Analisis Perbandingan Aspek Finansial antara Aplikasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik

(1)

Oleh

ANDRIYANTO

H24076013

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Instiut Pertanian Bogor

Oleh

ANDRIYANTO

H24076013

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(3)

N1M H24076013

Menyetujui   Pembimbing,  

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc NIP 19491210 197803 1 002

Mengetahui   Ketua Departemen,  

Tanggal Lulus :

0

1

OCT

2013

,

ZjエMセ@


(4)

-NIM : H24076013

Menyetujui Pembimbing,

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc NIP 19491210 197803 1 002

Mengetahui Ketua Departemen,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc NIP 19610123 198601 1 002


(5)

ANDRIYANTO. H24076013. Analisis Perbandingan Aspek Finansial antara

Pupuk Kimia dan Pupuk Organik Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR

IRWANTO

Manajemen harus mempertimbangkan apakah investasi yang akan dilaksanakan itu akan memberikan keuntungan, baik dalam bentuk kenaikan usaha pencarian alternatif tersebut, kemudian diikuti dengan pemilihan alternatif yang paling menguntungkan dari sekian alternatif yang ada. Dari latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalahnya adalah apakah Pengeluaran dan pendapatan dari usahatani bisa menutupi biaya tanaman padi inbrida. Jenis dan Sumber Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa laporan perlakuan pertama pengunaan pupuk kimia 100% dan pupuk organik 50% selama lima tahun yaitu tahun 2008­2012 dan perlakuan kedua penggunaan pupuk kimia 50% dan pupuk organik 60% selama lima tahun 2008­2010 serta perlakuan pupuk kimia 100% dan pupuk organik 0% selama lima tahun 2008­2012. Pengumpulan data menggunakan data dokumentasi. Analisis datanya menggunakan analisis kuantitatif meliputi analisis metode

Payback Period (PP), analisis NPV (Net Present Value), analisis IRR (Internal Rate of Return), dan analisisNet B/C.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada empat kriteria penilaian investasi yang terdiri dari : NPV, IRR, Net B/C, PBP penilaian investasi usaha dapat disimpulkan bahwa perbandingan pupuk kimia 100% dan pupuk organik 50% pada padi Inbrida tahun 2008­2012 pada Skenario

(P1, Q1 dan S1) memiliki nilai NPV positif sebesar Rp. 79,537,-, IRR 40 %,

dan net B/C 5,6 PBP dibawah dari umur analisa percepatan masa panen yaitu 1,8 tahun. penilaian investasi usaha dapat disimpulkan bahwa perbandingan

pupuk kimia 100% dan pupuk organik 50% tahun 2008–2012 pada tanaman

padi inbrida layak untuk dijalankan untuk periode tanam kedua dengan penggunaan pupuk kimia 50% dan pupuk organik 60% pada padi inbrida tahun 2008­2012 untuk Skenario (P2, Q2 dan S2) memiliki nilai NPV positif

sebesar Rp. 118,108,­ IRR 40 % dan Net B/C 5,7 untuk Pay Back Period

dibawah dari umur analisa dengan percepatan masa panen yaitu 1,5 tahun, serta periode tanam ketiga untuk pupuk Kimia 100% dan pupuk organik 0%. Skenario Dasar memiliki nilai NPV positif sebesar Rp. 86,248,­ IRR 41% dan net B/C 5,6 pay back period 1,7 tahun. dengan demikian berpengaruh nyata dengan peningkatan produktivitas padi inbrida apabila penggunaan pupuk kimia diturunkan dan mempercepat pasca panen sehingga penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik ini layak untuk dilanjutkan.


(6)

ANDRIYANTO. H24076013. Financial Aspect Comparative Analysis

between Chemical Fertilizers and Organic Fertilizer Under tuition ABDUL

KOHAR IRWANTO

Management must consider will invesment which be executed that will give advantage, good in the form of increase of effort for seeking of the alternative, then is followed with election of alternative that is very profits from so much the alternative. From background to hence there is its the problem formula is expenditure and earnings from farming can close over paddy farmer operating cost inbrida. Type and Data source applied is secondary data, in the form of first treatment report of usage of chemical fertilizer 100% and organic fertilizer 50% during five years that is the year 2008­2012 and second treatment of chemistry fertiliser use 50% and organic fertilizer 60% during five the year 2008­2012 and treatment of chemical fertilizer 100% and organic fertilizer 0% during five the year 2008­2012. Data collecting applies documentation data. Its the data analysis using quantitative analysis to cover method analysis Payback Period (PP), analysis NPV (Net Present Value), analysis IRR (Internal of Rate of Return), and analysis Net B/C.

