yang menanggulangi dampak dampak yang mungkin timbul serta melindungi mangrove.
6. Pra Konstruksi Pra konstruksi merupakan kegiatan awal sebuah proyek dilaksanakan. Pada
kegiatan ini segala sesuatu sebelum dimulainya pekerjaan di persiapkan terlebih dahulu mulai dari bahan, peralatan, serta sarana prasarana yang
menunjang jalannya proses pembangunan. Pra konstruksi merupakan tahapan pemantapan dari tahap-tahap sebelumnya, termasuk persiapan
pelaksanaan berdasarkan metode kerja yang telah dibuat sebelumnya. Apa yang sudah dibuat dalam perencanaan di implementasikan disini dimana
menjadi wajib hukumnya melindungi mangrove.
7. Konstruksi Tahap ini merupakan proses pemanfaatan dan pengelolaan mangrove serta
pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan tepi pantai berdasarkan metode dan syarat-syarat yang telah dibuat sebelumnya. Seluruh ietm pekerjaan
harus sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat dengan konsep ramah lingkunga.
8. Pasca Konstruksi Pada tahap ini kembali dilakukan monitoring terhadap proyek yang telah
dilakukan, yaitu pemanfaatan dan pengelolaan mangrove serta pelaksanaan bangunan tepi pantai berkelajutan.
9. Evaluasi Pasca Proyek Dari hasil monitoring tersebut maka akan dilakukan evaluasi terhadap
proyek tersebut, seperti evaluasi berdasarkan dokumen AMDAL yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya serta audit lingkungan.
10. Pengelolaan Berkelanjutan Setelah itu, pelaksanaan pengelolaan mangrove dan bangunan tepi pantai
terus dimonitor secara berkala agar pemanfaatan mangrove dan keberadaan bangunan tepi pantai tetap sesuai dengan tujuan awalnya.
Dapat disimpulkan dari siklus proyek tersebut bahwa metode kerja merupakan hal yang wajib di taati dan dilaksanakan dengan baik. Construction
Method atau metode pelaksanaan, merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dan teknis, sehubungan dengan ketersediaan sumber daya dan kondisi
medan kerja, guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien. Metodologi dalam mengontrol proses dan pelaksanaan pembangunan dengan
tujuan tercapainya eco city bagi kota tepi pantai ramah lingkungan tentunya bukan merupakan pekerjaan mudah. Untuk itu diperlukan penelaahan lebih
spesifik sehingga didapatkan metodologi yang akurat untuk terukurnya sebuah kota ramah lingkungan yang menggunakan konstruksi sipil yang menurunkan
derajat kerusakan lingkungan menuju baku mutu. Pada tahapan ini proses AMDAL mulai berperan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Sebuah
pekerjaan yang menyangkut lingkung wajib memiliki dokumen AMDAL dan atau UKLUPL. Namun demikian hal itu hanya menjadi perhiasan belaka bagi
sebuah proyek konstruksi. Perlu SOP yang berbasiskan kepemimpinan militer sehingga fungsi kontrol dapat berjalan tanpa ada unsur pungli apalagi korupsi.
4.4 Disain Pengelolaan Terpadu Kawasan Pesisir dan lautan Berbasiskan
Teknik Pantai dan Ekosistem mangrove Tahapan ini merupakan tahap akhir dari sebuah perencanaan secara
keseluruhan yaitu mendisain pengelolaan terpadu kawasan pesisir dan lautan berkelanjutan yang diteliti. Pengelolaan Terpadu Kawasan Pesisir dan lautan
ICM didefinisikan sebagai proses berulang-ulang dan kolektif yang harus dikoordinasikan dengan menggunakan pendekatan multi disiplin, yang urutan
disederhanakan menghubungkan ilmu pengetahuan dan manajemen. Siklus proyek adalah proses dasar ICM, dengan ide sentral dari beberapa langkah
menyusun perencanaan, komitmen , pelaksanaan dan evaluasi Pernetta dan Elder 1993; Cicin - Sain dan Knecht 1998; Olsen et al 1999; Key dan Alder
1999; Chua 2006; Satumanatpan dan Henocque 2010.
