Spektrum Densitas Energi Hidro-Oseanografi

terletak di dekatberbatasan dengan kawasan perairan dimana terdapat satu atau beberapa kegiatan dan aktivitas pada area pertemuan tersebut. Berdasarkan tipe proyeknya, tepian air dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu konservasi, pembangunan kembali redevelopment, dan pengembangan atau revitalisasi developmentrevitalization. Konservasi adalah penataan tepian air kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat. Sebagai contoh, bila pada pesisir Jakarta Utara dilakukan penanganan kebijakan seperti apa adanya as usual, hanya dilakukan penjagaan agar tetap dinikmati masyarakat. Pembangunan kembali adalah upaya menghidupkan kembali fungsi fungsi tepian air lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada. Sebagai contoh, bila pada pesisir Jakarta dilakukan penanganan kebijakan dimana disamping penjagaan agar tetap dinikmati masyarakat, juga dilakukan usaha-usaha evaluasi, pembenahan, penataan dan menghidupkan kembali potensi fungsi-fungsi tepian air reboisasi mangrove, penanaman terumbu karang, budidaya rumput laut, pembangunan struktur pelindung sederhana, pengolahan limbah untuk menciptakan badan air yang bersih. Pengembangan atau revitalisasi adalah usaha menciptakan tepian air yang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai. Berdasarkan fungsinya, tepian air dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu tepian air pemanfaatan terpadu mixed-used waterfront, tepian air rekreasi recreational waterfront, tepian air tempat tinggal residential waterfront, dan tepian air untuk kerja working waterfront. Tepian air pemanfaatan terpadu adalah tepian air yang merupakan kombinasi dari perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit, dan atau tempat-tempat kebudayaan. Tepian air rekreasi adalah adalah semua kawasan tepian air yang menyediakan saranasarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman, arena bermain, tempat pemancingan, dan fasilitas untuk kapal pesiar. Tepian air tempat tinggal adalah perumahan, apartemen dan resort yang dibangun di pinggir perairan. Tepian air untuk kerja adalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial, galangan kapal, reparasi kapal pesiar, dan fungsi-fungsi pelabuhan.

