bangunan di Birmingham hingga West Midlands. Pembangunan ini direncanakan akan berlangsung hingga 15 tahun mendatang.
4. Singapura, yang berhak
mendapatkan Regional Leadership
Award untuk Green Building Masterplan-nya. Sebuah rencana ambisius yang akan menghijaukan sekitar 80 persen bangunan di Singapura hingga
tahun 2030 mendatang. Proyek ini diharapkan bisa menghasilkan penghematan hingga USD 780 juta per tahunnya.
5. New York City, Amerika Serikat, yang berhasil meraih Industry
Transformation Awards untuk Greener, Greater Bussiness Plan-nya. Ini adalah bagian dari kebijakan pemerintah New York yang mensyaratkan
setiap bangunan harus menyampaikan secara public penggunaan energinya tiap tahun. Program ini diharapkan bisa mengurangi emisi karbon di New
York hingga 5,3 persen dibanding tahun 2009. Program ini juga berhasil menghemat energi USD 700 juta per tahun hingga tahun 2030 dan
mencakup 17.800 pekerjaan konstruksi baru di kurun 10 tahun.
6. Tokyo, Jepang, yang berhasil meraih Most Groundbreaking Policy Award, untuk Tokyo Cap-and-Trade Program-nya. Yakni, program pertama
di dunia yang mengatur cap-and trade program yang akan menghijaukan 1.300 area komersial dan bangunan public. Program ini diharapkan bisa
mengurangi sekitar 13 juta ton CO
2
hingga tahun 2019 mendatang.
2.8 Pengelolaan Terpadu Wilayah Pesisir dan Laut berbasiskan Ekosistem
mangrove terhadap Bangunan Tepi Pantai
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut bersifat unik dan sangat berbeda dengan pengelolaan sumberdaya terrestrial atau perairan. Menurut Clark 1998,
Bengen 2000 untuk itu diperlukan program pengelolaan khusus yang disebut dengan ICZM Integrated Coastal Zone Management atau IMCAM Integrated
Marine and Coastal Area Management. ICZM didisain untuk membangun sistem pengelolaan sumberdaya dan lingkungan pesisir dan laut dalam rangka
mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan konservasi ekologi Jorge 1997.
Integrated Coastal Zone Management adalah sistm pengelolaan sumberdaya yang dilakukan pada level lokalregional Holder 2003; French
2004 dengan bantuan pemerintah pusat Clark 1998. Berkolaborasi dengan berbagai stakeholder, mulai dari masyarakat pesisir, para pelaku dari berbagai
sektor ekonomi perikanan, pertanian, perindustrian dan pariwisata, para konservasionist dan pemerintah pusat Jorge 1997. Fokus dari ICZM adalah
pada pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan, konservasi biodiversitas, perlindungan lingkungan dan penanggulangan bencana alam diwilayah pesisir
dan laut. Konsep diarahkan untuk mewarnai pembangunan wilayah pesisir dan laut melalui pendidikan, pengelolaan sumberdaya dan penilaian lingkungan. Di
antara instrumen utama ICZM adalah peraturan pemerintah tentang perlindungan biodiversitas dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya serta
penilaian lingkungan yang dapat memprediksi dampak dari berbagai kegiatan pembangunan Clark 1998. Pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan laut pada
tulisan ini fokus pada kegiatan pemabangunan Bangunan Tepi Pantai dan
Ekosistem mangrove. Untuk itu akan dibuat disain yang cocok untuk kasus tersebut dilokasi penelitian.
Keluasan partisipasi publik, koordinasi antara pemerintah dengan sektor swasta serta pengembangan keilmuan tentang konservasi wilayah pesisir dan
laut sangat ditekankan dalam konsep ICZM. Pada tataran perencanaan, melakukan penilaian terhadap berbagai rencana kegiatan, menyiapkan rencana
penanggulangan
dampak dan
alternative kegiatan
yang menjamin
berlangsungnya pemanfaatan
sumberdaya berkelanjutan.
Pada tataran
pengelolaan, memberikan petunjuk guidance pada proses pembangunan wilayah pesisir dan laut untuk meningkatkan konservasi sumberdaya dan
perlindungan biodiversitas dengan menggunakan berbagai pendekatan.
Beberapa program ICZM yang penting diantaranya adalah meningkatkan produktifitas perikanan dan pendapatan dari sektor swasta, mempertahankan
fungsi hutan mangrove, serta melindungi kehidupan dan sumberdaya lainnya dari kerusakan serta keterkaitan dengan proses pembangunan yang ramah
lingkungan. ICZM menjamin keberlanjutan ekonomi berbasis sumberdaya dalam jangka panjang. Menurut Worm 1998, pengelolaan wilayah pesisir dan
laut harus didasarkan pada kesadaran tentang potensi sumberdaya yang unik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masa depan dengan
tanpa meninggalkan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan.
