Kerangka Perencanaan Pengelolan Pesisir Terpadu

mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat dekratisasi, identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan Wiyana, 2004. Untuk mengimplementasikan Pengelolaan Terpadu Wilayah Pesisir dan Lautan di tataran praktis kebijakan dan program berbasiskan ekosistem mangrovedan Teknik Pantai maka strategi yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Input utama yaitu kondisi ekonomi, sosial dan ekologi dikaji secara mendalam untuk dapat menjadi bagian dalam perhitungan awal pra-studi kelayakan dan studi kelayakan 2. Proses pembangunan menerapkan konsep ramah lingkungan dalam pengertian bahwa sebelum dumulainya pekerjaan, akan dumulainya pekerjaan sampai dengan berjalannya hasil pembangunan tetap terjaga konsistensinya sesuai dengan standar operasi yang disepakati. 3. Maka bila terjaga konsistensi pembangunan sebelum dan sesudah pekerjaan akan di dapatkan pembangunan berkelanjutan dari sisi pertumbuhan ekonomi meningkat, pemerataan kesejahteraan dan keberlanjutan ekosistem yang ada 4. Perlu diketahui bahwa hal utama adalah didalam pengelolaan itu adalah keberhasilan pembangunan yang menggunakan konsep ramah lingkungan.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Mangrove di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara yaitu disepanjang pantai pada zonasi terdepan merupakan mangrove Avicennia marina. Kurang berkembangnya mangrove disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pencemaran air, sampah serta sudut datang gelombang yang merusak stabilitas mangrove yang akan tumbuh. Oleh sebab itu proses penanaman kembali mangrove harus disiasati dengan konstruksi tertentu agar pengaruh gelombang diperkecil. Sehingga fungsi peredam gelombang sebagai unsur bangunan tepi pantai tidak berlaku untuk mangrove di Pantai Indah Kapuk. 2. Pada penelitian ini faktor peredaman gelombang oleh mangrove A. marina yang utama adalah ketebalan mangrove, luasan kerapatan akar nafas dan kepadatan batang pohon. Kerapatan jenis pada masing-masing stasiun tidak berkorelasi terhadap peredaman gelombang. Faktor lainnya seperti bathimetri, kedalaman, substrat dan lainnya belum dibahas dalam penelitian ini. 3. Dengan mengetahui kemampuan mangrove Avicennia marina meredam gelombang maka secara teknis akan diketahui variabel reduksi gelombang yang dapat di gunakan dalam proses perencanaan konstruksi bangunan tepi pantai. Perencanaan konstruksi bangunan kembali kepada alam merupakan keharusan sehingga dapat menyatu dengan lingkungannya dan melindungi ekosistem yang ada terutama mangrove. Mangrove dijadikan item dasar dalam sebuah perencanaan bangunan tepi pantai sehingga akan tercipta konsep perencanaan ramah lingkungan yang saling melindungi diantara mangrove dan konstruksi. 4. Siklus proyek menjadi dasar siklus pengelolaan terpadu kawasan pesisir dan lautan berkelanjutan ICM berbasiskan ekosistem mangrove dan teknik pantai. Perlu ketegasan, SOP dan aturan dalam menjalankan Siklus ICM, sehingga akan terlihat keberhasilan sebuah proses program kerja. Keberhasilan pembangunan konstruksi yang ramah lingkungan akan menjadi “generator” pengelolaan terpadu kawasan pesisir dan laut berkelanjutan.

4.4 Saran

Hasil ini belum maksimal karena dibutuhkan tambahan waktu dan biaya. Disarankan penelitian ini akan dilanjutkan dengan variabel mangrove yang lebih kompleks dan dicari lokasi yang lebih mewakili dari besarnya gelombang yang lebih besar serta ekosistem lainnya seperti terumbu karang serta lamun. Selain itu diharapkan untuk penelitian selanjutnya dilakukan dengan mencari kondisi gelombang yang besar dan mewakili dari kondisi gelombang yang optimum. Stasiun pengamatan juga ada baiknya diperbanyak sehingga hasil analisa dapat mewakili berbagai variabel gelombang dan mangrove. Diharapkan dilakukan