Gambar 86 Potongan C konsep 1
Gambar 87 Potongan D konsep 1
Gambar 88 Freehand design konsep 2
Gambar 89 Potongan A konsep 2
Gambar 90 Potongan B konsep 2
Gambar 91 Potongan C konsep 2
Gambar 92 Freehand design konsep 3
Gambar 93 Potongan A konsep 3
Gambar 94 Potongan B konsep 3
Gambar 95 Potongan C konsep 3
Gambar 96 Freehand design konsep 4
Gambar 97 Potongan A konsep 4
Gambar 98 Potongan B konsep 4
Gambar 99. Potongan C konsep 4
Gambar 100 Alternatif disain zona bangunan tepi pantai Pada disain di atas lihat gambar 82 sampai dengan 100 mengutamakan
ekosistem mangrove dapat duduk bersama dengan bangunan tepi pantai, manusia dan mahluk hidup lainnya. Konsep perencanaan umum dari sisi teknik
pantai tetap di kedepankan dengan membuat faham yang musti dibuat sebagai berikut:
1. Kawasan waterfront yang dikembangkan dengan bagian kota yang terkait. Termasuk dalam aspek ini adalah: pemakai, yaitu mereka yang tinggal,
bekerja atau berwisata di kawasan waterfront, atau sekedar merasa memiliki kawasan tersebut sebagai sarana publik. Pencapaian dan sirkulasi,
yaitu akses dari dan menuju tapak serta pengaturan sirkulasi didalamnya. Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan satu
kawasan waterfront dengan lainnya.
2. Perencanaan dan pengembangan waterfront city di Jakarta yang mempunyai tujuan utama merevitalisasi, memperbaiki kehidupan masyarakat pantai,
termasuk nelayan. Menata kembali pantai bagi kesejahteraan masyarakat, dengan memberdayakan keunggulan ekonomis dari pantai tersebut, seperti
pariwisata, industri, pelabuhan, pantai untuk publik dan juga perumahan. Serta
dengan perpaduan
mangrove, lingkungan
dan sosial
kemasyarakatannya. 3. Di dalam
“Waterfront Development” dapat pula dikembangkan sebagai kawasan komersial, hiburan dan wisata. Dengan kondisi air yang baik dan
tidak berbau maka kawasan tersebut terjamin akan banyak disinggahi pengunjung. Selain itu pula dapat juga dibangun area terbuka plaza di
kawasan tersebut. Waterfront dengan konsep sebagai kawasan komersial dan hiburan ini pastinya akan sangat digemari oleh masyarakat perkotaan.
Sekaligus juga dapat meningkatkan pendapatan di daerah tersebut.
4. Ekowisata sebagai suatu bagian logis dari pembangunan yang berkelanjutan. Berkaca dari keberhasilan di beberapa negara, ekowisata terbukti telah
menjadi bagian ekonomi global yang mendatangkan pendapatan untuk membayar konservasi sumber daya alam dan membiayai kebutuhan hidup
masyarakat penunggunya. Hutan Mangrove pun makin ditata dan dijadikan salah satu tempat referensi ekowisata. Hutan Mangrove memiliki potensi
besar untuk menarik pengunjung datang berwisata pantai dan wisata hutan bakau yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan mangrove yang juga dapat
dibudidayakan keberadaannya. Ekowisata mangrove menjadi unsur dari perencanan ini. Keberhasilan pembangunan ini salah satu faktornya adalah
terjaganya kelangsungan hidup ekosistem mangrove dengan menjadikannya sebagai tempat wisata.
5. Pantai menjadi tempat umum bagi semua khalayak namun perlu dibuatkan aturan khusus agar dapat terjaga
6. Jalan pinggir pantai wajib adanya menjadi akses transportasi baik dengan berjalan kaki atau dengan berkendaraan sebagai sirkulasi lalu lintas.
Itu merupakan konsep dasar sebuah filosofi perencanaan. Perlu pengkajian dan penelitian lebih lanjut untuk dapat menjadikan disain itu berjalan dan
berfungsi dengan baik misalnya perhitungan model oseanografi optimum, rekayasa arus, model tiga dimensi struktur dan lain sebagainya. Penulis
menyadari bahwa masukan ini sangatlah minim sekali tapi sebagai seorang perencana sudah menjadi kewajibannya memberikan masukan dalam sebuah
perencanaan kota tepi pantai ini. Seorang Team Leader semustinya juga mendengarkan masukan masukan dari siapapun walaupun itu dari seorang yang
rendah sekali misalnya tukang sapu, karena kegagalan konstruksi dapat hanya disebabkan oleh sehelai rambut.