Based on calculation result which has been done by four appraisal of investment criterions consisted of : NPV, IRR, Net B/C, PBP appraisal of investment of inferential business that comparison of chemical fertilizer 100% and organic fertilizer 50% at rice Inbrida the year 2008­2012 at Skenario (P1, Q1 and S1) has positive NPV value Rp. 79,537,­ ; IRR 40 %, and net B/C 5,6 PBP under from acceleration analysis age a period of crop that is 1,8 years. appraisal of investment of inferential business that comparison of chemical fertilizer 100% and organic fertilizer 50% the year 2008 ­ 2012 at competent inbrida paddy crop to be implemented for period plants second with chemistry fertiliser use 50% and organic fertilizer 60% at inbrida the year 2008­2012 for Skenario (P2, Q2 and S2) has positive NPV value Rp. 118,809,­ ; IRR 40 % and Net B/C 5,7 for Pay Back Period under from analysis age with acceleration a period of crop that is 1,5 years, and period plants is third for chemical fertilizer 100% and organic fertilizer 0%. Elementary Scenario has positive NPV value Rp. 86,248,­ ; IRR 41% and net B/C 5,6 pay back period 1,7 years. There by influential reality with improvement of paddy productivity inbrida if chemistry fertiliser use degraded and quickens post crop so that chemical fertiliser use and this competent organic fertilizer to be continued.


(7)

iii

Penulis di lahirkan pada tanggal 6 Januari 1986 di Bandung, Jawa Barat. Penulis adalah anak kesatu dari dua bersaudara dari pasangan Supriyadi dan Rantauwati.

Pada tahun 1999 penulis lulus Sekolah Dasar Negeri Kebongedang Bandung, tahun 2002 penulis lulus dari sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) PGII 2 Bandung dan pada tahun 2004 penulis berhasil menyelesaikan Sekolah Menegah Atas (SMA) di SMA PGII 1 Kota Bandung. Pada tahun 2004 penulis Berhasil menyelesaikan kuliah Diploma tiga di Intitut Pertanian Bogor. Pada tahun 2007 dan bekerja di PT. Soilens, setelah itu penulis melanjutkan studinya di Program Sarjana Manajemen Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen , Institut Pertanian Bogor.


(8)

iv Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat­Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Analisis

Perbandingan Aspek Finansial antara aplikasi pupuk kimia dan pupuk organik cair” dapat terselesaikan. Berbagai rintangan penulis hadapi, namun atas rahmat dan hidayah­Nya penulis mampu menyelesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberi dukungan, dorongan, dan bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dari para pembaca. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat digunakan sebaik­baiknya dan bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, September 2013


(9)

v

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Abdul kohar Irwanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing akademik

dan pembimbing yang selalu memberikan arahan, semangat, ilmu yang bermanfaat serta banyak meluangkan waktunya untuk membimbng penulis.

2. Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen penguji yang selalu

memberikan arahan dalam menyelesaikan tugas akhir.

3. R. Dikky Indrawan, SP, MM sebagai dosen penguji yang membina dan

memberi motivasi untuk dapat menyelesaikan tugas akhir.

4. Ir. Ina Dewi Kania, MP sebagai Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian

Kabupaten Bandung, yang telah memberikan semua fasilitas. semangat, dorongan, pengertian, kepercayaan, kesabaran kepada penulis.

5. Ibu dan Bapak tercinta yang terus mendukung penulis baik suka maupun

duka.

6. Adiku Dhani dan Wini yang mendorong secara moril, hingga selesai.

7. Teman­teman penulis di Ekstensi Manajemen angkatan 3 & 4 (Roji,

Hamid, Yuli Hernanto, Gilang Ridho) yang selalu mendirikan dukungan serta dorongan semangat untuk penulis menjalankan kuliah sehari­hari.

8. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan


(10)

vi

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR GRAFIK... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penellitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Kelayakan ... 5

2.2 Aspek aspek Studi kelayakan ... 7

2.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran... 7

2.2.2 Aspek Teknis dan Teknologi... 8

2.2.3 Aspek Manajemen... 9

2.2.4 Aspek Keuangan... 9

2.2.5 Aspek Lingkungan ... 10

2.3 Kelompok Tani... 11

2.4 Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik ... 13

2.5 Lahan Kritis... 14

2.6 Kesuburan dan Kesehatan Tanah ... 15

2.7 Dampak Pencemaran Lingkungan... 17

2.8 Penelitian terdahulu . ... 17

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran... 21

3.2. Lokasi dan waktu Penelitian ... 23

3.2.1 Waktu pelaksanaan penanaman Padi Inbrida tahun Tahun 2008­2012... 23 a. Tahapan Penanaman padi inbrida tahun 2008­2010


