Teknologi Bahan Pembangunan Kota Ramah Lingkungan
seperti penataan kembali garis pantai dan pemeliharaan jarak aman dari garis pantai untuk semua kegiatan pembangunan.
g. Penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang tidak terkendali seperti permukiman peduduk,
reklamasi pesisir tanpa AMDAL yang benar berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem pesisir misalnya terjadinya penurunan
biodiversitas karena pencemaran. ICZM mengantisipasi hal semacam itu dan merekomendasikan solusinya.
h. Pedalaman Hinterland. ICZM berperan dalam menyusun strategi untuk mengurangi dampak negatif
pemanfaatan lahan hinterlands terhadap sumberdaya pesisir dan laut. i. Bentang darat Landscap.
Bentang darat dan pemandangan alam wilayah pesisir dan laut bersifat unik, sehingga memerlukan perhatian khusus untuk melindungi dan menjamin
akses masyarakat ke wilayah tersebut. Salah satu program ICZM adalah melakukan preservasi keindahan pemandangan alam.
j. Konflik pemanfaatan sumberdaya. Wilayah pesisir dan laut menyimpan potensi konflik diantara para
stakeholder. ICZM menyediakan platform metodologi resolusi konflik secara formal.
Berdasar sumber dari The Coastal Zone Management Subgroup yang telah mempelajari baik strategi fisik maupun institusi untuk beradaptasi terhadap
konskwensi yang potensial dengan adanya kenaikan permukaan air laut, dimana respons yang dibutuhkan untuk melindungi kehidupan manusia dibagi dalam 3
tiga kategori alternative : 1 Retreat,
tanpa usaha
melindungi daratan
pesisir pantai
dan meninggalkantidak lagi menggunakan untuk pemukiman.
2 Akomodasiadaptasi: masyarakat pantai seterusnya menggunakan daratan pantai tersebut dengan segala resikonya tanpa adanya usaha pencegahan
banjir dengan hidup secara harmonis dengan air. Sebagai contoh: Konsep Kota Tepian Pantai Waterfront City
3 Proteksi, di mana melibatkan penggunaan struktur berat dan keras menggunakan bangunan-bangunan offshore dam, water breaker, groyne
dll., termasuk juga penyelesaian secara lunak dengan rehabilitasi mangrove.
Pengembangan kota pantai di Indonesia merupakan masalah yang harus
ditangani secara seksama, karena Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia dan terdapat 516 kota andalan di Indonesia dengan 216 kota di antaranya
merupakan kota tepi air yang berada di tepi laut pantai, sungai, atau danau. Dibandingkan dengan kawasan tepi sungai atau danau, kawasan kota pantai
mempunyai lebih banyak potensi untuk dikembangkan, terutama terkait dengan aspek fungsi dan aksesibilitas Suprijanto 2000. Setiap upaya mengembangkan
kota pantai seharusnya mengenali potensi sumber daya, daya dukung lingkungan karakteristik pantai, dan gejala alam di sekitarnya sehingga dapat dilakukan
penyesuaian untuk memperkecil biaya ataupun resiko dampak di kemudian hari seiring perkembangan kota Hantoro 2007. Menurut Torre 1989, beberapa
unsur yang dapat mendukung keberhasilan suatu waterfront sebagai berikut:
1. Tema
Elemen ini ditentukan oleh iklim, budaya, dan sejarah. Tema tersebut akan menentukan ruang-ruang yang akan dibentuk, tata guna lahan, material yang
akan dipakai, skala, dan makna waterfront sehingga tercipta suatu keunikan yang menarik pengunjung dan menimbulkan perasaan untuk kembali lagi.
2. Kesan image Kesan publik akan mempengaruhi minatnya untuk mengunjungi waterfront.
Keinginan untuk mengunjungi suatu kawasan waterfront akan sulit dihidupkan apabila kesan masyarakat sudah negatif. Oleh karena itu, harus
ditimbulkan kesan positif sebelum mengembangkan waterfront, misalnya melalui promosi atau pertemuan terbuka.
3. Keaslian Karakter waterfront yang akan dikembangkan harus ditemukan dan
dipertahankan sehingga akan menimbulkan suatu keunikan dan meningkatkan daya tariknya.
4. Kegiatan Jenis kegiatan harus disusun sedemikian rupa sehingga urutannya dapat
dinikmati secara baik oleh pengunjung. Kemudahan pencapaian, sirkulasi, dan pengalaman yang menarik harus tetap diperhatikan. Hal yang paling
diminati pengunjung adalah kesempatan untuk makan atau duduk santai sambil melihat lihat.
5. Persepsi publik Sebelum pengembangan dimulai, publik harus diyakinkan bahwa kegiatan ini
akan meningkatkan kualitas kawasan sekitarnya dan kegiatan yang sudah terbentuk tidak akan terganggu dengan adanya pengembangan ini. Tujuan ini
dapat dicapai dengan menginformasikan kepada masyarakat tentang kegiatan yang akan berlangsung sehingga masyarakat akan mendukung keberhasilan
pengembangan kawasan waterfront.
