16
2.4. Kerusakan Hutan di Indonesia
Degradasi hutan melalui proses alih guna lahan hutan secara proses legal kebijakan pemerintah maupun akibat perambahan oleh masyarakat, menjadi
suatu dilema yang sangat mengkwatirkan, saat ini degradasi hutan sebesar 1,8 juta Ha per tahun Dephut,2004. Permasalahan degradasi ini menjadi hal yang sangat
penting jadi perhatian semua pihak karena hutan hujan tropis Indonesia merupakan salah satu hutan yang paling terancam di muka bumi.
Menurut Butler 2007 dalam Mahmuddin 2009, antara tahun 1990 –
2005, negara ini telah kehilangan lebih dari 28 juta hektar hutan, termasuk 21,7 persen hutan perawan. Penurunan hutan-hutan primer yang kaya secara biologi ini
adalah yang kedua di bawah Brazil. Jumlah hutan-hutan di Indonesia makin menurun dan banyak dihancurkan karena aktivitas manusia. Data pada tahun
1960-an, sebanyak 82 luas negara Indonesia ditutupi oleh hutan hujan, turun menjadi 68 di tahun 1982, 53 di tahun 1995, dan 49 pada saat ini.
Umumnya, hutan tersebut bisa dikategorikan sebagai hutan yang telah terdegradasi. Manusia adalah penyebab utama terdegradasinya hutan hujan tropis.
Di Indonesia, aktivitas manusia yang merusak hutan antara lain penebangan kayu, penambangan di wilayah hutan, perkebunan, dan perambahan hutan. Aktivitas
manusia yang menyumbang kerusahakan hutan terbesar adalah kegiatan hak pengusahaan hutan HPH dan perkebunan skala besar seperti perkebunan kelapa
sawit. Menurut data Direktorat Jendral Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan
DEPHUT 2006, laju kerusakan hutan saat ini turun dari kisaran 1,87 juta hektare per tahun pada kurun 1985-1998 dan 2,83 juta hektar per tahun pada 1987-2000,
namun luas hutan kritis sampai akhir 2009 diperkirakan mencapai 69,9 juta hektar. Dengan kemampuan merehabilitasi kawasan hutan selama 2003-2007
hanya 846.904 hektar, maka degradasi hutan masih menghantui Indonesia. Sementara untuk 2008, Dephut merencanakan penanaman seluas 1,7 juta hektare
dan untuk tahun ini 1,9 juta hektare. Di sisi lain, ancaman degradasi tidak hanya ada di kawasan hutan. Data Ditjen RHL juga menyebutkan luas lahan kritis di luar
kawasan hutan pada 2003 sudah mencapai angka 41,5 juta hektar. Dengan luas lahan kritis di dalam dan luar kawasan sampai akhir tahun ini diperkirakan
17 mencapai 110,6 juta hektare, maka total penanaman dalam rangka Gerakan
Nasioal Rehabilitasi Hutan dan Lahan Gerhan yang mencapai 2,028 juta hektar baru ibarat setitik air di padang tandus. Makin luasnya lahan kritis ini tidak saja
merugikan industri pengolahan kayu yang terancam kesulitan memperoleh pasokan bahan baku kayu dari hutan alam dan hutan tanaman industri secara
berkesinambungan dan lestari. Degradasi lahan dan hutan juga mengancam kelestarian sumber air, selain menyebabkan perubahan iklim yang mengakibatkan
pemanasan global.
2.5. Dampak Degradasi Hutan