(11)

vii

dasar untuk pupuk kimia 100% dan pupuk Organik 0% 23

3.2.2 Jenis tahapan pemupukan padi inbrida tahun 2008­2012 24

3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 25

3.3.1 Analisis Aspek Pasar... 25

3.3.2 Analisis Aspek Teknis... 25

3.3.3 Analisis Aspek Manajemen dan Hukum... 26

3.3.4 Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya... 26

3.3.5 Analisis Aspek Lingkungan... 26

3.3.6 Analisis Aspek Kelayakan Keuangan... 27

3.4. Asumsi Dasar ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 31

4.1.1 Kabupaten Bandung... 31

4.1.2 Potensi Lahan... 32

4.2. Aspek­Aspek Analisis Kelayakan Usaha ... 32

4.2.1 Aspek Pasar... 32

4.2.2 Aspek Produksi ... 33

a. Bibit... 33

b. Pupuk... ... 34

c. Tenaga Kerja... ... 34

d. Alat­alat Pertanian... ... 35

e. Analisis Biaya Usahatani... ... 36

f. Analisis Penerimaan Usaha tani... ... 40

4.2.3 Aspek Teknis ... 43

a. Lokasi Tanam... 43

b. Teknik Budidaya... ... 43

b.1 Teknik budidaya tanaman padi menggunakan Pupuk kimia... 43

b.2 Teknik budidaya tanaman padi menggunakan Kombinasi pupuk kimia dan pupuk organik... 44

c. Pasca Panen... ... 46

4.2.4 Aspek Manajemen dan Hukum... 48

a. Manajemen Struktur Kelompok Tani... 48

b. Hukum... 49

c. Manajemen dan Hukum... ... 49

4.2.5 Aspek Sosial,ekoanomi,budaya,dan lingkungan ... 50

4.2.6 Aspek Keuangan ... 51

a. Analisis Kelayakan Skenario P... ... 51

a.1 Analisis Kelayakan Skenario P Permusim tanam 53 b Analisis Kelayakan Skenario Q... ... 54

b.1 Analisis Kelayakan Skenario Q Permusim tanam 56 c. Analisis Kelayakan Skenario S... ... 57


(12)

viii

4.2.7 Hasil Analisis Finansial P, Q, S dan SD... 63

a. Analisis Kelayakan Skenario P, Q, S dan SD Permusim tanam... 64

KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

1. Kesimpulan ... 66

2. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA... 69


(13)

ix

1. Perlakuan pemupukan pupuk organik padi inbrida... ... 20 2. Perlakuan pupuk (pupuk kimia & pupuk organik) menurut skenario 24 3. Perlakuan pupuk kimia 100% dan pupuk organik 0%... ... 24

4. Proyeksi neraca produksi dan permintaan urea 2007­2012 (ton) 33

5. Biaya rata­rata usahatani padi inbrida tahun 2008 P1 (PK 100% ; PO 50%) bulan November­Februari 2007­2008 P2 (PK 50% ;

PO 60%) bulan Maret ­ Juni 2008 ... ... 37 6. Biaya rata­rata usahatani padi inbrida tahun 2009 Q1 (PK 100% ;

PO 50%) bulan Desember­Maret 2008­2009 Q2 (PK 50% ; PO 60%) bulan April–Juli 2009 ... ... 38 7. Biaya rata­rata usahatani padi inbrida tahun 2010 S1 (PK 100% ;

PO 50%) bulan Januari­April 2010 S2 (PK 50% ; PO 60%) bulan Mei–Agustus 2010 ... ... 39 8. Perbedaan harga gabah kering panen dan gabah kering giling,

Beras tahun 2008 (P1 dan P2) ... 41 9. Perbedaan harga gabah kering panen dan gabah kering giling,

Beras tahun 2009 (Q1 dan Q2) ... 42 10. Perbedaan harga gabah kering panen dan gabah kering giling,

Beras tahun 2010 (S1 dan S2) ... 42 11. Perkembangan harga pembelian pemerintah (HPP) pada kebijakan

perberasan 2004­2013... 48 12. Rekapitulasi hasil studi menurut skenario dan pertahun... ... 51 13. Skenario dasar tanpa pupuk organik ... ... 60


(14)

x

1. Kerangka pemikiran operasional ... 22 2. Struktur organisasi kelompok tani ... 49


(15)

xi


(16)

xii

1. Matrik penelitian terdahulu... 73 2. Tabel rekapitulasi skenario P1 (PK100% PO 50%) & P2 (PK50%

PO 60% untuk MT1 dan MT2 tahun 2008­2012 ... 75 3. Tabel rekapitulasi skenario Q1 (PK100% PO 50%) & Q2 (PK50%

