111 Lanjutan Tabel 44
IV. Batas yurisdiksi
1. Panjang Batas Kawasan HLGD
31.87 km 45.65 km
2. Panjang tata batas HLGD 4.67 km atau 14.65
18.8 km atau 41.18
V. Hak kepemilikan
1. Luas Lahan Konflik 4028.29 ha atau 36.03
956.79 ha atau 10.71 2. Jumlah Gangguan
58 kali 14 kali
VI. Aturan representasi Kabupaten Gorontalo
Kabupaten Bone Bolango Biaya koordinasi
Tinggi. Stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan
HLGD berjumlah 18 Rendah. Stakeholders yang
terlibat dalam pengelolaan HLGD berjumlah 43
VII. Kinerja Laju Perubahan Tutupan
HLGD: 46.9810 tahun Laju Perubahan Tutupan
HLGD: 27.36 10 tahun
Hasil evaluasi dan fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian menemukan beberapa perbedaan kelembagaan pengelolaan HLGD antara
pemerintah Kabupaten Gorontalo dan pemerintah Kabupaten Bone Bolango. Perbedaan ini tentu saja menghasilkan perbedaan kinerja pengelolaan HLGD.
Adapun perbedaan institusi tersebut dijelaskan berdasarkan hak kepemilikan, batas yurisdiksi dan aturan representasi.
a. Batas Yurisdiksi
Batas yurisdiksi merupakan batas organisasi dalam melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya. Dalam melaksanakan pengelolaan HLGD maka batas
yurisdiksi pemerintah adalah batas kawasan. Berdasarkan informasi penelaah pengukuhan kawasan hutan BPKH XV Gorontalo, total panjang kawasan HLGD
adalah 77.52 km dengan batas kawasan terpanjang berada di Kabupaten Bone Bolango yang mencapai 45.65 km sedangkan Kabupaten Gorontalo mencapai
31.87. Namun demikian total wilayah yang sudah ditatabatas baru mencapai 55.83. Capaian wilayah yang telah ditata-batas di kawasan HLGD Kabupaten
Gorontalo lebih rendah yaitu 14.65 jika dibandingkan dengan Kabupaten Bone Bolango yang mencapai 45.65.
Menurut Suwito 2011 minimnya capaian penaatan batas dan penyelesaian hak-hak pihak ketiga di dalam kawasan mengakibatkan tumpang tindih hak dan
sering menjadi pemicu konflik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat lokal. Situasi ini menunjukkan biaya eksklusi yang ditanggung oleh
112 Pemerintah Kabupaten Gorontalo cukup tinggi jika dibandingkan dengan
Kabupaten Bone Bolango. Faktor utama yang mempengaruhi tingginya biaya ekslusi adalah luasnya lahan pertanian di dalam kawasan HLGD Kabupaten
Gorontalo yang mencapai 36.03 dibandingkan dengan lahan-lahan pertanian di dalam kawasan HLGD Kabupaten Bone Bolango yang mencapai 10.71.
Luasnya lahan pertanian di dalam kawasan HLGD Kabupaten Gorontalo disebabkan populasi penduduk yang tinggal di desa-desa sekitar HLGD
Kabupaten Gorontalo lebih besar jika dibandingkan dengan Kabupate Bone Bolango. Besarnya populasi penduduk cenderung akan meningkatkan permintaan
terhadap lahan. Masyarakat yang tinggal di kawasan HLGD Kabupaten Gorontalo cenderung mengganggap lahan-lahan di dalam sebagai sumberdaya terbuka
daripada barang ekslusif sumberdaya milik negara. Dalam situasi dimana pemanfaatan bersifat tidak kompatibel disertai dengan biaya ekslusi tinggi,
perilaku penunggang gratis free rider merupakan fenomena yang mudah berkembang
b. Hak Kepemilikan