BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan Wilayah
Sirojuzilam 2010, menjelaskan bahwa: 1. Perencanaan adalah sebuah cara berfikir yang berorientasi pada masa depan dengan sifat preskriptif
menggunakan metoda dan sistematika yang rasional. 2. Perencanaan adalah penyusunan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan sebuah status
yang diiinginkan, tindakan: kegiatan, kelakuan terhadap sesuatu objek yang secara rasional diketahui akan mendekatkan pada status yang diinginkan. Wilayah
adalah merupakan satuan ruang geografis yang dibatasi oleh batas-batas fisisk iklim, air, vegetasi, morfologi, sosial etnis, budaya, kependudukan, ekonomi
jaringan produksi-pasar, pelayanan, politik administrasi pemerintahan, administrasi fungsional lain tertentu dengan perkataan lain wilayah mengandung
dimensi teritori daerah dan fungsi wilayah. Perencanaan wilayah yang lebih terfocus pada perencanaan pembangunan ekonomi berjalan seiring dengan
dilaksanakannya community planning dan participatory planning. Dengan demikian perencanaan wilayah adalah penerapan metode ilmiah dalam pembuatan
kebijakan publik dan upaya untuk mengaitkan pengetahuan ilmiah dan teknis dengan tindakan-tindakan dalam domain publik untuk mencapai tingkat
kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sirojuzilam 2007, bahwa perencanaan dapat dilakukan dengan cara-cara:
1. Menentukan tujuan dan sasaran perencanaan dalam proses politik yang menyertakan seluruh warga stake holders
2. Mengetahui fakta-fakta tentang kondisi yang ada dan latar belakangnya serta memperkirakan apa yang bakal terjadi dalam situasi-situasi tertentu
3. Mengkaji pilihan-pilihan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran dengan mengingat potensi dan hambatan yang ada
4. Menentukan pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbangan-pertimbangan normatif maupun teknis di dalam konteks partisipatif
5. Mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil dalam pelaksanaan pilihan yang diambil
6. Melakukan langkah-langkah implementasi melalui tindakan sosialisasi, penegakan, pemberian insentif dan sebagainya serta memantau
pelaksanaannya secara sistematik dan teratur
Pengertian perencanaan dapat berbeda antara perencana yang satu dengan perencana lainnya. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan sudut pandang,
perbedaan fokus perhatian dan perbedaan luasnya bidang yang tercakup dalam perencanaan yang dimaksud Tarigan,2008. Menurut Soemarno 2004,
Perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan kontinyu sejak dari tahap survei hingga tahap pelaksanaan implementasi. Pada kenyataannya proses
perencanaan merupakan kegiatan yang tidak pernah selesai, karena selalu
Universitas Sumatera Utara
memerlukan peninjauan ulang atau pengkajian guna memberikan umpan balik dalam proses evaluasi. Dalam proses penentuan alternatif, pemilihan alternatif dan
evaluasi diperlukan analisis yang seksama donkomprehensif. Analisis merupakan uraian atau usaha untuk mengetahui arti suatu keadaan. data, informasi atau
keterangan mengenai suatu keadaan diurai dan dikaji hubungannya satu sama lain, diselidiki kaitan yang ada antara yang satu dengan yang lainnya. Analisis wilayah
regional adalah suatu upaya melihat berbagai faktor perkembangan dalam skala wilayah, sementra daerah dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang
batasannya ditentukan oleh beberapa faktor yaitu tujuan, skala, dan proses. Tujuan sangat besar pengaruhnya terhadap proses perencanaan. Lebih lanjut
Soemarno 2004, menjelaskan bahwa pada setiap pembuatan perencanaan diharapkan perencana harus sudah mengetahui atau menetapkan tujuannya dan
untuk siapa perencanaan tersebut dibuat. Dalam konteks ini proses perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha memaksimumkan segala sumber daya yang
ada pada suatu wilayah atau negara untuk tujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya. Untuk dapat menerapkan asas memaksimumkan
manfaat segala sumber daya dengan meminimumkan dana masyarakat, diperlukan kemampuan analisis atas kedua faktor yang tidak saling terkait tersebut.