4.3.6 Disain Konstruksi Stabilisasi Morfologi Pantai
Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain proses alami, seperti angin, arus dan gelombang, aktivitas manusia
menjadi penyebab terjadinya erosi pantai seperti; pembukaan lahan baru dengan menebang hutan mangrove untuk kepentingan permukiman, dan pembangunan
infrastruktur. Juga pemanfaatan ekosistem terumbu karang sebagai sumber pangan ikan-ikan karang, sumber bahan bangunan galian karang, komoditas
perdagangan ikan hias, dan obyek wisata keindahan dan keanekaragaman hayati sehingga mengganggu terhadap fungsi perlindungan pantai. Selain itu
kerusakan terumbu karang bisa terjadi sebagai akibat bencana alam, seperti gempa dan tsunami, yang akhir-akhir ini sering melanda Negara Indonesia dan
selalu menimbulkan kerusakan pada wilayah pesisir. Salah satu metode penanggulangan erosi pantai adalah penggunaan struktur pelindung pantai,
dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam energi gelombang pada lokasi tertentu. Namun banyak tulisan sebelumnya bahwa struktur pelindung
pantai dengan material batu alam yang cenderung tidak ramah lingkungan dan tidak ekonomis lagi apabila dilaksanakan pada daerah-daerah pantai yang
mengalami kesulitan dalam memperoleh material tersebut. Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan
gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai yaitu:
1. Memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu menahan kerusakan
karena serangan gelombang 2. Mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai
3. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai 4. Reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain
Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu:
1. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar garis pantai 2. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai
3. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar garis pantai
Konstruksi hijau untuk bangunan tepi pantai adalah bangunan yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan dengan menggunakan seluruh sistem
design approach, dengan tujuan untuk mengoptimalkan seluruh kapasitas dari bangunan dan lingkungannya Greendepot 2009. Menurut Greendepot 2009
tiga faktor pendukung, diantaranya adalah efesiensi energi baik dalam hal pemilihan bahan bangunan dan penggunaan energi aktual, kehidupan yang
sehat bagi ekosistem dan manusia, termasuk kualitas udara di dalam bangunan, dan manajemen sumber energi secara cermat. Konstruksi hijau memiliki konsep
bangunan sebagai berikut: 1 Pemilihan material yang low energy-embody; 2 Orientasi tata letak bangunan; 3 Hemat energi; 4 Hemat penggunaan air; 5
Memiliki recycle air buangan; 6 Penanganan sampah 3 R; 7 Low heat dissipation; 8 Memperhatikan unsur iklim lokal; 9 Penggunaan HVAC yang
ramah ozon; 10 Memiliki juklakSOP pengoperasian bangunan dengan spirit penghematan energi dan sumber-sumber yang digunakan Ignes 2008. Pada
Gambar 101 dapat dilihat disain pola konstruksi yang mengilustrasikan dimana konstruksi bangunan serta metode mengamankan ekosistem. Mulai dari
bahannya dibuat sedemikian dapat menjadi ktertarikan biota untuk berkumpul sehingga bersama sama mngrove melesatrikan kehidupan biota.
a
b
c
d
e
Gambar 101 Gambar pola disain konstruksi a, b, c, d dan e yang mengamanakan ekosistem dengan bahan dan metode kerja
4.3.7 Siklus
Pekerjaan Konstruksi
Untuk Pengelolaan
Terpadu Berkelanjutan
Kemampuan peredaman gelombang oleh mangrove Avicennia marina
bergantung pada faktor faktor kerapatan jenis, ketebalan dan kepadatan mangrove. Selanjutnya dari hasil peredaman gelombang oleh mangrove tersebut
maka dijadikan dasar perencanaan bangunan tepi pantai. Aspek morfologi pantai menjadi masukan dalam proses perencanaan ini seperti, bathimetri, arus dan
kelandaian. Sehingga didapatkan disain yang ramah lingkungan. Tahapan selanjutnya
adalah menjaga agar proses pembangunan tersebut terkontrol
dengan baik maka dibuatkan siklus proyek yang ramah lingkungan.
