Kabupaten Gorontalo Situasi Ekologi Situasi Organisasi

90 berdasarkan metode 4Rs untuk wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada Tabel 36 dibawah ini dan Tabel 37 dihalaman selanjutnya Tabel 36. Stakeholders pengguna dan yang menikmati sumberdaya HLGD serta terlibat dalam kegiatan teknis dan di Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango Stakeholder Rights Responsibility Rewards Relationship

I. Kabupaten Gorontalo

1. Masyarakat lokal 2. PDAM

II. Kabupaten Bone Bolango

1. Masyarakat 2. PDAM Menikmati sumberdaya yang dihasilkan oleh HLGD Memperoleh izin pemanfaatan Mengetahui rencana peruntukkan hutan, pemanfaatan hasil hutan Memberi informasi dan pertimbangan dalam pengelolaan HLGD Ikut memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan kehutanan Melakukan kegiatan teknis yang menunjang pemanfataan HLGD Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di dalam dan disekitar kawasan HLGD Mendapatkan keuntungan dengan penjualan hasil hutan bukan kayu Mendapatkan pengetahuan baru melalui kegiatan riset Terlibat dalam kegiatan teknis kehutanan melalui dukungan tenaga kerja Dapat menyiapkan dukungan dana Menyediaka n informasi yang berkaitan dengan pengelolaan HLGD Berdasarkan identifikasi masing masing stakeholder seperti yang terlihat pada Tabel 36 terdapat stakeholder di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango yang terdiri dari Masyarakat lokal dan PDAM yang menikmati sumberdaya yang dihasilkan oleh HLGD. Sedangkan kewajibannya adalah ikut menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan, melakukan kegiatan teknis pemanfataan HLGD, penyediaan tenaga kerja, memberikan informasi dan penyediaan dana pengelolaan HLGD. 91 Tabel 37. Stakeholders Pengelola, Penyedia Pedoman dan Pengawasan Pengelolaan HLGD di Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango Stakeholder Rights Responsibility Rewards Relationship 1. BKSDA, 2. BPKH Wilayah XV Gorontalo 3. BP-DAS Bone Bolango 4. Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, 5. kepala desa dan 6. Polisi Kehutanan, 7. Dinas PU 8. Universitas Gorontalo 9. BAPPEDA, 10. DPRD, 11. LSM, 12. Badan Lingkungan Hidup, 13. EGSLP Kabupaten Bone Bolano 1. BAPPEDA 2. BLH, 3. PU, 4. DPRD 5 EGSLP 6.Dishutamben 7. BKSDA 8. BPKH 9. BP-DAS 10.Kep Desa Memberi dan mencabut izin pemanfaatan Melakukan pengelolaan terhadap kawasan HLGD Melakukan pengawasan, penilaian dan memfasilitasi program Melaksanaka n penelitian dan pengembang an Melakukan pengelolaan hutan secara lestari Melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi dibidang kehutanan Melaksanakan kebijakan pengelolaan HLGD Berupaya mewujudkan program pemulihan kawasan HLGD Memberi dukungan penuh terhadap segala bentuk kegiatan pengelolaan hutan Meningkatnya PAD Terwujudnya visi misi organisasi Menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan oleh HLGD Menyiapka n norma, standar, pedoman dan kriteria pengelolaan HLGD Menyiapka n dukungan dana Hasil identifikasi terhadap tugas pokok stakeholder pengelola, penyedia pedoman dan kriteria serta pengawas pengelolaan HLGD di Kabupaten Gorontalo terdapat beberapa stakeholder terlibat seperti BKSDA, BPKH Wilayah XV Gorontalo, BP-DAS Bone Bolango, Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, kepala desa, Polisi Kehutanan, Universitas Gorontalo, BAPPEDA, EGSLP, 92 DPRD, LSM, Dinas PU dan Badan Lingkungan Hidup. Stakeholder pengelola, penyedia pedoman dan kriteria serta pengawas pengelolaan HLGD di wilayah Kabupaten Gorontalo terlihat lebih banyak jika dibandingkan dengan Kabupaten Bone Bolango yang terdiri dari BKSDA, BPKH Wilayah XV Gorontalo, BP-DAS Bone Bolango, Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, kepala desa, BAPPEDA, EGSLP, DPRD, Dinas PU dan Badan Lingkungan Hidup. Berkaitan dengan hak dan kewajiban, stakeholder ini mempunyai hak menyiapkan norma, standar, pedoman dan kriteria pengelolaan HLGD sedangkan kewajibannya adalah menyelenggarakan kebijakan, kewenangan pengelolaan hutan lindung lestari. Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango hanya melakukan aktivitas pemanfaatan jasa lingkungan berupa pemanfaatan air minum melalui Perusahaan Daerah Air Minum PDAM. Kegiatan pemanfaatan jasa air minum oleh PDAM merupakan salah satu bagian dari strategi pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan publik sekaligus sumber pendapatan asli daerah PAD untuk membiaya pembangunan di daerah . Menurut Fauzi 2004 keberadaan lembaga pemerintah di bidang industri pengolahan air seperti dibentuknya Perusahaan Daerah Air Minum oleh pemerintah daerah, tak lain untuk memberikan pelayanan penyediaan air bersih kepada masyarakat secara kuantitas dan kualitas baik dan secara operasional efisien serta berkelanjutan sustainable. Intervensi pemerintah melalui PDAM sebagai institusi pemerintah dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat sebenarnya dapat diterima secara logis mengingat air sebagai barang publik penggunaannya oleh masyarakat harus dikendalikan agar tidak menimbulkan ekternalitas negatif Sejak diterapkannya sistem pemerintahan otonomi daerah otoda, pengelolaan hutan menghadapi berbagai tantangan baru. Pemberlakuan UU tentang Pemerintahan Daerah menjadi titik tolak bergesernya orientasi, arah dan kebijakan pembangunan kehutanan. Selain itu kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, memberikan kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah daerah dalam berbagai perubahan sistem pengelolaan pemerintahan. Salah satu perubahan tersebut adalah dalam pengurusan hutan hutan lindung oleh pemerintah 93 daerah yang diperkuat dengan keluarnya PP No 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupatenkota setidaknya terdapat 58 kewenangan yang seharusnya menjadi kewenangan pemerintah pusat diserahkan ke daerah. Pelimpahan sebagian kewenangan kepada pemerintah daerah ternyata menimbulkan permasalahan lain yaitu adanya tumpang tindih kewenangan dalam menjalankan pengelolaan HLGD seperti yang terlihat pada Tabel 38. Tabel 38. Aspek pengelolaan HLGD berdasarkan tugas pokok organisasi pengelolaan hutan lindung Aspek Kabupaten Gorontalo Kabupaten Bone Bolango Penetapan dan Pemantapan BAPPEDA, BKSDA, BPKH, Dishuttamben. PU BAPPEDA, BKSDA, BPKH, Dishuttamben, PU Pengelolaan Dishuttamben, BPKH, BKSDA, BP-DAS, PDAM Dishuttamben, BPKH, BKSDA, BP-DAS dan PDAM Pembinaan dan Pengawasan Dishuttamben, BLH, DPRD, Polhut, Kepala Desa Dishuttamben, BLH, DPRD, Kepala Desa Hasil identifikasi terhadap lembaga pemerintah pusat dan daerah menunjukkan bahwa terdapat 10 lembaga yang terkait dengan pengelolaan hutan lindung Gunung Damar. Pada tabel diatas juga menunjukkan terjadi tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan kawasan hutan lindung berdasarkan tupoksi yang digariskan melalui pasal 10 UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Pada tugas pokok pemantapan dan penetapan kawasan hutan beberapa lembaga pemerintah pusat dalam hal ini unit pelaksana teknis UPT Departemen Kehutanan terlibat seperti BKSDA dan BPKH XV Gorontalo sedangkan di level pemerintah daerah terdapat BAPPEDA dan Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, Bidang Tata Ruang Dinas PU. Menurut Manan 2001 secara umum ketidakjelasan kewenangan yang terjadi dalam pengelolaan hutan lindung disebabkan oleh; 1 terdapat lebih dari satu lembaga pemerintah yang memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemanfaatan hutan lindung 2 belum jelas dan tegasnya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Banyaknya kantor kantor pusat di daerah sangat mempengaruhi kewenangan otonomi. Untuk menjamin kemandirian daerah, kantor kantor pusat di daerah harus ditiadakan atau dikurangi kecuali sangat 94 diperlukan sama sekali. Urusan pusat yang memerlukan pelaksanaan di daerah dapat diserahkan kepada satuan pemerintahan otonomi melalui tugas pembantuan

