dapat hidup dengan baik di lokasi ini dengan catatan kondisi gelombang dapat di redam. Beberapa metode sudah di coba dan ada yang berhasil dengan baik.
Gambar 72 Kondisi yang ada batimetri
Gambar 73 Potongan A batimetri
Gambar 74 Potongan B batimetri
Gambar 75 Potongan C batimetri
Gambar 76 Potongan D batimetri
Gambar 77 Potongan E batimetri
Gambar 78 Potongan F batimetri Gambar 72 sampai dengan Gambar 78 menunjukkan bahwa kawasan
pesisir Pantai Indah Kapuk memiliki bathimetri yang landai. Penarikan garis perencanaan dapat dumulai dengan membuat garis yang sejajar garis batimetri
untuk memperkecil pengaruh sedimentasi dan abrasi. Perencanaan dengan menjadikan ekosistem mangrove sebagai basis utama dan Teknik Pantai akan
lebih mudah terlaksana karena batimetri yang landai serta adanya muara sungai. Suplai air tawar, air laut dan substrat serta pengaruh pasang surut merupakan
faktor laingkungan yang dapat membuat mangrove itu tumbuh dengan baik. Lebih jelasnya proses lebih lanjut perencanaan akan di jelaskan pada bab
berikutnya.
4.3.3 Modifikasi Disain ZonaWaterfront City untuk Melindungi Pantai 17
Pulau menjadi 10 Pulau
Pada bab ini merupakan pembahasan awal sebelum masuk kedalam perencanaan yang masuk dalam wilayah penelitian. Untuk itu dibahas tentang
adanya perencanaan 17 pulau. Berdasarkan sumber awal jurnal dari Sylvira A. Azwar, Emirhadi Suganda, Prijono Tjiptoherijanto, Henita Rahmayanti 2013.
Model of Sustainable Urban Infrastructure at Coastal Reclamation of North Jakarta. Procedia Environmental Sciences 17 2013 452
– 461. Publisher Elsevier. Didapatkan disain pembagian zona reklamasi dalam 17 pulau.
Gambar 79 Pembagian zona reklamasi 17 pulau
Sumber : Sylvira A et al. 2013
Pada Gambar 79, penulis sedikit memberikan ilustrasi bahwa perencanaan di atas perlu adanya penelitian lebih dalam terkait morfologi pantai.
Dikhawatirkan akan timbul persoalan baru selama proses reklamasi berjalan dan pekerjaan pembuatan pulau yang tak kunjung selesai. Hal ini dimungkinkan
karena dari sisi perencanaan yang memerlukan beberapa kajian yang lebih mendalam misalnya sebagai berikut:
1.
Garis bibir pantai yang diciptakan tidak streamline terhadap bathimetri yang ada maka akan sangat mungkin menimbulkan masalah sedimentasi
dan abrasi
2. Pulau di dekat pelabuhan Tanjung Priok justru menutup kolam putar dari
area kepentingan pelabuhan sehingga pelabuhan akan lumpuh. Karena pelabuhan itu terikat dengan perjanjian Internasional Kepelabuhanan.
3. Belum terlihat daerah pembatas yang kuat untuk menekan pergerakan
sudut gelombang datang yang dapat menyebabkan sedimentasi ataupun erosi.
Untuk itu penulis melakukan sedikit penelaahan terhadap 17 pulau tersebut
dengan memotong pulau pulau menjadi 10 pulau dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Membuat garis bibir pantai streamline sehingga memperkecil ruang
gerak sudut datang dan pergi gelombang.