dari hasil perhitungan kapasitas tampungan sungai dan saluran yang ada berdasarkan data hidrolis sungai dan kapasitasnya dihasilkan debit yang mampu dialirkan hanya sebesar 946,74 m 3 det, hal ini menggambarkan bahwa sungai Krueng Keureuto dalam kondisi ini sudah tidak mampu lagi mengalirkan debit air sehingga akan terjadi debit limpasan yang akan menjadi genangan sebesar 139,42 m 3 det dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tataguna lahan Aceh Utara pada kondisi eksisting tidak mampu menjadi penyangga air. seperti diperlihatkan pada Tabel 5.5 Tabel 5.5 Tataguna lahan eksisting dan debit yang terjadi No Tataguna Lahan Luas Lahan Eksisting km 2 1 Pemukiman lainnya 52.50 5.64 2 Sawah, Ladang 134.18 14.41 3 Perkebunan 36.60 3.93 4 Tambak 13.62 1.46 5 Hutan 694.10 74.55 Jumlah 931.00 100.00 Debit Yang Terjadi m 3 1,686.16 det Menurut Chow et al 1988 tataguna lahan berbanding lurus dengan banjir, tataguna lahan dikonversikan melalui koefisien pengaliran yang besarnya Universitas Sumatera Utara tergantung dari jenis lahan tersebut. Hasil analisis secara teknis menggambarkan bahwa untuk mendapatkan kondisi seimbang antara penggunaan lahan untuk penyangga air hutan, hutan rakyat dan perkebunan dibutuhkan perbandingan luas sebesar 42 dari luas wilayah sehingga kondisi ini akan menggambarkan bahwa debit yang terjadi akan seimbang dengan kemampuan sungai mengalirkan air dan dapat mengurangi banjir. Hasil analisis secara teknis akan digunakan sebagai pembanding terhadap analisis kuesioner dalam menjawab hipotesis pengaruh tataguna lahan terhadap banjir melalui pertanyaan tentang luas lahan hutan di daerah kajian.

5.4 Uji Validitas dan Reliabilitas