c. Klasifikasi dan Partisipasi

Stakeholder Hasil identifikasi stakeholder seperti yang diuraikan dalam Tabel 33 terdapat 18 stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan HLGD di Kabupaten Gorontalo dan 14 stakeholder di Kabupaten Bone Bolango yaitu 1. BKSDA, 2 BPKH Wilayah XV Gorontalo, 3. BP-DAS Bone Bolango, 4. Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi, 5.BAPPEDA, 6. Dinas Pekerjaan Umum, 7. Badan Lingkungan Hidup, 8. DPRD, 9. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, 10 Badan Penyuluh Pertanian, 11 Polisi Kehutanan, 12 Kepala Desa formal leader, 13 tokoh masyarakat informal leader 14 Lembaga Donor EGSLP, 15. Perguruan Tinggi, 16. LSM Komunitas untuk Bumi KUBU, 17. PDAM dan 18. masyarakat lokal. Secara umum stakeholder pengelolaan HLGD terdiri dari organisasi pemerintah dan non pemerintah organizations, masyarakat lokal communities. Hal ini hampir sesuai dengan yang dikemukakan oleh IIED 2005 bahwa stakeholders dapat meliputi organisasi atau kelompok-kelompok sosial dan komunitas masyarakat lokal. Berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya, Reed et al 2009 mengelompokkan stakeholder menjadi 4 bagian yaitu stakeholder subyek, stakeholder key player, stakeholder context setter dan stakeholders crowd. Menurut Hermawan et al 2005, tingkat pengaruh mengindikasikan kemampuan stakeholder untuk mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan. Sedangkan tingkat kepentingan keterlibatan berkaitan dengan dampak yang akan diterima oleh stakeholder. Dalam penelitian ini, kepentingan dan pengaruh stakeholder diidentifikasi berdasarkan kewenangannya yang tertuang dalam tugas pokok dalam mengambil keputusan terkait dengan proses pengelolaan hutan lindung dan realita yang terjadi di lapangan. Adapun informasi tentang tingkat kepentingan keterlibatan dan tingkat pengaruh stakeholder di Kabupaten Gorontalo disajikan pada Tabel 39. 95 Tabel 39. Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder dalam pengelolaan HLGD di Kabupaten Gorontalo Stakeholder Kepentingan Keterlibatan Pengaruh BKSDA Sulawesi Utara Tinggi. Penyelenggaraan konservasi di dalam dan di luar kawasan konservasi Tinggi. Pengambil kebijakan konservasi sumberdaya alam hayati dan koordinasi teknis HL BPKH Wilayah XV Gorontalo Tinggi. Koordinasi pemantapan kawasan dan penataan kawasan hutan Tinggi. Pengambil Kebijakan dalam penataan kawasan hutan BP-DAS Bone Bolango Tinggi. Otoritas pengelola wilayah hulu DAS di HLGD Tinggi. Pengambil kebijakan pengelolaan DAS Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi Tinggi. Koordinator pengelola SDH di daerah Tinggi. Wilayah teritorial, implementasi dan control Kepala Desa. Tinggi. Sebagai Pembina dan masyarakat sekitar hutan Tinggi. Koordinasi pemerintahan dan kontrol wilayah teritori Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Rendah. Tidak menerima dampak Tinggi. Kontrol implementasi perencanaan Dinas Pekerjaan Umum Tinggi. Pemeliharaan infrastruktur seperti jalan, bangunan pemerintah di HLGD Tinggi. Koordinasi penataan ruang Badan Lingkungan Hidup BLH Rendah. Tidak menerima dampak Tinggi. Koordinasi terhadap pengawasan lingkungan DPRD Rendah. Tidak menerima dampak Tinggi. Dukungan proses pengambilan keputusan tingkat lokal Badan Penyuluh Pertanian Rendah. Tidak menerima dampak Rendah. Tidak mempunyai kebijakan tentang kehutanan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Tinggi. Memiliki demplot pengembangan beberapa varietas jagung dan komoditi pertanian lainnya Tinggi. Mempunyai kebijakan tentang Agropolitan PDAM Tinggi. Pemanfaat sumberdaya air Rendah. Tidak memiliki akses terhadap pengambilan keputusan Polisi Kehutanan Tinggi. Dukungan terhadap pengamanan kawasan Tinggi. Kontrol terhadap SDH Masyarakat lokal Tinggi. Menerima manfaat dari sumberdaya hutan Rendah. Tidak mempunyai akses terhadap kebijakan Tokoh masyarakat Tinggi. Menerima manfaat dari keberadaan sumberdaya hutan Rendah. Tidak mempunyai akses terhadap kebijakan 96 Lanjutan Tabel 39 Stakeholder Kepentingan Keterlibatan Pengaruh Lembaga Donor EGSLP. Rendah. Tidak menerima dampak Tinggi. Memiliki akses terhadap pengambilan kebijakan Universitas Gorontalo Tinggi. Melaksanakan salah satu tridharma perguruan tinggi yaitu penelitian dan pengabdian masyarakat di HLGD Tinggi. Memiliki akses memberikan masukan kepada pemerintah LSM KUBU Rendah. Tidak menerima dampak Rendah. Tidak bisa mempengaruhi keputusan Klasifikasi stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan keterlibatan dan pengaruhnya dalam pengelolaan HLGD juga dilakukan di wilayah Kabupaten Bone Bolango. Stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya akan dianalisis pada 4 kelompok stakeholder. Adapun klasifikasi stakeholders untuk wilayah Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada Tabel 40 Tabel 40. Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder dalam pengelolaan HLGD di Kabupaten Bone Bolango Stakeholder Kepentingan Keterlibatan Pengaruh BKSDA Sulawesi Utara Tinggi. Penyelenggaraan konservasi di dalam dan di luar kawasan konservasi Tinggi. Pengambil kebijakan konservasi sumberdaya alam hayati dan koordinasi teknis HL BPKH Wilayah XV Gorontalo Tinggi. Pelaksana pemantapan kawasan dan penataan kawasan hutan Tinggi. Pengambil Kebijakan dalam penataan kawasan hutan BP-DAS Bone Bolango Tinggi. Pengelola wilayah hulu DAS di HLGD Tinggi. Pengambil kebijakan pengelolaan DAS Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi Tinggi. Melaksanakan tugas desentralisasi kehutanan Tinggi. Pengambil kebijakan kehutanan didaerah Kepala Desa. Tinggi. Sebagai Pembina dan masyarakat sekitar hutan Tinggi. Koordinasi pemerintahan dan kontrol wilayah teritori Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Rendah. Tidak menerima dampak Tinggi. Kebijakan perencana dan pembangunan daerah Dinas Pekerjaan Umum Rendah. Tidak menerima dampak Tinggi. Koorditor penataan ruang Badan Lingkungan Hidup BLH Rendah. Tidak menerima dampak Tinggi. Koordinasi bidang pengendalian, pengawasan pencemaran dan kerusakanlingkungan 97 Lanjutan Tabel 40 Stakeholder Kepentingan Keterlibatan Pengaruh DPRD Rendah. Tidak menerima dampak Tinggi. proses pengambilan keputusan tingkat lokal PDAM Tinggi. Pemanfaat sumberdaya air Rendah. Tidak memiliki akses terhadap pengambilan keputusan Masyarakat lokal Tinggi. Menerima manfaat dari sumberdaya hutan Rendah. Tidak mempunyai akses terhadap kebijakan Tokoh masyarakat Tinggi. Tempat melaksanakan aktivitas sosial budaya Rendah. Tidak mempunyai akses terhadap kebijakan Lembaga Donor EGSLP. Rendah. Tidak menerima dampak Rendah. Tidak Memiliki akses terhadap pengambilan kebijakan Selanjutnya stakeholder yang telah diklasifikasi berdasarkan pengaruh dan kepentingannya dimasukkan dalam matriks kuadran untuk menentukan subyek subject, pemain kunci key player, penghubung context setter dan penonton crowd. Hal ini dilakukan untuk menentukan stakeholders yang bisa melakukan kerjasama dan stakeholders yang memiliki resiko bagi ketidakberhasilan kegiatan. Matriks kuadran posisi stakeholder dapat dilihat pada Gambar 14 dan 15 Gambar 14. Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders berdasarkan tugas pokok organisasi pengelolaan HLGD di Kabupaten Gorontalo K e p e n t i n g a n Pengaruh SUBYEK KEY PLAYER CROWD CONTEXT SETTER BKSDA BPKH BP-DAS Dishuttamben Kepala Desa PU Universitas Gorontalo Dinas Pertanian PDAM POLHUT Masyarakat lokal Tokoh Masyarakat LSM Kubu EGSLP DPRD BLH BAPPEDA Badan Penyuluh 98 Gambar 15. Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders tugas pokok organisasi pengelolaan HLGD di Kabupaten Bone Bolango Berdasarkan matriks tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh yang menempati posisi kuadran A subyek di kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango terdapat stakeholders, dengan tingkat kepentingan tinggi dan tingkat pengaruh yang rendah yaitu, tokoh masyarakat, masyarakat lokal, dan PDAM. Apabila kegiatan ini ingin melindungi kepentingan mereka, maka diperlukan inisiatif-inisitaif khusus terutama karena mereka adalah merupakan para pihak yang paling besar menerima dampak dari kegiatan ini. Peningkatan kemampuan dan peningkatan kesadaran terhadap hutan lindung sebagai salah satu sistem penyangga kehidupan merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk melibatkan stakeholder ini dalam kegiatan pengelolaan hutan lindung Gunung Damar Posisi kuadran B key players di Kabupaten Gorontalo terdiri dari BKSDA, BPKH Wilayah XV Gorontalo, BP-DAS Bone Bolango, Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, kepala desa dan Polisi Kehutanan, Dinas PU, Dinas Pertanian serta Universitas Gorontalo, sedangkan untuk Kabupaten Bone Bolango terdiri dari BKSDA, BPKH Wilayah XV Gorontalo, BP-DAS K e p e n t i n g a n Pengaruh SUBYEK KEY PLAYER CROWD CONTEXT SETTER BP-DAS BPKH BKSDA Dishuttamben Kepala Desa PDAM Masyarakat lokal Tokoh Masyarakat BLH BAPPEDA DPRD EGSLP PU 99 Bone Bolango, Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, kepala desa. Stakeholder ini merupakan kelompok yang paling kritis karena memiliki kepentingan dan pengaruh yang sama tinggi. Kuadran B ditempati oleh lebih banyak stakeholders dibandingkan dengan Kuadran A, C, dan D. Banyaknya pihak yang berperan sebagai pemain adalah potensi besar dalam rangka pengelolaan hutan lindung Gunung Damar. Perlu dilakukan kerjasama yang baik agar kegiatan pengelolaan hutan lindung Gunung Damar dapat mencapai kinerja yang diharapkan Posisi kuadran C context setter di Kabupaten Gorontalo terdapat stakeholders, dengan tingkat kepentingan rendah dan tingkat pengaruh yang tinggi yaitu BAPPEDA, DPRD, Badan Lingkungan Hidup, EGSLP sedangkan untuk wilayah Kabupaten Bone Bolango terdiri dari BAPPEDA, BLH, PU, DPRD. Stakeholder pengamat