6. Pelestarian lingkungan Pengembangan waterfront harus tetap melestarikan lingkungan dalam hal ini
ekosisitem mangrove, bahkan jika memungkinkan dapat memperbaiki lingkungan yang rusak. Selain itu, pengembangan sedapat mungkin
mengurangi dampak lingkungan dan memanfaatkan secara maksimal sumber daya alam yang ada.
7. Teknologi konstruksi Tugas utama dalam bidang konstruksi adalah membuat suatu metode yang
dapat menstabilkan garis pertemuan antara darat dan air. 8. Manajemen
Manajemen yang baik dan efektif terhadap pemeliharaan kawasan dan peningkatan daya tarik dengan mengadakan kegiatan berkala sangat
diperlukan untuk menghidupkan kawasan pantai.
Pengelolaan yang berkelanjutan adalah usaha manusia untuk mengubah, mengatur, dan menata ekosistem agar manusia memperoleh manfaat yang
maksimal dengan mengusahakan kontinuitas keberadaannya yang dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu, dan energi Wardiningsih 2005. Menurut Sarosa
2002, dimensi-dimensi keberlanjutan terdiri atas temporalintergenerational,
spasial, sosial-ekonomi, politik ecological cost, advantage atau disadvantage, interspecies, dan inter-medium.
Pengelolaan berkelanjutan suatu kawasan pantai menurut Dahuri et al. 2001, memerlukan empat persyaratan sebagai berikut.
1. Setiap kegiatan pembangunan seperti tambak, pertanian, dan pariwisata harus ditempatkan pada lokasi yang sesuai secara biofisik. Persyaratan ini
dapat dipenuhi dengan cara membuat peta kesesuaian lahan land suitability termasuk perairan.
2. Jika memanfaatkan sumber daya yang dapat pulih seperti penangkapan ikan di laut, tingkat penangkapannya tidak boleh melebihi potensi lestari stok
ikan tersebut. Demikian halnya jika menggunakan air tawar biasanya merupakan faktor pembatas dalam ekosistem pulau-pulau kecil, laju
penggunaannya tidak boleh melebihi kemampuan pulau tersebut untuk menghasilkan air tawar dalam kurun waktu tertentu.
3. Jika membuang limbah ke lingkungan pulau, jumlah limbah bukan limbah B3, tetapi jenis limbah yang biodegradable tidak boleh melebihi kapasitas
asimilasi lingkungan pulau tersebut. 4. Jika memodifikasi lanskap suatu pulau seperti penambangan pasir dan
reklamasi atau melakukan kegiatan konstruksi di lingkungan pulau, khususnya di tepi pantai, seperti membangun dermaga jetty dan hotel, harus
sesuai dengan pola hidrodinamika setempat dan proses-proses alami lainnya.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kawasan pantai menurut Andit 2007, yaitu 1 pemerintah harus memiliki inisiatif dalam
menanggapi berbagai permasalahan degradasi sumber daya yang terjadi dan konflik yang melibatkan banyak kepentingan, 2 menangani wilayah pesisir
berbeda dengan menangani proyek harus terus-menerus, 3 menetapkan batas wilayah hukum secara geografis meliputi wilayah perairan dan wilayah
daratan, 4 menetapkan tujuan khusus atau issu permasalahan yang harus dipecahkan melalui program-program, 5 memiliki identitas institusional dapat
diidentifikasi apakah sebagai organisasi independen atau jaringan koordinasi dari organisasi organisasi yang memiliki kaitan dalam fungsi dan strategi
pengelolaan, dan 6 mencirikan integrasi dua atau lebih sektor berdasarkan pengakuan alam dan sistem pelayanan umum yang saling berhubungan dalam
penggunaan pesisir dan lingkungan.
Demikian juga dengan keterkaitan yang dilakukan di laut lepas, seperti kegiatan pengeboran minyak lepas pantai dan perhubungan laut Bengen 2005.
Menurut Kodoatie 2004, pengelolaan kawasan pantai terpadu diwujudkan dalam bentuk rencana induk master plan pengelolaan kawasan pantai terpadu,
baik tingkat nasionalprovinsi maupun kabupatenkota. Master plan itu terdiri atas beberapa hal yang saling berkait secara integral, yaitu meteorologi pantai,
oseanografi, hidrografi pantai, coastal engineering, coastal management, sedimen transport, banjir, lingkungan pantai, bangunan pelindung pantai,
pelabuhan, navigasi, estuari mulut sungai, flora dan fauna pantai, aliran air tanah, pertanian, kependudukan dan urbanisasi, industri, satuan wilayah pantai,
serta reklamasi pantai.
Selanjutnya untuk mempertahankan kelestarian dan keberadaan dari suatu sumber daya alam dan lingkungan, salah satu satu pendekatan yang dapat
digunakan adalah melakukan penilaian terhadap daya dukung. Pendekatan ini digunakan untuk meminimalisasi kerusakan atau membatasi penggunaan sumber