Skala perencanaan mempunyai peranan penting pula. Secara teori perencana dapat mencakup seluruh dunia atau lebih kecil yaitu batas wilayah
negara. Sebagai contoh, dapat dikemukakan perencanaan daerah aliran sungai yang menembus batas wilayah negara. Pada umumnya perencanaan dilakukan
dalam skala nasional, wilayah dan setempat. Setiap cita-cita dan tujuan suatu
Universitas Sumatera Utara
negara dituangkan dalam rencanarancangan nasional yang kemudian dipecah- pecah ke dalam rancangan wilayah. Dalam pelaksanaannya ke sasaran terakhir,
rancangan wilayah diterjemahkan ke dalam rencana setempat. Dari sini terlihat, rancangan daerah merupakan jembatan antara rancangan nasional dan rancangan
setempat Soemarno, 2004. Menurut Tarigan 2008 dinyatakan bahwa definisi yang sangat sederhana terhadap perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan
memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Definisi seperti ini pada dasarnya tidaklah salah namun tidak mampu memberikan
gambaran atas suatu perencanaan yang rumit dan luas. Definisi seperti ini hanya cocok untuk perencanaan sederhana yang tujuannya dapat ditetapkan dengan
mudah dan tidak terdapat faktor pembatas yang berarti untuk mencapaui tujuan tersebut.
Faktor perencanaan lainnya ialah proses daerah maupun kota selalu berubah. Keadaan sosial akan berubah,lambat atau cepat. Bebagai perubahan ini
tentu saja akan berpengaruh pada ekonomi masyarakat sehingga selanjutnya berpengaruh pula pada keadaan fisik daerahkota. Daerah atau kota yang
mengalami urbanisasi besar, mengalami perubahan ekonomi dan fisik yang juga bergerak dengan cepat seperti di pulau Jawa dan beberapa kota besar lainnya di
Indonesia. Pola dan laju proses perkembangan masyarakat, ekonomi, politik dan lainnya dapat dikaji untuk dijadikan bahan pertimbangan pokok bagi penentuan
kebijakan perencanaan. Kebijakan ini menyangkut beberapa aspek penting selain menentukan apa yang dikembangkan, juga harus menentukan bagaimana, kapan,
dan berapa besar pengembangannya. Melihat pola dan laju perkembangan
Universitas Sumatera Utara
penduduk, seorang perencana kota akan dapat menentukan segala kebutuhan yang diperlukan pada 10 tahun mendatang. Hal ini sudah mencakup pertanyaan apa dan
kapan. Dalam perencanaan hal tersebut belumlah cukup dan masih harus dilengkapi dengan pengetahuan berapa besar pengembangan yang sebenarnya
dibutuhkan, dan bagaimana mewujudkannya. Berbagai kesulitan akan dihadapi dalam pekerjaan analisis, terutama yang menyangkut data, definisi daerah atau
kota, penentuan batas daerah perencanaan dan lainnya. Dalam pekerjaan analisis seringkali dihadapi berbagai kesulitan antara lain ketersediaan data dan penentuan
daerah perencanaan Soemarno, 2004. Menurut Tarigan 2008, bahwa langkah-langkah dalam perencanaan
wilayah dinyatakan oleh Glasson bahwa “Major features of general planning include a sequence of action wich are designed to solve problems in the fiture”
sehingga perencanaan dalam pengertian umum adalah menyangkut serangkaian tindakan yang ditujukan untuk memecahkan persoalan di masa depan. Glasson
menetapkan urutan langkah-langkah perencanaan wilayah sebagai berikut: 1.
The identification of problems 2.
The formulation of general goals and more specific and measureable objectives relating to the problems
3. The identification of possible constraints
4. Projection of the future situation
5. The generation and evaluation of alternative courses of action and the production of preferred plan wich in generic form may include any policy
statement or strategy as well as definitive plan
Universitas Sumatera Utara
Untuk kebutuhan perencanaan wilayah di Indonesia, apa yang dikemukakan oleh Glasson masih perlu diperluas setidaknya memerlukan unsur-
unsur yang urutan atau langkah-langkahnya sebagai berikut Tarigan, 2008: 1. Gambaran kondisi saat ini dan identifikasi persoalan, baik jangka pendek,
jangka menengah maupun jangka panjang. Untuk dapat menggambarkan kondisi saat ini dan permasalahan yang dihadapi mungkin diperlukan
kegiatan pengumpulan data terlebih dahulu baik data sekunder maupun data primer
2. Tetapkan visi, misi dan tujuan umum. Visi, misi dan tujuan umum haruslah merupakan kesepakatan bersama sejak awal
3. Identifikasi pembatas dan kendala yang sudah ada saat ini maupun yang diperkirakan akan muncul pada masa yang kan datang
4. Proyeksikan berbagai variabel yang terkait baik yang bersifat controllable dapat dikendalikan maupun non-controllable di luar jangkauan
pengendalian pihak perencana 5. Tetapkan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai dalam kurun waktu
tertentu yaitu berupa tujuan yang dapat diukur 6. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif untuk mencapai sasaran