2.6.2 Profil

“waterfront city” secara ekologis Sebagai wilayah peralihan, ekosistem waterfront memiliki struktur komunitas dan tipologi yang berbeda dengan ekosistem lainnya wilayah waterfront merupakan wilayah daratan kecamatan pesisir sampai pasang surut terendah kearah laut. Ekosistem alami dari waterfront adalah : hutan mangrove, padanglamun, pantai berpasir, pantai berbatu, formasi pescapare, formasi barringtonia, estuaria laguna, dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa: tambak, sawah pasang-surut, kawasan pariwisata, kawasan industri dan kawasan pemukiman. Menurut Salm 2000, ekosistem diklasifikasikan sebagai: a. Ekosistem waterfront yang secara permanen atau berkala tergenangi air adalah: 1 hutan mangrove 2 padang lamun 3 estuaria 4 pantai pasir 5 pantai berbatu b. Ekosistem waterfront yang tidak tergenangi air adalah: 1 Formasi Pescarpae: Ekosistem ini umumnya terdapat di belakang pantai berpasir. Formasi pescarpae didominasi oleh vegetasi pionir, khususnya Impomea pescarpae kangkung laut. 2 formasi baringtonia suatu sistem klasifikasi lebih sederhana dan lebih fungsional terdiri dari hanya 10 tipe ekosistem, yaitu: agroekosistem, tambak, rawa air tawar, pantai, estuaria, hutan rawa pasang surut, hutan mangrove, padang lamun seagrass, terumbu karang, ekosistem demersal, dan ekosistem pelagik. Penggunaan lahan waterfront city adalah pada kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan terpadu dengan memanfaatkan kondisi pantai sebagai lokasi pengembangan. Potensi dalam hal ini adalah kawasan yang memiliki embrio pengembangan kearah pantai dan berpotensi sebagai kawasan terpadu dengan pengembangan berbagai aktifitas . Dalam rencana penetapan penggunaan kawasan strategis waterfront city perlu dipertimbangkan: 1. Pembangunan longstorage yang aman menjadi tanggung jawab pengembangan. 2. Harus membangun sistem pengaman pantai. 3. Disain geometris kawasan harus aman terhadap dampak negatif abrasi, sedimentasi, dan backwater. 4. Ketinggian dan design bangunan mempertimbangkan KKOP dan keselamatan penerbangan. 5. Kawasan terpisah dari bandara. 6. Membangun akses tersendiri. 7. Pengembangan untuk jasa, rekreasi, permukiman dan fasilitas. Tidak dimungkinkan untuk pengembangan industri. 8. Kawasan sepanjang tepi pantai untuk ruang terbuka dan konservasi. 9. Pemenuhan kebutuhan utilitas air bersih, sampah, dan limbah lainnya harus mandiri. 10. Pemanfaatan lahan reklamasi dapat dilaksanakan setelah terbentuk kestabilan lahan. Sebagai contoh Kota New York mempunyai tepian air yang paling utama di dunia. Divisi sumberdaya pantai mempunyai hubungan kerja sama yang panjang dengan Kota, ke lima Biro, dan berbagai organisasi kemasyarakatan, bekerja bersama untuk meningkatkan ases publik ke tepian air, revitalisasi ikatan bertetangga dan peningkatan lingkungan. The Federal Coastal Zone Management CZM Act didirikan pada tahun 1972 bertujuan untuk mendukung dan melindungi sifat-sifat khusus tepian air, dan mengeluarkan kebijakan standar dalam mereview proposal projek pengembangan sepanjang garis pantai yang telah diajukan. Program ini sebagai tanggapan atas keinginan dari: City, state dan federal untuk dapat mengelola daerah garis pantai kota yang dalam keadaan kritis. Pada tahun 1982 New York State mengadopsi Coastal Management Program ini, yang dirancang untuk membuat seimbang kemajuan ekonomi dengan preservasi di daerah pesisir dengan cara mendorong revitalisasi tepian air dan pemanfaatan ketergantungan akan air sambil melindungi ikan dan margasatwa, ruang terbuka dan daerah permai, akses publik ke garis pantai dan tanah pertanian, dan meminimalisasi perubahan sistem ekologi yang merugikan seperti erosi dan bahaya banjir. Program ini juga mendorong koordinasi diantara semua tingkat pemerintahan untuk mempromosikan gema perencanaan tepian air dan dalam mempertimbangkan keputusan penggunaan lahan pada arahan tujuan program program’s goal. The New York State Department of State NYSDOS menjalankan administrasinya pada tingkatan state, sedangkan The New York City Department of City Planning DCP menjalankan administrasinya pada tingkat kota. Disebabkan proyek yang telah diajukan terletak dalam City’s Coastal Zone, maka menjadi wewenang dari New York City Waterfront Revitalization Program WRP. Didalam WRP tercantum kebijakan-kebijakan kota dalam pengembangan dan penggunaan tepian air, dengan suatu kerangka kerja framework untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah diajukan didalam Coastal Zone. Terdapat 10 kebijakan gabungan yang dikeluarkan WRP Kota yang telah dianut oleh dewan kota Oktober 1999, dimana setiap kebijakan merupakan gabungan dari sub kebijakan-kebijakan. Kebijakan gabungan yang dikeluarkan WRP Kota New York sebagai berikut:  Kebijakan 01 Mendukung dan memfasilitasi pengembangan komersial dan pengembangan hunian di daerah yang sesuai dengan pengembangan tersebut  Kebijakan 02 Mendukung ketergantungan dengan air dan penggunaan air untuk industri di New York City coastal area yang memadai untuk beroperasi secara kontinyu  Kebijakan 03 Mempromosikan penggunan lalu-lintas air untuk komersial, perahukapal rekreasi dan pusat transportasi air  Kebijakan 04 Melindungi dan memperbaiki mutu dan fungsi sistem ekologi di dalam area pesisir kota New York.  Kebijakan 05 Melindungi dan meningkatkan mutu air di pesisir New York  Kebijakan 06 Minimalkan hilangnya kehidupan struktur dan sumberdaya alam yang disebabkan oleh banjir dan erosi  Kebijakan 07 Meminimalkan degradasi lingkungan dari limbah padat dan substansi yang berbahaya.  Kebijakan 08 Menyediakan ases publik ke sepanjang perairan kota New York  Kebijakan 08 Menyediakan ases publik ke sepanjang perairan kota New York  Kebijakan 09 Melindungi sumberdaya yang indah permai yang menyumbang kan kwalitas visual area pantai Kota New York.  Kebijakan 10 Melindungi, menjaga dan mengembangkan sumber sumber signifikan terhadap riwayat, kepurbakalaan, dan harta pusaka kebudayaan daerah pesisir pantai Kota New York