PO 60% untuk MT1 dan MT2 tahun 2008­2012 ... 76 4. Tabel rekapitulasi skenario S1 (PK100% PO 50%) & S2 (PK50%

PO 60% untuk MT1 dan MT2 tahun 2008­2012 ... 77 5. Tabel rekapitulasi skenario dasar (PK100% PO 0%) & untuk MT1

dan MT2 tahun 2008­2012... 78 6. Tabel rencana kebutuhan fisik usaha tani setiap skenario pada

Tahun 2008­2012 untuk skenario P1 dan P2 ... 79 7. Tabel rencana kebutuhan fisik usaha tani setiap skenario pada

Tahun 2008­2012 untuk skenario Q1 dan Q2... 84 8. Tabel rencana kebutuhan fisik usaha tani setiap skenario pada

Tahun 2008­2012 untuk skenario S1 dan S2 ... 89 9. Tabel rencana kebutuhan fisik usaha tani setiap skenario pada

Tahun 2008­2012 untuk skenario dasar... 94 10. Grafik perkembangan pupuk nasional tahun 2007­2011 menurut

Jenis... 99 11. Luas dan penyebaran lahan kritis tahun 2006 dan tahun 2011 ... 100


(17)

1.1. Latar Belakang

Revolusi hijau melahirkan varietas berdaya hasil tinggi yang responsif terhadap pemupukan dosis tinggi sehingga menuntut aplikasi pupuk anorganik berlebihan pada padi sawah. Akibat negatif dari revolusi hijau dengan tingginya penggunaan pupuk

anorganik adalah timbulnya berbagai masalah seperti leveling off (kelandaian

peningkatan produktivitas), rendahnya keuntungan petani karena tingkat biaya input tinggi, masalah­masalah lingkungan, dan kesehatan serta ketidakseimbangan hara dan penyakit (Miniami, 1997).

Akibat lain adalah tidak diaplikasikannya pupuk organik yang menyebabkan kerusakan fisik, kimia, dan biologi tanah. Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan hal ini dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Darmawan (2005) menyatakan pemupukan yang salah dapat mengakibatkan inefisiensi pada proses produksi.

Arifin (2012) menyatakan bahwa jumlah produksi pupuk kimia telah mencapai 6,7 juta ton untuk data 2011, hal tersebut menggambarkan ketersediaan produksi pupuk kimia semakin meningkat dari tahun ketahun, sementara untuk data 2011 jumlah produksi pupuk organik nasional hanya 341 ribu. Jauh lebih tinggi produksi pupuk kimia dibanding pupuk organik, dapat dilihat pada Lampiran 10.

Belakangan ini petani mulai memberikan perhatian besar terhadap aplikasi pupuk hayati di Indonesia. Salah satu yang mendorong hal tersebut yaitu kesadaran petani terhadap kemunduran kesuburan tanah dan ketergantungan pupuk anorganik (Simanungkalit, 2001). Pemanfaatan mikroorganisme yang berguna perlu dikembangkan dalam usaha mereduksi pupuk anorganik (Pangaribuan dan Pujisiswanto, 2008). Pemanfaatan pupuk hayati tersebut diharapkan tanaman tumbuh lebih sehat, bebas hama penyakit, kebutuhan hara terpenuhi, serta daya hasil lebih tinggi dan berkelanjutan.


(18)

Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (2006), Penambahan jumlah lahan kritis di Indonesia sampai dengan tahun 2007 telah mencapai 23.306.233 Ha dan lahan sangat kritis mencapai 6.890.568 Ha, dengan total lahan kritis sebesar 30.196.802 Ha di tahun 2007 dengan presentase pertumbuhan sebesar 70 % lahan di Indonesia yang sudah kritis, sedangkan ditahun 2011 telah mencapai 22.025.581 Ha dengan lahan sangat kritis mencapai 5.269.260 Ha dengan total lahan kritis sebesar 27.294.842 dengan presentase pertumbuhan sebesar 66 % terjadi penurunan ditahun 2011 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 11.

Upaya yang harus dilakukan adalah melakukan Soil Management untuk

mengembalikan kesuburan tanah dengan memasukan berbagai ragam mikroba pengendali yang mempercepat keseimbangan alami dan membangun bahan organik tanah, kemudian diikuti dengan pemupukan dengan jenis dan jumlah yang tepat dan berimbang serta teknik pengolahan tanah yang tepat, diberdayakan agar mereka berfungsi megendalikan keseimbangan kesuburan tanah sebagaimana mestinya. Selain itu, sekumpulan mikroorganisme diketahui menghuni permukaan daun dan ranting. Sebagian dari mereka ada yang hidup mandiri, bahkan dapat menguntungkan tanaman (Mashar, 2000).

Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Adapun terhadap sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti fungi, bakteri, serta mikroorganisme menguntungkan lainnya, sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat (Hadisuwitno, 2008). Pupuk organik disamping dapat menyuplai hara NPK, juga dapat menyediakan unsur hara mikro sehingga dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang.


(19)

Kondisi ini membuat tertarik untuk meneliti tentang penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik cair pada tanaman Padi Inbrida.

1.2. Perumusan Masalah

Dari Hasil Pendekatan melalui Sekolah Lapangan – Pengelolan Tanaman

Terpadu (SL­PTT) diketahui bahwa belum ada analisis kelayakan usaha perbandingan pupuk kimia dan pupuk organik cair sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan usaha ini untuk mengetahui apakah perbandingan pupuk kimia dan organik cair ini layak atau tidak layak untuk dijalankan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan dalam penelitian, sebagai berikut : 1. Bagaimanakah produktifitas tanaman padi inbrida yang menggunakan pupuk

kimia ?

2. Bagaimanakah produktifitas tanaman padi inbrida yang menggunakan kombinasi pupuk kimia dan pupuk organik cair ?

1.3. Tujuan

1. Menganalisis penerapan pupuk kimia pada tanaman padi inbrida

2. Menganalisis penerapan kombinasi pupuk kimia dan pupuk organik pada

tanaman padi inbrida

1.4. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan :

1. Intansi Pemerintah melalui dinas pertanian, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kelayakan usaha pupuk hayati terhadap produktifitas tanaman padi dan hal­hal apa saja yang diperlukan untuk keberlangsungan pertanian yang berkelanjutan yang mengutamakan aspek lingkungan.

2. Penulis, penelitian ini merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh semasa kuliah.


(20)

3. Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca, dan dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan studi lanjutan, khususnya di bidang kelayakan bisnis.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini difokuskan pada perbandingan pupuk kimia dan pupuk organik cair terhadap produksi tanaman padi untuk pertanian yang berkelanjutan, melalui program sekolah pengelolan tanaman terpadu dinas pertanian kabupaten bandung. Analisis kelayakan usaha disesuaikan dengan keadaan internal dan ekternal dinas pertanian kabupaten bandung berserta para formulator sebagai pengambil kebijakan untuk merekomendasikan pupuk organik sehingga penerapan dilapangan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya kendala apapun. Sehingga para petani mengetahui teknologi penerapan pupuk organik secara benar, serta berkelanjutan dengan berpedoman pada aspek lingkungan.


(21)

2.1. Studi kelayakan

Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam menjalankan suatu bisnis dan pengambilan keputusan. Studi kelayakan dapat dijadikan sebagai bahan dalam mempertimbangkan apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Pengertian kelayakan dalam penilaian adalah kemungkinan dari suatu ide usaha yang

akan dilakukan untuk memberikan manfaat baik dalam materil berupa financial

benefitmaupun moril berupasocial benefit.Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti

social benefit tidak selalu menggambarkan layaknya financial benefit, tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Ibrahim, 2003).

Studi kelayakan Bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi penanam modal studi kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat dapat diterima dari suatu bisnis sehingga hal ini dasar

dalam pengambilan investasi (Nurmalinaet al. 2010)

Sofyan (2003) berpendapat bahwa tujuan yang ingin di capai dari studi kelayakan bisnis sekurang kurangnya mencakup hal yaitu :

1. Bagi pihak Investor : Studi di ajukan untuk penilaian dari kelayakan usaha

untuk menjadi masukan berguna, karena sudah mengkaji beberapa aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen operasional dan aspek keuangan secara konprehensif dan detail, karena ini akan menjadi dasar bagi investor untuk dapat memutuskan apakah berinvestasi atau tidak secara objektif.

2. Bagi Analisis : Studi kelayakan adalah alat yang yang berguna dan dapat

di pakai sebagai penunjang kelancaran tugas tugasnya dalam melakukan penilaian suatu rencana usaha, usaha baru, pengembangan usaha atau menilai kembali usaha yang sudah ada.


(22)

3. Bagi Masyarakat : Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang terlibat secara langsung ataupun karena adanya tambahan atau nilai tambah akibat dari adanya usaha tersebut.