tersebut. Dalam mencari alternatif perlu diperhatikan keterbatasan dana dan faktor produksi yang tersedia
7. Memilih alternatif yang terbaik, termasuk menentukan berbagai kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan
8. Menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
9. Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan pada tiap lokasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan
Menurut Friedmann 2001, dinyatakan bahwa perencanaan wilayah hampir merupakan suatu upaya dalam membuat suatu formula bagi pusat-pusat
pertumbuhan dengan mengabaikan dimensi-dimensi lain dari kebijakan wilayah atau teritorial seperti kebijakan-kebijakan khusus yang menjadi latar belakang
diskusi akademik. Dalam perencanaan wilayah perhatian tidak hanya diberikan sebatas pada sumberdaya alam, impelementasi politik dan organisasi administrasi
bagi pembangunan pedesaan namun pada semua aspek kehidupan masyarakat. Definisi perencanaan wilayah yang lebih komprehensif dan mungkin dengan
orientasi yang berbeda diberikan oleh Profesor Kosta Mihailovic yang menyebutkan bahwa pembangunan wilayah diartikan sebagai perubahan sosial
ekonomi dalam berbagai tipe wilayah, hubungan interregional yang dinamis dan faktor-faktor relevan yang memiliki keterkaitan dengan tujuan dan hasil dari
pembangunan. Faridad 2003 mendefinisikan perencanaan wilayah sebagai suatu aplikasi dari model pertumbuhan bagi perencanaan pembangunan dengan rujukan
yang sangat jelas dalam dimensi ruang bagi proses pembangunan. Sebagai alternatif, hal ini dapat ditunjukkan sebagai persiapan action plan pemerintah
dengan mempertimbangkan aktivitas ekonomi dan pembangunan wilayah. Dalam sejarah perkembangan konsep pengembangan wilayah di Indonesia,
terdapat beberapa landasan teori yang turut mewarnai keberadaannya:
Universitas Sumatera Utara
1. Walter Isard, sebagai pelopor Ilmu Wilayah yang mengkaji terjadinya hubungan sebab akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang
wilayah, yakni faktor fisik, sosial ekonomi, dan budaya. 2. Hirschmann, pada era 1950-an yang memunculkan teori polarization effect
dan trickling-down effect dengan argumen bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan unbalanced development.
3. Myrdal, pada era 1950-an dengan teori yang menjelaskan hubungan antara wilayah maju dan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah
backwash and spread effect. 4. Friedmann, pada era 1960-an yang lebih menekankan pada pembentukan
hirarki guna mempermuda h pengembangan sistem pembangunan yang kemudian dikenal dengan teori pusat pertumbuhan.
5. Terakhir adalah Douglass pada era 1970-an yang memperkenalkan lahirnya model keterkaitan desa–kota rural–urban linkages dalam
pengembangan wilayah.
Melihat latar belakang dari para pelopor ilmu wilayah regional science tersebut, maka dalam perkembangannya sense Ilmu Ekonomi terlihat sangat
menonjol, namun demikian mengingat bahwa permasalahan pembangunan wilayah pada umumya sangat luas mencakup ekonomi, sosial, lingkungan fisik,
dan prasarana maka secara harfiah ilmu wilayah dapat dipandang sebagai ilmu yang mempelajari aspek-aspek dan kaidah-kaidah kewilayahan, dan mencari cara-
cara yang efektif dalam mempertimbangkan aspek-aspek dan kaidah-kaidah
Universitas Sumatera Utara
tersebut ke dalam proses perencanaan pengembangan kualitas hidup dan kehidupan manusia Rustiadi, 2009. Lebih lanjut Kajian perencanaan dan
pengembangan wilayah selanjutnya didasarkan pada upaya untuk
memenuhi kebutuhan ilmu-ilmu kewilayahan yang berkembang kearah kebijakan dan perencanaan. Bidang kajian ini berupaya menjawab permasalahan
perkembangan wilayah yang tidak terbatas pada “mengapa” namun hingga “bagaimana” suatu wilayah dibangun. Jawaban dari “bagaimana” selanjutnya
akan mencakup aspek-aspek perencanaan yang bersifat spasial spatial planning, rencana penggunaan lahantataguna lahan land use planning hingga ke
perencanaan-perencanaan kelembagaan pembangunan, termasuk proses-proses perencanaan itu sendiri Rustiadi, 2009. Berbagai teori dan konsep dalam
pengembangan wilayah tersebut di atas juga diperkaya oleh gagasan yang dikemukan oleh pemikir dalam negeri diantaranya dikemukakan oleh Sutami pada
era 1970-an dengan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur yang intensif untuk mendukung pemanfaatan potensi sumber daya alam akan mampu
mempercepat pengembangan wilayah, selain itu juga pemikiran yang dikemukakan oleh Poernomosidhi pada era transisi memberikan kontribusi
lahirnya konsep hirarki kota-kota dan hirarki prasarana jalan melalui Orde Kota.
2.2 Pilar Pengembangan Wilayah