Perubahan Fungsi Mangrove Identifikasi Mangrove di Pantai Indah Kapuk, Jakarta

Pembangunan fisik yang menghabiskan dana yang sangat besar, pembangunan fisik juga menimbulkan masalah lingkungan berupa terputusnya ekosistem laut-darat bagi hewan atau tumbuhan yang hidup di daerah pantai. Saat ini mulai direalisasikan penggunaan vegetasi sebagai penyangga yang berfungsi untuk mereduksi gempuran gelombang. Mangrove terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir dari gempuran badai dan tsunami Mazda et al. 1997; Brinkman et al. 1997; Massel et al. 1999. Hal itulah yang kemudian penulis melakukan penelitian ini, yaitu untuk mengukur langsung peredaman gelombang oleh mangrove. Lapangan akan dijadikan sebagai model laboratorium lapangan dengan langsung melakukan pengukuran, pangamatan dan observasi. Penelitian ini difokuskan hanya pada satu jenis mangrove yaitu Mangrove A. marina yang terdapat di lokasi penelitian yaitu Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Sebelum membahas hasil analisa dan perhtiungan akan di berikan gambaran kondisi fisik oseanografi kawasan serta hasil perhitungan yang menjadi dasar analisa faktor faktor penyebab peredaman gelombang.

4.2.1 Oseanografi Fisik Kawasan

Kawasan pesisir utara Jakarta merupakan daerah yang rentan terhadap perubahan garis pantai. Pengaruh perubahan tata guna lahan dan fenomena kenaikan muka laut yang mengakibatkan perubahan garis pantai. Akibat perubahan garis pantai ini sering terjadi bencana di wilayah pesisir, salah satunya adalah kejadian banjir rob pasang. Banjir rob pasang terjadi pada saat kondisi pasang maksimumtertinggi High Water Level menggenangi daerah- daerah yang lebih rendah dari muka air laut rata-rata mean sea level. Limpasan air laut dengan bantuan gaya gravitasi akan mengalir menuju tempat-tempat rendah, kemudian akan menggenangi daerah-daerah tersebut. DKI Jakarta sebagai pusat kota dan perekonomian di Indonesia yang memiliki garis pantai sepanjang ± 32 km di pesisir bagian utara serta 40 daerah Jakarta merupakan dataran rendah, maka wilayah pantai ini jelas terkena dampak banjir rob pasang. Terjadinya pembangunan di setiap titik wilayah Jakarta, seiring dengan laju peningkatan kepadatan penduduk membuat daratan menjadi padat bangunan. Kondisi seperti ini yang menjadikan perubahan wilayah yang basah menjadi daratan yang kering karena melakukan pembangunan di wilayah basah tanpa melihat dampak yang akan terjadi. Pesisir utara Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata- rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 5° 56 15 - 6° 55 30 LS dan 106° 43 00 – 106° 58 30 BT , dengan sebelah barat berbatasan dengan Tanjung Pasir dan di sebelah timur berbatasan dengan Tanjung Karawang. Luas perairan Teluk Jakarta sekitar 514 km 2 dan panjang garis pantainya lebih kurang 80 km di mana 32 km merupakan garis pantai DKI Jakarta Setiapermana dan Nontji 1980. Sistem perairan Teluk Jakarta dipengaruhi oleh limpasan air 13 muara sungai yang melewati wilayah kota Jakarta. Ketiga belas sungai tersebut terdiri dari 3 sungai besar, yaitu Sungai Citarum, Sungai Bekasi, dan Sungai Ciliwung serta 10 sungai kecil, yaitu Sungai Kamal, Sungai Cengkareng, Sungai Angke, Sungai Karang, Sungai Ancol, Sungai Sunter, Sungai Cakung, Sungai Blencong, Sungai Grogol, dan Sungai Pesanggrahan Damar 2003. Teluk Jakarta merupakan perairan dangkal yang pada umumnya memiliki kedalaman kurang dari 30 meter Setiapermana dan Nontji 1980. Dasar perairan melandai ke arah utara menuju Laut Jawa. Perairan Teluk Jakarta dapat dibagi dalam tiga zona yaitu zona barat, timur, dan tengah. Zona barat dipengaruhi oleh sungai-sungai yang sebelum bermuara di perairan teluk, terlebih dahulu melalui kota metropolitan Jakarta. Zona tengah selain mendapat pengaruh dari sungai-sungai tersebut juga dipengaruhi oleh aktivitas beberapa buah pelabuhan, yaitu Pelabuhan Pelindo, Pelabuhan Sunda Kelapa, Pelabuhan Cilincing, dan lain-lain. Sementara itu, zona timur mendapat pengaruh dari sungai Citarum dan beberapa sungai kecil yang melalui daerah indrustri dan pemukiman Bekasi. Pesisir Jakarta merupakan teluk yang landai dengan lereng dasar laut rata-rata 1:300 sampai lebih kurang kedalamannya 5 meter yang baru tercapai jarak 1.500 meter dari garis pantai. Kelandaian dari dasar laut di wilayah pantai berangsur membentuk daratan baru, sehingga garis pantai itu senantiasa bergerak maju dari tahun ke tahun sambil membentuk endapan-endapan yang menghambat pencurahan air sungai ke laut. Arus pasang merambat di daerah pantai yang landai ini dan akan membuat genangan di wilayah pantai. Akibat pengaruh tersebut kejadian banjir rob pasang sering terjadi di wilayah pesisir pantai. Kawasan waterfont city Pantai Indah Kapuk ini akan ditinjau secara umum dari kondisi bathimetri, pasang surut, sedimen serta biotanya. Kawasan ini dapat dikatakan sebagai wisata pantai kategori rekreasi dengan harapan tidak adanya faktor pembatas yang berarti, yaitu sebagian besar parameter biologi, fisik dan oseanografi yang dikaji pada kawasan tersebut sesuai untuk wisata pantai. Sedangkan dari kemiringan pantai dapat diketahui pula bahwa pada dasarnya kemiringan pantainya dominan landai dan dilihat dari garis pantainya, dapat diketahui telah terjadi perubahan garis pantai akibat proses geomorfologi berupa abrasi air laut Gambar 50. Gelombang yang terjadi tidak begitu besar namun arah sudut datang gelombang yang dominan yang menyebabkan terjadinya abrasi. Berdasarkan pengukuran di stasiun penelitian, kondisi pasang surut di Pantai Indah Kapuk dapat dikategorikan sebagai semi diurnal Gambar 52. Arus hasil pengukuran mencatat besar kecepatan arus tidak significant gambar 51. a b Gambar 50 Gambar Bathimetri a, dan b kawasan penelitian Gambar 51 Kondisi arus kawasan penelitian