Pedoman umum pengelolaan lingkungan hidup bidang konstruksi mengatur tata cara pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan hidup dalam suatu siklus proyek. Siklus ini dibuat berdasarkan kaidah-kaidah Teknik Pantai dan Ekologi, terutama mangrove dengan
mengedepankan pengelolaan berkelanjutan bagi ekosistem mangrove dan lingkungan lainnya yang tersentuh oleh proyek tersebut. Berikut modifikasi dari
siklus Gambar 9 dengan menjadikan teknik pantai dan ekosistem mangrove sebagai dasar utamanya.
Gambar 102 Siklus pekerjaan kosntruksi bangunan tepi pantai dengan ekosistem mangrove berkelanjutan
Adapun tahapan siklus pekerjaan konstruksi berbasiskan pada ekosistem mangrove dan bangunan tepi pantai berkelanjutan seperti pada Gambar 102,
yaitu: 1. Perencanaan Umum
Perencanaan umum merupakan kegiatan awal dalam pekerjaan kontruksi bangunan tepi pantai dengan ekosistem mangrove berkelanjutan. Pada
tahapan ini dilakukan beberapa kegiatan seperti pemetaan wilayah, mencari informasi yang ada mangrove dan informasi rencana umum bangunan tepi
pantai. Tujuan dilakukannya pemetaan adalah untuk menentukan batas- batas wilayah penelitian, selain itu pemetaan juga bertujuan untuk
menentukan titik-titik stasiun dalam penelitian. Dari kegiatan pemetaan ini, maka ruang lingkup penelitian akan semakin spesifik sehingga informasi
dan data-data lapangan yang diperlukan akan semakin akurat.
2. Pra Studi Kelayakan Kegiatan pra studi kelayakan diharapkan menghasilkan rekomendasi
tentang formulasi kebijakan dan identifikasi alternatif solusi yang dibutuhkan sebagai dasar pembuatan studi pustaka. Aspek teknis menjadi
dasar utama kelayakan pelaksanaan pekerjaan. Lingkup kegiatan pra studi kelayakan ini diantaranya berupa kajian terhadap kondisi yang ada pada
wilayah studi termasuk dampak yang mungkin timbul untuk setiap solusi yang diusulkan, faktor peredaman gelombang oleh mangrove, pengambilan
data fisik, ekonomi dan lingkungan serta identifikasi lokasi-lokasi rawan bencana, formulasi kebijakan dan sasaran perencanaan, lingkungan dan
penataan ruang, serta pembebasan lahan. Kemudian akan menghasilkan formulasi dan sasaran proyek, penajaman tujuan dan implementasi strategis,
rekomendasi tipe penanganan, identifikasi kebutuhan investigasi lingkungan dan sosial, serta kerangka acuan studi kelayakan.
3. Studi Kelayakan Studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian ilmiah yang dikembangkan
dengan prinsip manjemen untuk menilai kelayakan suatu proyek yang direncanakan
apakah dapat
dilaksanakan dengan
berhasil dan
menguntungkan. Adapaun beberapa aspek yang ditinjau dalam studi kelayakan diantaranya faktor peredaman gelombang oleh mangrove, aspek
lingkungan, aspek monitoring serta baku mutu lingkungan juga ekonomi dan sosial. Aspek lingkungan umumnya tertuang dalam AMDAL. Studi
AMDAL ini membahas dampak lingkungan baik dampak sekarang maupun di waktu mendatang yang akan timbul karena pelaksanaan sebuah proyek.
Selain itu AMDAL juga memuat jalan keluar untuk mengatasi dampak tersebut. Aspek monitoring sangat penting dalam pelaksanaan suatu
proyek, karena monitoring akan memberikan input bagi perencana untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan proyek tersebut dan perencanaan
selanjutnya. Baku mutu lingkungan dewasa ini sangat diperhatikan dalam pelaksaaan suatu proyek konstruksi. Hal ini dikarenakan bahan baku yang
tidak ramah lingkungan akan dapat memperparah kondisi lingkungan di sekitar proyek.