dapat diinterpretasikan bahwa kepentingan dari stakeholder ini bukan merupakan target dari kegiatan. Oleh karena itu dalam konteks pencapaian kegiatan kelompok stakeholders ini dapat dipandang sebagai sumber dari resiko bagi ketidakberhasilan kegiatan. Meskipun demikian stakeholder ini memiliki manfaat dalam rangka merumuskan atau menjembatani keputusan dan opini dalam pengelolaan hutan lindung Gunung Damar. Kuadran D crowd di Kabupaten Gorontalo terdapat stakeholders, dengan tingkat kepentingan rendah dan tingkat pengaruh yang rendah yaitu Badan Penyuluhan Pertanian, LSM Kubu dan EGSLP. Sedangkan di Kabupaten Bone Bolango adalah EGSLP. Stakeholder ini tidak memerlukan pelibatan intensif dalam pencapaian tujuan kegiatan tetapi apabila memungkinkan, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi berkala untuk mengetahui perkembangan kepentingannya. Dalam pelaksanaan pengelolaan HLGD terlihat peran beberapa stakeholders belum optimal dalam pengelolaan HLGD. Bryson 2003 mengatakan belum optimalnya management sumberdaya di akibatkan oleh tidak optimalnya peran stakeholders yang dalam menentukan kebijakan. Mengacu pada Kuadran Stakeholder versi Reed et al 2009 stakeholder yang berpengaruh dalam menentukan kebijakan dalam pengelolaan HLGD terdapat pada key stakeholder dan context setter yang terdiri dari BKSDA, BPKH Wilayah XV Gorontalo, BP- 100 DAS Bone Bolango, Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, kepala desa dan Polisi Kehutanan, Dinas PU, Dinas Pertanian serta Universitas Gorontalo, Badan Lingkungan Hidup, DPRD, BAPPEDA. Hampir tidak terdapat perbedaan stakeholder yang berpengaruh dalam menentukan kebijakan di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Untuk mengoptimalkan peran stakeholder yang berpengaruh pada kebijakan pengelolaan HLGD maka perlu dilakukan strategi pelibatan partisipasi stakeholder key player dan context setter untuk dapat menghalangi atau memblokir kegiatan yang berdampak negatif pada kegiatan pengelolaan hutan lindung Gunung Damar. Partisipasi merupakan proses keterlibatan stakeholders dalam mempengaruhi dan ikut mengendalikan jalannya rangkaian penyusunan kebijakan yang berdampak kepadanya. Karena itu tiap stakeholder akan memiliki tingkat keterlibatan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot yang dimilikinya. Bobot yang dimaksud adalah tingkat kedekatan kepentingan stakeholder bersangkutan dengan pengambil keputusan dan kekuatan pengaruhnya terhadap proses penyusunan kebijakan. Adapun partisipasi stakeholder yang seharusnya terlibat dalam pengelolaan HLGD dapat dilakukan dapat dilihat pada Tabel 41 Tabel 41. Matriks Mekanisme Partispasi Stakeholder dalam Pengelolaan HLGD diadaptasi dan di modifikasi dari Bryson 2003 Aspek Jenis Partisipasi Memberikan informasi Koordinasi Kolaborasi Pemberdayaan Penetapan dan Pemantapan Kawasan BPKH, BP-DAS, BKSDA, Universitas Gorontalo, Dinas Kehutanan Pertambangan Energi BPKH, BP-DAS, BKSDA, Universitas Gorontalo, Dinas Kehutanan Pertambangan Energi, BAPPEDA, Dinas Pertanian, Kepala Desa, Dinas PU, BLH, DPRD BPKH, BP- DAS, BKSDA, Universitas Gorontalo, Dinas Kehutanan Pertambangan Energi 101 Lanjutan Tabel 41 Aspek Jenis Partisipasi Memberikan informasi Koordinasi Kolaborasi Pemberdayaan Pengelolaan Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Universitas Gorontalo, PDAM Masyarakat Lokal Pembinaan dan Pengawasan Kepala Desa Kepala Desa dan Polisi Kehutanan Polisi Kehutanan, Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, Kepala Desa LSM Berdasarkan tabel diatas jenis partisipasi yang bisa dilakukan oleh stakeholder kunci dalam aspek pemantapan dan penetapan, pengelolaan pembinaan serta pengawasan kawasan HLGD adalah memberikan informasi, koordinasi, kolaborasi dan pemberdayaan. Memberikan informasi artinya stakeholder kunci harus saling memberikan informasi yang jelas tentang keberadaan HLGD. Selama ini organisasi di lingkungan pemerintah lebih mengetahui informasi internal dibandingkan dengan informasi eksternal. Stakeholder yang berasal pemerintahan cenderung bekerja secara sektoral dan sangat jarang mensosialisasikan hasil-hasil kegiatannya kepada pihak lain. Sebagai contoh hasil wawancara dengan pihak Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi yang selama ini tidak mengetahui secara pasti panjang kawasan HLGD yang telah ditata-batas. Seperti diketahui kegiatan penataan batas merupakan tanggung jawab BPKH Gorontalo. Demikian halnya informasi hasil-hasil penelitian berupa kondisi biofisik kawasan dan situasi sosial ekonomi yang dilakukan oleh Universitas Gorontalo tidak pernah disosialisasikan kepada pihak lain. Sehingga informasi yang dipegang oleh organisasi pemerintah kurang lengkap dan sifatnya parsial. Situasi ini menimbulkan perilaku oportunistik pihak- pihak yang memanfaatakan HLGD untuk mengeksploitasi sumberdaya sehingga menimbulkan eksternalitas negative. Untuk itu pihak Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango selaku pengelola di daerah harus pro aktif mengumpulkan semua informasi yang 102 berkaitan dengan kondisi tata-batas, situasi sosial ekonomi dan biofisik kawasan HLGD dari organisasi lainnya Jenis partisipasi selanjutnya yang harus dilakukan oleh stakeholder key player adalah melakukan koordinasi. Koordinasi yang dimaksud disini adalah pertukaran informasi kegiatan dua arah antar organisasi sebagai proses perintegrasian kegiatan-kegiatan pembangunan untuk mencapai tujuan yang lebih efisien dan efektif. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, terjadi kendala dalam melaksanakan koordinasi antara SKPD pemerintah daerah dan kantor UPT Kementrian Kehutanan di daerah dalam pengelolaan HLGD karena masih terdapatnya ego sektoral, sebagai contoh dalam pelaksanaan RHL terjadi tumpang tindih program antara Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi Kabupaten Gorontalo dan Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Bone Bolango dengan BP-DAS Bone Bolango. Tumpang tindih program mengindikasikan buruknya koordinasi pengelolaan hutan di daerah. Hasil kajian Sutrisno 2011 menemukan bahwa kebijakan koordinasi dalam pengelolaan hutan cenderung menggunakan pendekatan vertical yang dicirikan oleh level tertinggi organisasi pemerintah. Hal ini menjadi sumber penyebab kegagalan koordinasi antar pemerintah karena mekanisme koordinasi vertikal cenderung hanya mengatur bagaimana pengorganisasian pengambilan keputusan terpusat dalam sebuah organisasi. Untuk mengoptimalkan pengelolaan HLGD maka koordinasi yang dapat dilakukan adalah koordinasi horizontal yaitu mengkoordinasikan tindakan- tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan dalam tingkat organisasi aparat yang setingkat.. Dipilihnya koordinasi horizontal karena memudahkan komunikasi sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kesepakatan lebih efisien. Munandar 2001 menawarkan pola koordinasi yang dapat dilakukan adalah membentuk kelompok kerja. Kelompok kerja adalah sekumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain sekaligus mempersepsikan diri sendiri sebagai bagian dari kelompok yang datang bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Langkah selanjutnya adalah melakukan kolaborasi yaitu pembagian peran dan kerjasama di dalam pengelolaan HLGD. Kolaborasi dalam pengelolaan HLGD sangat penting karena terbatasnya sumber daya yang terdapat dimasing-masing organisasi. Kolaborasi yang terjadi diharapkan akan menjadi sebuah kegiatan 103 berbagi pengetahuan, belajar, dan membangun suatu kesepakatan dan pada akhirnya meningkatkan kesuksesan dalam menyelesaikan suatu masalah. Partisipasi pemerintah dalam kolaborasi adalah berperan dalam mensinergikan kegiatan-kegiatan pembangunan wilayah dengan pengelolaan HLGD. Sedangkan pihak Universitas Gorontalo berperan dalam pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat mampu mengatasi persoalan dalam dirinya. Keberadaan Universitas Gorontalo dinilai mampu melakukan transfer pengetahuan dan teknologi pada masyarakat sehingga terjadi perubahan sosial yang dapat menjamin kelestarian HLGD. Kolaborasi pihak swasta dalam hal ini PDAM sangat diperlukan, pihak swasta dapat berperan dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang memiliki prinsip usaha untuk pemupukan modal. Keterlibatan pihak PDAM akan mendukung kemajuan masyarakat dalam mengembangkan potensi alam dan potensi sumberdaya manusia untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat sekitar hutan. Untuk mengefektifkan partisipasi stakeholder, tindak lanjut harus diprioritaskan pada upaya pelembagaannya secara mapan. Pemerintah perlu mengembangkan kelembagaan melalui tiga aspek: a Penyusunan kerangka dan produk hukum yang mengatur masalah hak, kewajiban, prosedur dan mekanisme partisipasi stakeholder. Kerangka hukum ini diperlukan untuk memberikan keabsahan dan legitimasi politis bagi stakeholder di satu pihak, serta batasan akan hak, kewajiban, dan kewenangan mereka di lain pihak. Untuk menjamin efektifitasnya ketentuan-ketentuan hukum ini perlu disusun sampai pada tingkat peraturan pelaksanaannya. b Penyusunan tata cara, prosedur, serta mekanisme berpartisipasi sebagai petunjuk teknis dan panduan baik bagi stakeholder maupun pemrakarsa kebijakan dalam menjalankan proses partisipasi. Tercakup dalam panduan teknis ini adalah, kriteria untuk pemberian suatu status bagi tiap stakeholder yang relevan untuk suatu substansi kebijakan tertentu yang sedang dalam proses penyusunan kebijakan. Melekat dalam status tersebut hak dan kewenangan stakeholder sesuai dengan batasan yang diberikan oleh peraturan perundangan yang telah ditetapkan. 104 Pengembangan kapasitas stakeholder melalui berbagai upaya penguatan kelembagaan dan peningkatan kompetensi teknis mereka sesuai dengan kepentingan masing-masing.

