Acuan Dasar Awal Disain Konstruksi Menyatu dengan Mangrove

4.3.3 Modifikasi Disain ZonaWaterfront City untuk Melindungi Pantai 17

Pulau menjadi 10 Pulau Pada bab ini merupakan pembahasan awal sebelum masuk kedalam perencanaan yang masuk dalam wilayah penelitian. Untuk itu dibahas tentang adanya perencanaan 17 pulau. Berdasarkan sumber awal jurnal dari Sylvira A. Azwar, Emirhadi Suganda, Prijono Tjiptoherijanto, Henita Rahmayanti 2013. Model of Sustainable Urban Infrastructure at Coastal Reclamation of North Jakarta. Procedia Environmental Sciences 17 2013 452 – 461. Publisher Elsevier. Didapatkan disain pembagian zona reklamasi dalam 17 pulau. Gambar 79 Pembagian zona reklamasi 17 pulau Sumber : Sylvira A et al. 2013 Pada Gambar 79, penulis sedikit memberikan ilustrasi bahwa perencanaan di atas perlu adanya penelitian lebih dalam terkait morfologi pantai. Dikhawatirkan akan timbul persoalan baru selama proses reklamasi berjalan dan pekerjaan pembuatan pulau yang tak kunjung selesai. Hal ini dimungkinkan karena dari sisi perencanaan yang memerlukan beberapa kajian yang lebih mendalam misalnya sebagai berikut: 1. Garis bibir pantai yang diciptakan tidak streamline terhadap bathimetri yang ada maka akan sangat mungkin menimbulkan masalah sedimentasi dan abrasi 2. Pulau di dekat pelabuhan Tanjung Priok justru menutup kolam putar dari area kepentingan pelabuhan sehingga pelabuhan akan lumpuh. Karena pelabuhan itu terikat dengan perjanjian Internasional Kepelabuhanan. 3. Belum terlihat daerah pembatas yang kuat untuk menekan pergerakan sudut gelombang datang yang dapat menyebabkan sedimentasi ataupun erosi. Untuk itu penulis melakukan sedikit penelaahan terhadap 17 pulau tersebut dengan memotong pulau pulau menjadi 10 pulau dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Membuat garis bibir pantai streamline sehingga memperkecil ruang gerak sudut datang dan pergi gelombang. 2. Membuat pembatas lingkup pantai yang kuat di barat dan timur pulau sehingga akan tercapai keseimbangan dilingkup pulau itu saja. 3. Wilayah pelabuhan akan diperbesar dengan memperhatikan aspek kepelabuhanan. 4. Ekosistem yang ada masih memungkinkan dijaga dan dikelola melalui 10 pulau karena tidak bersentuhan dengan kawasan pelabuhan. 5. Pengaruh backwater dapat diperkecil dibandingkan bila semua wilayah di reklamasi. Tentunya hal di atas perlu penelitian lebih lanjut kedalam tingkat DED Detail Engineering Design sehingga di dapat hasil yang mendekati. Gambar 80 Perubahan zona reklamasi menjadi 10 pulau Sumber : modifikasi dari Sylvira A et al. 2013 Gambar 81 Gambar disain pengelolaan pantai dengan 10 pulau berbasiskan ekosistem mangrove dan teknik pantai berkelanjutan. Pengelolaan yang berkelanjutan perpaduan ekosistem mangrove dan bangunan tepi pantai dipaparkan pada gambar 81. Yang masuk wilayah studi adalah pulau 4 dan 5. Selanjutnya akan dibuatkan beberapa alternatif disain dalam hal teknik pengelolaan terpadu kawasan pesisir dan lautan berbasiskan ekosistem mangrove dan teknik pantai.

4.3.4 Algoritma Disain Layout Konstruksi Menyatu dengan Mangrove

Perencanaan untuk pulau 4 dan pulau5 dilakukan dengan mengikuti kaidah kaidah berbagai disiplin ilmu. Teknik Pantai merupakan inti ilmu yang digunakan didukung oleh ilmu yang lain mulai Teknik Sipil Struktur, Jalan, Oseanografi, Sungai, Planologi serta Ekologi. Proses perencanaan pulau 4 dan pulau 5 dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Dasar perencanaan ini adalah ekosistem mangrove hasil penelitian sub bab 4.3.1 serta kondisi oseanografi fisik kawasan meliputi peta situasi kawasan dan peta bathimetri. 2. Mangrove A.marina hasil penelitian selebar 30 m merupakan acuan dasar dalam perencanaan. 3. Peta bathimetri juga menjadi dasar acuan awal dalam proses penarikan garis pantai perencanaan. Garis ditarik berdasarkan kondisi morfologi serta oseanografi fisik kawasan. Kondisi yang paling utama dalam Teknik Pantai bahwa garis pantai ditarik sejajar dengan garis bathimetri karena gelombang datang tegak lurus terhadap garis pantai. Ini perlu perhitungan lebih lanjut mengenai hasil tarikan garis pantai karena perhitungan refraksi dan difraksi serta pergerakan arus perlu dihitung. Karena keterbatasan data yang ada maka perhitungan itu di asumsikan tidak akan menyebabkan sedimentasi dan abrasi. 4. Posisi formasi mangrove setelah mangrove A.marina, hasil penelitian selebar 30 m, tentunya mengikuti aturan hukum dan ekologi mangrove. 5. Data data lain juga manjadi masukan dalam perencanaan ini. Data tata ruang, jalan raya, data tanah, serta peraturan peraturan yang berlaku dari kehutanan, pekerjaan umum, perhubungan dan lingkungan. Tentunya perencanaan ini tidak boleh melanggar ketentuan yang sudah ditetapkan. 6. Setelah garis panati telah didapat maka langkah selanjutnya adalah mendisain layout yang ada berdasarkan konsep yang dipakai yaitu menjadikan mangrove sebagai basis perencanaan terhadap Teknik Pantai. 7. Mangrove dalam disain digambarkan sedekat mungkin dengan kehidupan manusia. Saling melindungi antara manusia dan mangrove agar dijaga keberlanjutan ekosistem mangrove sehingga terjadi keseimbangan lingkungan. 8. Faktor lingkungan dan faktor oseanografi fisik yang dapat membuat mangrove tumbuh dengan baik tentunya menjadi perhatian. Oleh sebab itu muara sungai yang ada akan diteruskan ke arah pulau sebagai suplai air tawar dan substrat.