4. Bagi Pemerintah : Dari sudut pandang mikro, hasil studi kelayakan bisnis

ini bagi pemerintah, baik dalam pemanfaatan sumber daya alam (SDA) maupun pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) berupa penyerapan tenaga kerja, selain itu adanya usaha baru atau berkembangnya usaha lama sebagi hasil dari studi kelayakan bisnis yang di lakukan oleh individu atau badan hukum tentunya akan menambah pemasukan pemerintah baik dari pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasil (pph) dan retribusi berupa biaya perizinan, biaya pendaftaran, administrasi dan lainnya berdasarkan ketentuan yang layak di terima. Secara makro pemerintah dapat berharap dari studi kelayakan bisnis ini mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional, sehingga tercapai pertumbuhan penduduk domestik bruto (PDB) dan pertumbuhan perkapita.

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), tahap tahap untuk melakukan investasi usaha adalah :

1. Identifikasi

Pengamatan di lakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari suatu usaha tersebut.

2. Perumusan

Tahap perumusan adalah tahap untuk menterjemahkan kesempatan investasi ke dalam suatu rancangan proyek yang kongkrit, dengan faktor fakor yang penting di jelaskan secara garis besar.

3. Penilaian

Penilaian di lakukan dengan menganalisa dan menilai aspek pasar, teknik, manajemen dan keuangan.


(23)

4. Pemilihan

Pemilihan di lakukan dengan meningkatkan segala keterbatasan dan tujuan yang di capai.

5. Implementasi

Implementasi yaitu penyelesaian proyek tersebut dengan berpegang pada anggaran.

2.2. Aspek aspek Studi kelayakan

Pengertian studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya, dimana seluruh aspek tersebut digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan.

Studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik­beratkan pada keuntungan yang

secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (social), yang dimaksud adalah studi

yang menitik beratkan suatu proyek tersebut bisa dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis (Husnan dan Muhammad, 2000).

Aspek­aspek yang dipelajari dalam studi kelayakan bisnis meliputi:

2.2.1 Aspek pasar dan pemasaran

Aspek pasar merupakan titik tolak kerangka pemikiran dalam studi kelayakan, karena aspek inilah yang menentukan apakah penjajakan aspek ­ aspek berikutnya perlu dilakukan atau tidak. Dengan adanya analisis ini maka akan diketahui keberadaan pasar potensialnya sendiri sehingga produk akan menjadi leader dalam industri tersebut.


(24)

i) Kebijakan Produk.

Produk berupa barang harus dapat di beda­bedakan atau klasifikasikan menurut macamnya. Produk barang juga tidak hanya memperhatikan penampilan, tetapi hendaknya berupa produk yang simple, aman, tidak mahal, sederhana dan ekonomis dalam proses produksi dan distribusi.

ii) Kebijakan Harga.

Harga adalah nilai yang di tukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya di tetapkan oleh pembeli atau penjual melalui proses tawar menawar atau di tetapkan oleh penjual dengan harga yang sama terhadap semua pembeli.

iii) Kebijakan Distribusi atau Tempat.

Sebagaian besar produsen menggunakana perantara pemasaran untuk memasarkan produk, khususnya barang, dengan cara membangun suatu saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka dalam proses yang memungkinkan suatu produk tersedia bagi pengguna atau konsumsi bagi konsumen.

iv) Kebijakan Promosi.

Pemasaran tidak hanya membicarakan produk, Harga produk dan mendistribusikan produk tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk di kenal dan pada akhirnya di beli. Untuk mengkomunikasikan produk perlu di dukung suatu strategi yang di sebut

dengan strategi Bauran Promosi (promotion mix) yang terdiri dari 4

komponen utama yaitu Periklanan (advertising),Promosi penjualan (Sales

Promotion), hubungan masyarakat (Public relations) dan penjualan

perorangan (Personal selling).

2.2.2 Aspek Teknik dan Teknologi

Aspek teknis bertujuan untuk menyakini , apakah secara teknis dan pilihan teknologi perencanaan yang telah di lakukan dapat di lakukan secara layak apa tidak ( Husnan dan Muhammad, 2000).


(25)

Umar (2003) Evaluasi aspek teknis ditujukan untuk mengetahui apakah suatu bisnis ditinjau dari segi pembangunan proyek dan dari segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat dilaksanakan, begitu pula dengan aspek teknologi yang akan dipakai. Sutojo (2000) menambahkan bahwa evaluasi aspek teknis teknologi meliputi penentuan kapasitas produksi ekonomis proyek.

2.2.3 Aspek Manajemen

Aspek manajemen mempelajari bentuk organisasi usaha yang dipilih, struktrur organisasi, deskripsi jabatan, dan junlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Hal ini perlu dipertimbangkan kebiasaan dan prosedur pengambilan keputusan yang tepat, pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan struktur organisasi yang ditetapkan, dan hubungan kerja yang efektif.