d. Perilaku dan Kinerja

Stakeholder Memahami perilaku masyarakat yang berkepentingan dan terlibat dalam pengelolaan HLGD, merupakan informasi yang sangat bermanfaat bagi sebuah lembaga pengambil kebijakan dalam menyusun kelestarian Tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholders yang dikemukakan sebelumnya mempengaruhi perilaku dan kinerja pengelolaan daerah tersebut. Secara ringkas perilaku stakeholders dan kinerjanya dalam pengelolaan HLGD disajikan pada Tabel 42 dan 43 Tabel 42. Perilaku Stakeholders dan Kinerja Pengelolaan HLGD di Kabupaten Gorontalo Stakeholder Ringkasan Tugas Pokok Sesuai Peraturan Perundangan Perilaku Kinerja 1. BKSDA Sulawesi Utara Menyelenggarakan konservasi dan koordinasi pengelolaan Hutan Lindung Permenhut 02Menhut- II2007 Belum melaksanakan koordinasi pengelolaan HL dan konservasi SDAH Belum ada informasi tentang potensi keanekaragaman hayati di HLGD yang disediakan oleh BKSDA 2. BPKH Wilayah XV Melaksanakan pengukuhan kawasan hutan dan menyajikan informasi tentang kawasan hutan Permenhut 13Menhut- II2011 Melaksanakan sebagian penataan batas di kawasan HLGD Belum ada kejelasan batas-batas Hutan Lindung Gunung Damar 3. BP-DAS Bone Bolango Melaksanakan penyusunan rencana pengelolaan DAS, pengembangan kelembagaan dan evaluasi P. 15Menhut- II2007 Belum menyusun rencana pengelolaan 2 DAS besar; DAS Bionga, DAS dan DAS Bolango Belum ada kegiatan pengelolaan di DAS Bionga 105 Lanjutan Tabel 42 Stakeholder Ringkasan Tugas Pokok Sesuai Peraturan Perundangan Perilaku Kinerja 4. Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi Kabupaten Gorontalo Melaksanakan inventarisasi pemetaan hutan, penataan batas, pemberian ijin dan pengawasan pemanfaatan kawasan hutan Perda No 352007 Belum sepenuhnya melaksanakan inventarisasi, penataan batas, pemberian ijin usaha kehutanan Tata batas kawasan HLGD baru mencapai 14.65 5. Kepala Desa di Kabupaten Gorontalo Melaksanakan tugas administrasi pemerintahan dan mengembangkan potensi SDA PP 72 tahun 2005 Memungut pajak hasil bumi kepada masyarakat sekitar HLGD Ada Penerimaan PAD dari pajak hasil bumi pemanfaatan HLGD 6. BAPPEDA Kabupaten Gorontalo Melaksanakan perencanaan pembangunan daerah dan melaksanakan kebijakan perencanaan pembangunan Perda 162007 Menyusun Perencanaan pembangunan daerah Tidak ada pengawasan terhadap implementasi perencanaan pembangunan 7. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Gorontalo Melaksanakan kewenangan pembangunan pertanian Perda No 332007 Mensukseskan program Agropolitan dengan menyerahkan Bibit Gratis kepada kelompok tani sekitar HLGD Meluasnya lahan pertanian dan terjadi peningkatan produksi hasil pertanian di dalam kawasan HLGD 8. Polisi hutan Kabupaten Gorontalo Melaksanakan pemantuan, perlindungan pengamanan hutan Pasal 4 Kepmenpan No. 55KEPM.PAN72003 Melaksanakan operasi setiap 3 bulan Kawasan HLGD belum aman 9. Dinas PU Kabupaten Gorontalo Melaksanakan kewenangan pembangunan infrastruktur Perda No 312007 Membangun jalan desa-desa disekitar dan didalam kawasan HLGD Akses ke kawasan HLGD menjadi lebih mudah 10. DPRD Kabupaten Gorontalo Melaksanakan legislasi, budgeting dan pengawasan Pasal 24 UU 322004 Pengawasan, legislasi dan budgeting terhadap PEMDA Ada kontrol terhadap kebijakan tapi tidak bisa membatalkan kebijkan tersebut 106 Lanjutan Tabel 42 Stakeholder Ringkasan Tugas Pokok Sesuai Peraturan Perundangan Perilaku Kinerja 11. BLH Kabupaten Gorontalo Melaksanakan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Perda No 182007 Belum melakukan pemantauan terhadap lingkungan HLGD Terdapat peningkatan sedimentasi DAS Bionga 12. PDAM Kabupaten Gorontalo Optimalisasi pelayanan air bersih dalam rangka memaksimalkan PAD Perda 61993 Memperluas pemasangan jaringan bersih untuk penerimaan PAD Meningkatnya Penerimaan PAD 13. Universitas Gorontalo Melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi Pasal 3 PP No 601999 Melaksanakan penelitian dan pengabdian masyarakat Memiliki informasi potensi sumberdaya hutan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat tapi belum di informasikan kepada stakeholder lain 14. Badan Penyuluh Pertanian, Kehutanan Kabupaten Gorontalo Membantu kepala daerah dalam melaksanakan penyuluhan pertanian dan kehutanan Perda No 42008 Memberikan penyuluhan dalam rangka peningkatan kesadaran Masyarakat masih melakukan perambahan Tabel 43. Perilaku Stakeholders dan Kinerja Pengelolaan HLGD Kab Bone Bolango Stakeholder Ringkasan Tugas Pokok Sesuai Peraturan Perundangan Perilaku Kinerja 15. BKSDA Sulawesi Utara Menyelenggarakan konservasi dan koordinasi pengelolaan Hutan Lindung Permenhut 02Menhut- II2007 Belum melaksanakan koordinasi pengelolaan HL dan konservasi sumber daya alam hayati Belum ada informasi tentang potensi keanekaragaman hayati di HLGD yang disediakan oleh BKSDA 16. BPKH Wilayah XV Melaksanakan pengukuhan kawasan hutan dan menyajikan informasi tentang kawasan hutan Permenhut 13Menhut- II2011 Telah melaksanakan sebagian besar tata batas di kawasan HLGD Wilayah HLGD yang ditata batas mencapai 41.18 107 Lanjutan Tabel 43 Stakeholder Ringkasan Tugas Pokok Sesuai Peraturan Perundangan Perilaku Kinerja 17. BP-DAS Bone Bolango Melaksanakan penyusunan rencana pengelolaan DAS, pengembangan kelembagaan dan evaluasi P. 15Menhut- II2007 Belum menyusun rencana pengelolaan 2 DAS besar; DAS Bionga, DAS dan DAS Bolango Belum ada kegiatan pengelolaan di DAS Bolango 18. Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi Bone Bolango Melaksanakan inventarisasi pemetaan hutan, penataan batas, pemberian ijin dan pengawasan pemanfaatan kawasan hutan Perda 122005 Telah melaksanakan sebagian besar inventarisasi dan penataan batas Wilayah HLGD yang ditata batas mencapai 41.18 19. Kepala Desa di Kabupaten Bone Bolango Melaksanakan tugas administrasi pemerintahan dan mengembangkan potensi SDA PP 72 tahun 2005 Memungut pajak hasil bumi kepada masyarakat sekitar HLGD Ada Penerimaan PAD dari pajak hasil bumi pemanfaatan HLGD 20. BAPPEDA Bone Bolango Melaksankan perencanaan pembangunan daerah dan kebijakan perencanaan pembangunan Perda 142005 Menyusun Perencanaan pembangunan daerah Tidak ada pengawasan terhadap implementasi perencanaan pembangunan 21. Dinas PU Bone Bolango Melaksanakan kewenangan pembangunan infrastruktur Perbup No192011 Membangun jalan di desa-desa disekitar HLGD Terdapat akses ke desa-desa sekitar kawasan HLGD 22. Polisi hutan Bone Bolango Melaksanakan perlindungan pengamanan hutan Pasal 4 Kemenpan No. 55M.PAN2003 Melaksanakan patroli jika ada laporan pengambilan hasil hutan secara illegal dari pemerintah desa Masih ditemukan adanya gangguan 23. DPRD Bone Bolango Melaksanakan legislasi, budgeting dan pengawasan Pasal 24 UU 322004 Pengawasan, legislasi dan budgeting terhadap pemerintah daerah Ada kontrol terhadap kebijakan pembangunan tetapi tidak bisa membatalkan kebijkan tersebut 108 Lanjutan Tabel 43 Stakeholder Ringkasan Tugas Pokok Sesuai Peraturan Perundangan Perilaku Kinerja 24. BLH Bone Bolango Melaksanakan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Perda No 102010 Melakukan pemantauan terhadap lingkungan di HLGD Terdapat beberapa papan larangan disekitar HLGD 25. PDAM Bone Bolango Peningkatan pelayanan air bersih dalam rangka memaksimalkan PAD Memperluas pemasangan jaringan bersih untuk penerimaan PAD Meningkatnya Penerimaan PAD Tabel 42 dan 43 diatas menunjukkan bahwa sebagian perilaku stakeholders yang terlibat pengelolaan hutan belum sesuai dengan tugas pokok yang ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan. Ini berarti bahwa peraturan pemerintah yang berlaku tidak mampu mengendalikan perilaku pihak pihak yang terkait dengan kawasan HLGD. Sebagai contoh sampai saat ini Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango belum melaksanakan inventarisasi lengkap dan penataan batas sesuai yang digariskan oleh peraturan perundangan. Pelaksanaan inventarisasi dan penataan batas merupakan langkah awal dalam rangka memberikan status hukum bagi HLGD. Situasi ini menyebabkan pihak-pihak lain yang berada diluar institusi kehutanan memiliki perilaku oportunisme dan moral hazard yang disebabkan oleh karakteristik yang menyebabkan sumber interdependensi antar individu atau kelompok masyarakat dalam penggunaan sumberdaya yaitu biaya transaksi, biaya ekslusi tinggi, surplus dan inkompatibilitas ekologis dalam pola penggunaan lahan. 4.5. Perbandingan Kelembagaan Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Damar di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini terdapat empat faktor yang membentuk kelembagaan pengelolaan HLGD di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango yaitu organisasi, hak kepemilikan property right, batas yurisdiksi dan aturan representasi. Keempat faktor ini dipengaruhi oleh situasi atau kondisi sebagai sumber interdependensi. Sebaliknya kelembagaan 109 yang terdapat di HLGD dapat mempengaruhi perilaku stakeholders dan kinerja. Berdasarkan hasil analisis citra landsat yang mencirikan indikator kinerja pengelolaan HLGD menunjukkan kelembagaan pengelolaan HLGD di Kabupaten Bone Bolango lebih baik dibandingkan dengan kelembagaan pengelolaan di Kabupaten Gorontalo. Adapun perbandingan kelembagaan pengelolaan HLGD di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango disajikan dalam Tabel 44: Tabel 44. Perbandingan Kelembagaan Pengelolaan HLGD di wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango Situasi Kabupaten Gorontalo Kabupaten Bone Bolango