Henocque dan Denis 2001 mengusulkan proses ICM menjadi 8 langkah dengan urutan sebagai berikut : inisialisasi kondisi untuk proses pengelolaan
pesisir , kelayakan pelaksanaan , sosial - lingkungan penilaian, skenario atau alternatif , penyusunan rencana aksi, pengambilan keputusan kelembagaan
pengaturan , rencana pelaksanaan dan evaluasi dengan di bagi dalam 3 tahapan. Pada siklus Henocque dan Denis 2001 sedikit di modifikasi oleh penulis di
bagian tahapan menjadi 4 tahap serta urutan pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi wilayah penelitian berbasiskan Ekosistem Mangrove dan Teknik Pantai
Gambar 103. Gambar 103. Siklus Pengelolaan Terpadu Kawasan Pesisir dan Lautan
Berbasiskan Ekosistem Mangrove dan Teknik Pantai modifikasi dari Henocque dan Denis 2001
Pada siklus di atas, pelaku pesisir baik itu investor, pemerintah dan berbagai stakeholder memulai dengan melakukan identifikasi permasalahan serta isu isu
yang ada. Identifikasi isu dilihat dari konteks sosial, ekonomi, lingkungan serta politik. Selanjutanya mengikuti 4 tahapan yaitu identifikasi awal, perencanaan,
TAHAP 2
Perencanaan
4.Pra Perencnaan 5.Perencanaan Teknis
TAHAP 3
Penerapan Aplikasi
6.Pra Konstruksi 7.Konstruksi
8.Pasca Konstruksi
TAHAP 1
Identifikasi Awal
1.Perencanaan Umum 2.Prastudi Kelayakan
3.Studi Kelayakan TAHAP 4
Monitoring Evaluasi
9.Evaluasi Pasca Proyek
10.Pengelolaan berkelanjutan
Pemrakarsa Percontohan Group
Panitia Team Kerja Koordinasi Antar Sektor
Identifikasi Isu
Zonasi
Management Plan
Identifikasi Oleh
Pelaku
Peluang Hambatan
Skenario Tujuan,
Strategi Diagnostics
Adopsi Keuangan
Training Specific
Impact Study
Review Evaluasi
Pelatihan Pembelajaran
Terhadap Dampak
Respon
SISTEM INFORMASI Informasi Awal
Informasi Mendalam INSTITUSI
Konteks Politik, Sosial, Ekonomi dan
Lingkungan
penerapan dan monitoringevaluasi. Empat tahapan siklus pada Gambar 103 di jelaskan sebagai berikut perhatikan Gambar 102:
1. Tahap 1: Identifikasi awal ini menjadi hal penting sebelum dimulainya pekerjaan
perencanaan. Dilakukan langkah perencanaan umum, pra-studi kelayakan dan studi kelayakan. Kajian terhadap dampak yang akan terjadi dari
proses
pembangunan terhadap
ekosistem mangrove
wajib diperhitungkan. Pengumpulan informasi atau isu akan di lihat dari
berbagai macam konteks seperti politik, kelembagaan, sosial, ekonomi dan lingkungan.Identifikasi isu pengelolaan meliputi: mengidentifikasi
stakeholder utama dan kepentingannya, menilik potensi dan kondisi sumberdaya dan lingkungan pesisir, daya dukung ekosistem mangrove,
mengkaji isu-isu pesisir dan kelembagaan serta implikasinya, mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara kegiatan manusia, proses
alamiah dan kerusakan sumberdaya pesisir, memilih isu-isu penting yang akan menjadi fokus utama pengelolaan, merumuskan dan menyusun
tujuan pengelolaan pesisir.Keterlibatan pemerintah dari tingkat pusat, propinsi dan kota memainkan peranan penting di semua sektor dan isu
yang ada secara vertikal. Secara horizontal yaitu satuan kerja yang menjadi tupoksinya mulai dari awal sudah di libatkan serta pemangku
kepentingan yang bermain di kawasan pesisir tersebut. Hasil perhitungan pra study kelayakan dan study kelayakan inilah baik itu negatif atau
positif yang menjadi dasar diteruskan atau tidaknya pekerjaan dan proses pengelolaan.
2. Tahap 2: Terdapat2 kegiatan yaitu pra-perencanaan dan perencanaan. Secara
teknis bahwa disain yang ada sudah mencakup pekerjaan melindungi mangrove seperti dijelaskan dalam Siklus Proyek. Perencanaan program