4. Pra Perencanaan Pada tahap ini dilakukan pengambilan data primer serta draft awal
perencanaan namun tahap ini sudah membuat perencanaan metode kerja dalam pelaksanaan proyek, yang dalam hal ini didefinisikan sebagai metode
kerja dalam pengelolaan mangrove dan bangunan tepi pantai berkelanjutan. Faktor faktor peredaman gelombang oleh mangrove menjadi syarat disain.
Selain itu dalam pra perencanaan ini teknologi bahan yang digunakan juga mulai dilakukan pemilihan bahan yang akan digunakan. Sehingga terdeteksi
proses kerja di lapangan yang melindungi mangrove terlihat.
5. Perencanaan Teknis Perencanaan teknis ini meliputi perencanaan disain proyek yang akan
dibuat, yaitu bangunan tepi pantai berkelanjutan dengan menjadikan faktor peredaman gelombang oleh mangrove sebagai dasar disain serta
pengelolaan mangrove. Perencanaan disain teknis tersebut mengacu pada dokumen AMDAL yang telah ada sebelumnya, sehingga pelaksanaan
proyek tetap menjaga kondisi lingkungan di sekitar proyek. Artinya gambar disain konstruksi yang tercipta sudah juga menggambarkan proses kerja
yang menanggulangi dampak dampak yang mungkin timbul serta melindungi mangrove.
6. Pra Konstruksi Pra konstruksi merupakan kegiatan awal sebuah proyek dilaksanakan. Pada
kegiatan ini segala sesuatu sebelum dimulainya pekerjaan di persiapkan terlebih dahulu mulai dari bahan, peralatan, serta sarana prasarana yang
menunjang jalannya proses pembangunan. Pra konstruksi merupakan tahapan pemantapan dari tahap-tahap sebelumnya, termasuk persiapan
pelaksanaan berdasarkan metode kerja yang telah dibuat sebelumnya. Apa yang sudah dibuat dalam perencanaan di implementasikan disini dimana
menjadi wajib hukumnya melindungi mangrove.
7. Konstruksi Tahap ini merupakan proses pemanfaatan dan pengelolaan mangrove serta
pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan tepi pantai berdasarkan metode dan syarat-syarat yang telah dibuat sebelumnya. Seluruh ietm pekerjaan
harus sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat dengan konsep ramah lingkunga.
8. Pasca Konstruksi Pada tahap ini kembali dilakukan monitoring terhadap proyek yang telah
dilakukan, yaitu pemanfaatan dan pengelolaan mangrove serta pelaksanaan bangunan tepi pantai berkelajutan.
9. Evaluasi Pasca Proyek Dari hasil monitoring tersebut maka akan dilakukan evaluasi terhadap
proyek tersebut, seperti evaluasi berdasarkan dokumen AMDAL yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya serta audit lingkungan.
10. Pengelolaan Berkelanjutan Setelah itu, pelaksanaan pengelolaan mangrove dan bangunan tepi pantai
terus dimonitor secara berkala agar pemanfaatan mangrove dan keberadaan bangunan tepi pantai tetap sesuai dengan tujuan awalnya.
Dapat disimpulkan dari siklus proyek tersebut bahwa metode kerja merupakan hal yang wajib di taati dan dilaksanakan dengan baik. Construction
Method atau metode pelaksanaan, merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dan teknis, sehubungan dengan ketersediaan sumber daya dan kondisi
medan kerja, guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien. Metodologi dalam mengontrol proses dan pelaksanaan pembangunan dengan
tujuan tercapainya eco city bagi kota tepi pantai ramah lingkungan tentunya bukan merupakan pekerjaan mudah. Untuk itu diperlukan penelaahan lebih
spesifik sehingga didapatkan metodologi yang akurat untuk terukurnya sebuah kota ramah lingkungan yang menggunakan konstruksi sipil yang menurunkan
derajat kerusakan lingkungan menuju baku mutu. Pada tahapan ini proses AMDAL mulai berperan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Sebuah
pekerjaan yang menyangkut lingkung wajib memiliki dokumen AMDAL dan atau UKLUPL. Namun demikian hal itu hanya menjadi perhiasan belaka bagi
sebuah proyek konstruksi. Perlu SOP yang berbasiskan kepemimpinan militer sehingga fungsi kontrol dapat berjalan tanpa ada unsur pungli apalagi korupsi.