2.2.4 Aspek Keuangan

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam aspek keuangan, yaitu: aktiva tetap, modal kerja, dan sumber dana untuk modal kerja dan investasi aktiva tetap. Aktiva tetap dibagi ke dalam dua bagian yaitu berwujud dan aktiva tidak berwujud. Aktiva tetap berwujud terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan mesin serta aktiva lainnya, sedangkan aktiva tidak berwujud terdiri dari biaya pendahuluan dan biaya sebelum operasi.

Suatu bisnis dikatakan layak apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memberikan keuntungan finansial. Tujuan dari menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan, dan menilai apakah proyek akan dapat terus berkembang.

Beberapa kriteria yang digunakan dalam menilai kelayakan suatu proyek antara lain:

i. Net present value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang


(26)

dikenal dengannet present valueadalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan­penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Tingkat bunga tersebut dapat diperoleh dengan mempergunakan tingkat bunga pinjaman jangka panjang yang berlaku di pasar modal atau dengan mempergunakan tingkat bunga pinjaman jangka panjang yang harus dibayar pemilik proyek.

ii. Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat pengembalian modal investasi yang digunakan. IRR dinyatakan dalam persen pertahun. IRR adalah tingkat suku bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskontokan seluruh kas masuk pada tahun­tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Pada dasarnya IRR menggambarkan persentase laba nyata yang dihasilkan proyek. IRR adalah nilai discount rate social yang membuat NPV proyek sama dengan nol.

iii. Net benefit cost ratio (net B/C) merupakan angka perbandingan arus benefit (manfaat dan keuntungan) bersih dan positif (laba) terhadap benefit bersih negatif (rugi).

iv. Pay back periode (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan arus kas.

Pay back periode (PBP) menunjukkan berapa lama modal ini akan

kembali dipandang dari arus kas masuk (cash in flow).

2.2.5 Aspek Lingkungan

Evaluasi lingkungan harus dilakukan karena pertumbuhan dan perkembangan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari lingkungan sekitarnya. Menurut Umar (2003), studi aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan hidup rencana bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya. Hal­hal yang berkaitan dengan


(27)

aspek lingkungan antara lain mengenai peraturan perundang­undangan AMDAL dan kegunaannya dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses pengolahan dampak lingkungan.

2.3. Kelompok tani

Menurut keputusan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT.210/3/97 Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antara petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama­sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil.

Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerjasama antar anggota menpunyai peranan yang sangat peting adalah dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.

Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok merupakan salah satu syarat pelancar pembagunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembagunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan terorganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak terorganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola­pola yang maju, tidak akan memecahkan problem­problem yang dihadapi petani.

Kelompok tani menurut Deptan RIdalam Mardikanto (1996) diartikan sebagai

kumpulan orang­orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi), yang terkait secara informal dalam suatu


(28)

wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kotak tani.

Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain

diungkapan oleh TorresdalamMardikanto (1996) sebagai berikut :

a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.

b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.

c. Semakin cepatnya proses difusi penerpan inovasi atau teknologi baru. d. Semakin naiknya kemampuan rata­rata pengambilan hutang petani.

e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkannya.

f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasan oleh patani sendiri.

Sedangkan alasan utama kelompok tani adalah :

a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia.

b. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembagunan.

c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terkait oleh

suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya.

(SejogyodalamMardikanto, 1996)

Tugas dan tanggung jawab pengurus serta anggota kelompok tani adalah sebagai berikut :

1. Pengurus Kelompok tani

a. Membina kerjasama dalam melaksanakan usahatani dan kesepakatan yang berlaku dalam kelompok tani

b. Wajib mengikuti bimbingan dan petunjuk dari petugas/penyuluh untuk seterusnya diteruskan kepada anggota kelompok

c. Bersama petugas/penyuluh membuat rencana kegiatan kelompok dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran dan lain­lain.


(29)

d. Mendorong dan menggerakan aktivitas, kreativitas dan inisiatif anggota

e. Secara berkala, minimal satu bulan sekali mengadakan

pertemuan/musyawarah dengan para anggota kelompok yang dihadiri oleh petugas/penyuluh.

2. Anggota kelompok tani

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan usaha tani yang dilakukan b. Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani dan

petugas/penyuluh

c. Wajib bekerjasma dan akrab antar sesama anggota, pengurus maupun dengan petugas/penyuluh

d. Hadir pada pertemuan berkala dan aktif memberikan masukan, saran dan pendapat semi berhasilnya kegiatan usaha tani kelompok.

2.4. Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik

Pupuk anorganik adalah pupuk buatan hasil industri pupuk yang mengandung unsur­unsur yang dibutuhkan tanaman dengan kandungan hara yang tinggi (Sutedjo, 1994). Pupuk tersebut terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal hara yang terkandung hanya satu macam, sedangkan pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang mengandung dua atau lebih unsur hara (Hardjowigeno, 2003).

