c. Drainase lahan: drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantaran banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam
menampung debit air yang tinggi. d. Kerusakan bangunan pengendali air: pemeliharaan yang kurang memadai
dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.
e. Perencanaan sistim pengendalian banjir tidak tepat: beberapa sistim pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir
kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir yang besar.
f. Rusaknya hutan hilangnya vegetasi alami: penebangan pohon dan tanaman oleh masyarakat secara liar Illegal logging, tani berpindah-
pindah dan permainan rebiosasi hutan untuk bisnis dan sebagainya menjadi salah satu sumber penyebab terganggunya siklus hidrologi dan
terjadinya banjir.
2.5.1 Pengendalian ruang kawasan rawan bencana banjir
Sehubungan dengan penanganan kawasan rawan banjir, terdapat 2 dua pendekatan pengendalian, yaitu:
1. Pengendalian Struktural pengendalian terhadap banjir pelaksanaan pengendalian ini dilakukan melalui kegiatan rekayasa teknis, terutama
dalam penyediaan prasarana dan sarana serta penanggulangan banjir pedoman penanggulangan banjir,
Universitas Sumatera Utara
2. Pengendalian Non Struktural pengendalian terhadap pemanfaatan ruang kegiatan ini dilakukan untuk meminimalkan kerugian yang terjadi akibat
bencana banjir, baik korban jiwa maupun materi, yang dilakukan melalui pengelolaan daerah pengaliran, pengelolaan kawasan banjir, flood
proofing, penataan sistem permukiman, sistem peringatan dini, mekanisme perijinan, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan upaya pembatasan
limitasi pemanfaatan lahan dalam rangka mempertahankan keseimbangan ekosistem.
Pedoman yang disusun merupakan bentuk pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana banjir, yang perlu dilakukan sebagai suatu upaya
untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah.
2.5.2 Pembagian ruang yang berpotensi rawan bencana longsor dan banjir
Konsep pembagian ruang untuk kawasan yang mempunyai potensi rawan bencana banjir dan longsor seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2 yaitu:
1. Kawasan Rawan Bencana Longsor: Meliputi Kawasan Perbukitan yang berfungsi sebagati Kawasan Lindung
2. Kawasan Rawan Bencana Banjir: Meliputi Kawasan Dataran dan Pesisir yang berfungsi sebagai Kawasan Budidaya.
Berdasarkan gambaran tersebut terlihat adanya keterkaitan antara pola penanganan kawasan rawan longsor dan rawan banjir, karena pola pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
kawasan rawan longsor di bagian hulu, mempunyai dampak besar terhadap kawasan rawan banjir yang ada di bagian hilir.
Gambar 2.2 Pembagian Kawasan Potensi Rawan Bencana Banjir dan Longsor
2.5.3 Kebijakan pokok dan pemanfaatan ruang potensi banjir