2.6.3 Pengembangan, Pengelolaan Pesisir dan Laut

Banyak teori pengembangan dan pengelolaan wilayah yang dapat dijadikan acuan dalam konteks pengelolaan lingkungan wilayah tepian pantai. Teori-teori tersebut dibangun atas dasar dan tujuan yang berbeda-beda. Kelompok pertama adalah teori-teori yang memberi penekanan pada kesejahteraan wilayah regional prosperity. Kelompok kedua memberi penekanan pada sumberdaya alam dan lingkungan yang dinilai mempengaruhi keberlanjutan sistem produksi sustainable production. Kelompok ini sering disebut sebagai kelompok yang peduli pada pembangunan berkelanjutan. Kelompok ketiga memberi penekanan pada institusi kelembagaan dan proses pengambilan keputusan decision making ditingkat lokal sehingga kajian terfokus pada pemerintahan yang bertanggung jawab dan berkinerja baik. Ketiga kelompok teori ini memberikan implikasi yang berbeda dalam fokus pengembangan wilayah. Menurut Akil 2002, penerapan teori ini didasarkan pada perhatian terhadap masalah utama yang dihadapi masyarakatwilayah dengan sasaran pada 3 aspek, yaitu perekonomian yang baik good economy, masyarakat yang baik good society dan proses politik yang baik good political process. Sejalan dengan sasaran tersebut, Haeruman 2001 mengatakan bahwa dalam perkembangannya, konsep pengembangan wilayah sejalan dengan penetapan priorits pembangunan ekonomi. Pada mulanya, pembangunan dilakukan untuk tujuan efisiensi efficiency objective. Pengalaman kemudian membawa pada berkembangnya pemikiran untuk juga memberikan prioritas bagi tujuan pemerataan equity objective. Dengan adanya pergeseran orientasi tersebut, kebijakan pembangunan tidak dapat hanya memaksimalkan efisiensi saja, tetapi harus ada keseimbangan tawar-manawar trade-off antara keduanya. Aktualisasi konsep pengelolaan secara terpadu dapat diwujudkan melalui strategi pengelolaan potensi ekonomi wilayah. Dalam kaitan ini Haeruman 2001, melihat adanya pergeseran paradigma pembangunan ekonomi yang dipengaruhi oleh perkembangan demokrasi dan kecenderungan global yang pada dasarnya mencakup hal-hal berikut : a. Pergeseran dari integrasi fungsi functional integration yang memberi tekanan pada pendekatan sektoral menuju integrasi kedaerahan territorial integration yang memberi tekanan pada pemberdayaan masyarakat lokal. b. Pergeseran dari pengembangan nasional national development menuju pengembangan lokal local development. Pembangunan nasional dimasa datang merupakan kerangka tindakan dari pembangunan masyarakat lokal yang bercirikan karakteristik wilayah. c. Pergeseran dari dikotomi desa dan kota rural and urban dichotomy menuju keterkaitan desa-kota rural-urban linkages. Pengembangan pengelolaan dimasa datang harus melihat keterkaitan antara desa dan kota sebagai suatu mata rantai pengelolaan ekonomi wilayah yang saling mempengaruhi. d. Pergeseran dari orientasi daratan menuju ke orientasi pesisir dan kepulauan. Pengembangan pengelolaan wilayah di masa datang perlu mempertimbangkan akses dari simpul ke simpul, sumberdaya alam di laut yang bersifat dinamis, serta keterkaitan antara pemanfaatan sumberdaya alam dan kewenangan masyarakat lokal.

2.7 Pengelolaan Disain Konstruksi Bangunan Tepi Pantai

Disain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata disain bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, disain memiliki arti proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru. Sebagai kata benda, disain digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik berwujud sebuah rencana, proposal, atau obyek nyata. Proses disain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik, dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari disain yang sudah ada sebelumnya. Akhir-akhir ini, proses secara umum juga dianggap sebagai produk dari disain sehingga muncul istilah perancangan proses. Disain adalah kerangka bentuk, rancangan, motif, pola, dan corak. Berdisain adalah bermodel, berbentuk, dan bermotif. Mendisain adalah membuat disain, membuat rancangan pola dan sebagainya. Pendisain adalah orang yang membuat rancangan , model, dan pola.

2.7.1 Aspek aspek yang Menjadi Dasar Perancangan Pengembangan

Konsep Waterfront Perlu diketahui siklus kehidupan proyek merupakan suatu proyek yang direncanakan, dikontrol, dan diawasi sejak proyek disepakati untuk dikerjakan hingga tujuan akhir proyek tercapai. Gambar 9 Siklus Kehidupan Proyek Sumber : http:konstruksimania.blogspot.com201207siklus-kehidupan-proyek.html Terdapat lima tahap kegiatan utama yang dilakukan dalam siklus kehidupan proyek, yaitu tahap inisiasi, perencanaan dan disain, pelaksanaan dan konstruksi, pemantauan dan sistem pengendalian, dan terakhir penyelesaian. Tahap inisiasi proyek, merupakan tahap awal kegiatan proyek, sejak sebuah proyek disepakati untuk dikerjakan. Pada tahap ini, permasalahan yang ingin diselesaikan akan diidentifikasi. Beberapa pilihan solusi untuk menyelesaikan permasalahan juga didefinisikan. Sebuah studi kelayakan dapat dilakukan untuk memilih sebuah solusi yang memiliki kemungkinan terbesar untuk direkomendasikan sebagai solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika sebuah solusi telah ditetapkan, maka seorang manajer proyek akan ditunjuk, sehingga tim proyek dapat dibentuk. Sementara tahap perencanaan dan disain, yaitu ketika ruang lingkup proyek telah ditetapkan dan tim proyek terbentuk, maka aktivitas proyek mulai memasuki tahap perencanaan. Pada tahap ini, dokumen perencanaan akan