I. Situasi Ekologi

1. Tutupan hutan 3793.42 ha 33.93 6056.73 ha 67.76 2. Tutupan lahan pertanian 4028.29 ha 36.03 956.79 ha 10.71 3. Semak 345.09 ha 3.09 45.57 ha 0.51 4. Lahan terbuka 122.65 ha 1.09 12.63 ha 0.15

II. Situasi

Sosial Ekonomi Jumlah Penduduk 5907 4029 Jumlah tenaga kerja 2744 1976 Jumlah Desa dalam Kawasan HLGD 3 Desa: 1 Desa Malahu, 2 Desa Dulamayo Selatan, 3 Desa Dulamayo Utara Tidak ada Produksi Jagung Sekitar HLGD tontahun 6673.14 tontahun 3814.19 tontahun Tingkat Pendapatan Rpbulan 1187923 980188 Rata-rata kepemilikan lahan ha 0.952 1.109 Indeks LQ Sektor Pertanian 2.248 0.930 Daya Dukung 0.355 0.341 Jumlah Penduduk Miskin KK 879 550 Jarak pemukiman dengan HLGD km 0.2 - 1 3 – 4 Komoditas pertanian dan perkebunan Utama disekitar HLGD Cengkih, Kemiri, Langsat, Durian, Jagung, Aren, Vanili, Coklat Kemiri, Kelapa, Coklat, Jagung, Tingkat Pendidikan Responden SD 79.17, SMP 6.67, SMA 14.17 SD 85.96, SMP 8.77, SMA 10.53 110 Lanjutan Tabel 44

III. Organisasi

1. BPKH Aktif Berperan dalam penataan batas kawasan Aktif Berperan dalam penataan batas kawasan 2. BKSDA Belum berperan dalam konservasi dan koordinasi pengelolaan kawasan HLGD Belum berperan dalam konservasi dan koordinasi pengelolaan kawasan HLGD 3. BP-DAS Belum berperan dalam pengelolaan wilayah hulu DAS Bionga Belum berperan dalam pengelolaan hulu DAS Bolango 4. Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi Aktif dalam pemanfaatan HLGD Aktif dan berperan dalam pengelolaan HLGD 5. Bidang Tata Ruang Dinas PU Berperan dalam penataan ruang Berperan dalam penataan ruang 6. BAPPEDA Berperan dalam perencanaan pembangunan Berperan dalam perencanaan pembangunan 7. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Aktif memberikan bantuan Saprodi kepada kelompok tani sekitar HLGD Tidak aktif 8. Badan Penyuluh Pertanian Aktif memberikan penyuluh Tidak aktif 9. Badan Lingkungan Hidup Kurang aktif memantau kualitas lingkungan spesifik seperti air, erosi dan sedimentasi Aktif memberikan penyuluhan dan membangun kesadaran tentang kualitas lingkungan 10. DPRD Berperan dalam legislasi, penganggaran dan pengawasan Aktif dalam legislasi yang berkaitan dengan penyelamatan lingkungan 11. PDAM Aktif dalam pemanfaatan air baku Aktif dalam pemanfaatan air baku 12. EGSLP Aktif melaksanakan pemberdayaan masyarakat berbasis DAS Aktif melaksanakan pemberdayaan masyarakat berbasis DAS 13. Polisi Hutan Melaksanakan patroli kawasan 3 bulan sekali Melaksanakan patroli jika terjadi gangguan di HLGD 14. Kepala Desa Aktif memberikan pembinaan dan pengawasan Aktif memberikan pembinaan dan pengawasan 15. Tokoh Masyarakat Aktif memberikan pembinaan dan pengawasan Aktif memberikan pembinaan dan pengawasan 16. Universitas Gorontalo Aktif melaksakanakan penelitian Tidak aktif 17. LSM Kubu Aktif melaksanakan advokasi lingkungan Tidak aktif 18. Masyarakat lokal Aktif memanfaatkan lahan di dalam dan sekitar HLGD untuk keperluan subsisten dan komersial Aktif memanfaatkan lahan di dalam dan sekitar HLGD untuk keperluan subsisten dan sosial budaya 111 Lanjutan Tabel 44

IV. Batas yurisdiksi