Berkaitan dengan berbagai persoalan yang dihadapi ICZM, Clark 1998 mengemukakan beberapa persoalan penting sebagai berikut :
a. Degradasi sumberdaya. Eksploitasi sumberdaya pesisir dan laut sampai saat ini dinilai telah
melampaui kapasitas yang tersedia. ICZM menawarkan konsep manajemen penggunaan secara berkelanjutan sustainable use management yang
menjamin ketersediaan sumberdaya terbarukan renewable untuk saat ini dan masa depan.
b. Pencemaran. Pencemaran industri, kegiatan minyak dan gas, erosi dan sedimentasi
menyebabkan terjadinya penurunan daya dukung dan kualitas sumberdaya. Pencemaran bersumber dari daratan dan terbawa ke laut melalui sungai.
c. Penurunan nilai Biodiversitas keanekaragaman hayati. Konsekuensi dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi adalah
tekanan terhadap spesies yang memiliki nilai estetika dan ekonomis tinggi. Pengaturan melalui kebijakan pemerintah diperlukan untuk melindungi
spesies yang terancam punah.
d. Bencana alam. ICZM mengintegrasikan perlindungan kehidupan dan sumberdaya pesisir dan
laut dari bencana alam misalnya banjir, siklon dan penurunan tanah ke dalam perencanaan pembangunan.
e. Kenaikan permukaan air laut Giles 2002 Kenaikan permukaan air laut lebih dari 1 kaki 30 cm dalam kurun waktu
100 tahun terakhir disebabkan oleh tingginya konsentrasi gas rumah kaca GRK di atmosfir berpotensi menimbulkan banjir yang mengancam
kehidupan masyarakat.
f. Abrasi pantai. Abrasi merupakan masalah yang mengancam masyarakat yang tinggal di
dekat bibir pantai. ICZM merekomendasikan pendekatan non-struktural
seperti penataan kembali garis pantai dan pemeliharaan jarak aman dari garis pantai untuk semua kegiatan pembangunan.
g. Penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang tidak terkendali seperti permukiman peduduk,
reklamasi pesisir tanpa AMDAL yang benar berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem pesisir misalnya terjadinya penurunan
biodiversitas karena pencemaran. ICZM mengantisipasi hal semacam itu dan merekomendasikan solusinya.
h. Pedalaman Hinterland. ICZM berperan dalam menyusun strategi untuk mengurangi dampak negatif
pemanfaatan lahan hinterlands terhadap sumberdaya pesisir dan laut. i. Bentang darat Landscap.
Bentang darat dan pemandangan alam wilayah pesisir dan laut bersifat unik, sehingga memerlukan perhatian khusus untuk melindungi dan menjamin
akses masyarakat ke wilayah tersebut. Salah satu program ICZM adalah melakukan preservasi keindahan pemandangan alam.
j. Konflik pemanfaatan sumberdaya. Wilayah pesisir dan laut menyimpan potensi konflik diantara para
stakeholder. ICZM menyediakan platform metodologi resolusi konflik secara formal.
Berdasar sumber dari The Coastal Zone Management Subgroup yang telah mempelajari baik strategi fisik maupun institusi untuk beradaptasi terhadap
konskwensi yang potensial dengan adanya kenaikan permukaan air laut, dimana respons yang dibutuhkan untuk melindungi kehidupan manusia dibagi dalam 3
tiga kategori alternative : 1 Retreat,
tanpa usaha
melindungi daratan
pesisir pantai
dan meninggalkantidak lagi menggunakan untuk pemukiman.
2 Akomodasiadaptasi: masyarakat pantai seterusnya menggunakan daratan pantai tersebut dengan segala resikonya tanpa adanya usaha pencegahan
banjir dengan hidup secara harmonis dengan air. Sebagai contoh: Konsep Kota Tepian Pantai Waterfront City
3 Proteksi, di mana melibatkan penggunaan struktur berat dan keras menggunakan bangunan-bangunan offshore dam, water breaker, groyne
dll., termasuk juga penyelesaian secara lunak dengan rehabilitasi mangrove.
Pengembangan kota pantai di Indonesia merupakan masalah yang harus
ditangani secara seksama, karena Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia dan terdapat 516 kota andalan di Indonesia dengan 216 kota di antaranya
merupakan kota tepi air yang berada di tepi laut pantai, sungai, atau danau. Dibandingkan dengan kawasan tepi sungai atau danau, kawasan kota pantai
mempunyai lebih banyak potensi untuk dikembangkan, terutama terkait dengan aspek fungsi dan aksesibilitas Suprijanto 2000. Setiap upaya mengembangkan
kota pantai seharusnya mengenali potensi sumber daya, daya dukung lingkungan karakteristik pantai, dan gejala alam di sekitarnya sehingga dapat dilakukan
penyesuaian untuk memperkecil biaya ataupun resiko dampak di kemudian hari seiring perkembangan kota Hantoro 2007. Menurut Torre 1989, beberapa
unsur yang dapat mendukung keberhasilan suatu waterfront sebagai berikut: