Hak kepemilikan HASIL DAN PEMBAHASAN

75 Pembagian Kewenangan antara Pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupatenkota pemerintahan kepada daerah termasuk kewenangan pengelolaan kehutanan kepada daerah teknis yang bersifat administrative berkaitan dengan substansi kehutanan tanpa berhak memutuskan. Keputusan akhir tetap berada ditangan pemerintah pusat Pembinaan dan Pengawasan Pasal 123 PP 62007 tata hutan dan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatanny a Kewenangan pembinaan dan pengawasan berada ditangan pemerintah, Gubernur untuk tingkat provinsi, Bupati untuk tingkat kabupaten Dimungkinkan untuk melakukan koordinasi pembinaan dan pengawasan antar institusi pemerintah Pasal 60 UU 411999 tentang Kehutanan Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat maupun perorangan wajib berperan serta dalam pengawasan hutan Pengawasan secara kolaboratif sangat dimungkinkan Pembinaan dan Pengawasan Pasal 15 dan 19 UU 32 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Pemerintah daerah wajib membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis Untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup setiap perencanaan ruang wajib Pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam menentukan norma atau aturan dalam rangka memantau dampak pemanfaatan ruang termasuk pemanfaatan hutan lindung Pasal 48-49 PP 452004 tentang Perlindungan Hutan Pembinaan terhadap pengelolaan hutan terdiri dari pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, supervise Ketentuan mengenai pengawasan belum diatur dalam peraturan perundangan Berikut ini uraian dari ketentuan ketentuan mengenai tahapan kegiatan dalam penyelenggaraan hutan lindung

a. Hak kepemilikan

property rights atas kawasan HLGD Pasal 4 UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan menyebutkan bahwa Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ketentuan ini merupakan turunan dari pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang menyebutkan bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran 76 rakyat. Berdasarkan dua ketentuan tersebut maka lahan hutan lindung Gunung Damar merupakan wilayah yang dikuasai oleh Negara dan bebas dari hak-hak pihak lain yang membebani lahan tersebut. Terkait dengan strata hak kepemilikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Schlager dan Ostrom 1992 maka negara selaku pemilik sumberdaya berhak melakukan hal-hal sebagai berikut yaitu 1 hak akses acces rights adalah hak untuk memasuki suatu area sumberdaya yang memiliki batas-batas yang jelas dan menikmati manfaat non ekstraktif 2 hak memanfaatkan withdrawal rights adalah hak untuk memanfaatkan suatu unit sumberdaya atau produk dari suatu sistem sumberdaya 3 hak pengelolaan management rights hak untuk mengatur pola pemanfaatan sumberdaya 4 hak ekslusi exclusion rights adalah hak untuk menentukan siapa yang boleh memiliki hak akses dan bagaimana akses tersebut dialihkan ke pihak lain, 5 hak pengalihan alienation rights adalah hak untuk menjual dan menyewakan sebagian atau seluruh hak-hak kolektif tersebut. Jika sebuah sumberdaya dikuasai oleh negara maka para individu mempunyai kewajiban untuk mematuhi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah atau departemen yang mengelola sumberdaya tersebut. Demikian pula pemerintah juga mempunyai hak untuk memutuskan aturan main penggunanya Asikin, 2001. Dalam pengelolaan sumberdaya CPR secara efektif baik oleh negara maupun sekelompok masyarakat maka Ostrom 1990 mengemukakan beberapa prinsip agar sumberdaya CPR tersebut mencapai kinerja optimal antara lain 1 terdapat kesesuaian antara peraturan dan situasi lokal 2 terdapat kesepakatan yang memungkinkan terjadinya partisipasi sebagian besar pengguna dalam proses pengambilan keputusan 3 monitoring efektif yang dilakukan oleh pemilik dalam hal ini pemerintah 5 terdapat sanksi bagi bagi yang tidak menghormati aturan. Selanjutnya Kartodihardjo 2010 mengemukakan kebijakan pengelolaan CPR oleh pemerintah seharusnya tidak memisahkan masyarakat lokal dengan sumberdaya alam, melainkan menumbuhkan usaha masyarakat agar menjadi pelindung SDA.

b. Penetapan dan pemantapan hutan lindung