Peraturan Menteri pertanian Nomer 28/Permentan/SR.130/5/2009, definisi pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Kementan, 2009).

Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktifitasnya dan telah mengalami degaradasi lahan, terutama terkait sangat rendahnya kandungan C organik dalam tanah, yaitu <2%, bahkan pada lahan sawah intensif dijawa kandungannya <1% padahal untuk memperoleh produktifitas optimal dibutuhkan C­organik >2,5% dilain pihak, sebagai


(30)

negara tropika basah yang memiliki sumber bahan organik sangat melimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal Bahan/pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan (Badan Litbang Pertanian, 2006).

2.5. Lahan Kritis

Lahan kritis menurut hasil symposium pencegahan dan pemulihan lahan kritis pada tahun 1975, didefinisikan sebagai tanah yang karena tidak sesuai dengan penggunaan dan kemampuannya telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik, kimia, biologi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan ekonomi dari daerah lingkungannya. Hidayat dan Thalib (1987) mengemuakan hal yang sama bahwa lahan kritis adalah lahan­ lahan yang telah mengalami gangguan ataupun kerusakan baik secara fisika, kimia maupun biologinya.

Departemen Pertanian menetapkan lahan kritis pada hakekatnya adalah lahan yang saat ini kurang produktif lagi ditinjau dari segi pertanian karena pengelolan dan penggunaannya tidak atau kurang memperhatikan kaidah­kaidah konservasi tanah. Pada lahan ini terdapat satu atau lebih unsur penghambat yang kurang mendukung usaha pemanfaatan lahan pertanian. Pusat penelitian tanah dan agroklimat mendefinisikan lahan kritis sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan fisika tanah karena berkurangnya penutupan vegetasi dan adanya gejala erosi yang akhirnya

membahayakan fungsi hidrologis dan daerah lingkungannya (Sunyotoet al. 1993)

Direktorat Jendaral Reboisasi dan Rehabilitasi lahan dengan Surat Keputusan Nomer 073/Kpts/V/1994 tentang pedoman penyusunan rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai mendefinisikan lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya sedemikian rupa sehingga lahan tersebut tidak bisa berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media


(31)

1. lahan gundul yang sudah tidak bervegetasi lagi.

2. padang alang­alang atau lahan yang ditumbuhi semak belukar yang tidak

produktif.

3. Areal yang berbatu atau berpasir sebagai akibat erosi tanah.

4. Lahan yang kedalaman solumnya sudah tipis sehingga tanaman tidak

dapat tumbuh dengan baik.

5. Tanah yang tingkat erosinya melebihi tingkat erosi yang dapat

ditolerasikan yaitu untuk tanah kedalaman solum lebih daru 100 cm sebesar 14 ton/ha/tahun, daerah dengan kedalaman solum 30­100 cm sebesar 10 ton/ha/tahun dan tanah dengan kedalaman solum kurang dari 30 cm sebesar 5 ton/ha/tahun.

Departemen kehutanan secara umum menyebutkan lahan kritis adalah lahan yang sudah tifak berfungsi sebagai media mengatur tata air dan unsur produksi pertanian yang baik. Keadaan ini dicirikan oleh keadaan penutupan vegetasi lebih kecil 25% topografi dengan kemiringan lebih besar 15% dan ditandai dengan adanya

gejala erosi lembar (sheet erosian) dan erosi parit (gully erosian).

2.6. Kesuburan dan Kesehatan Tanah

Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup, seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk merupakan suatu kebutuhan bagi tanaman untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan menjaga keseimbangan hara yang tersedia selama siklus

pertumbuhan tanaman (Leiwakabessyet al. 2003)

Ciri­ciri tanah yang subur dan sehat :

• Mengandung humus/bunga tanah (terbuat dari bahan organik yang hancur dan

terurai, kompos, mulsa, kotoran hewan dll)

• Mengandung sejumlah besar biota­biota tanah bermanfaat (mikrofauna,


(32)

• Mengandung campuran partikel tanah liat dan pasir yang seimbang (tanah liat mengikat mineral sedangkan pasir memungkinkan drainase)

• Bertekstur lempung, mempunyai porositas dan daya mengisap air yang baik

• Mempunyai tingkat pH yang netral.

• Berbagai tanaman bisa tumbuh di atasnya

Faktor utama yang menentukan keberhasilan tersebut karena adanya program intensifikasi pertanian yang mengandalkan penerapan benih unggul dan penggunaan pupuk anorganik yang mampu meningkatkan produktivitas padi persatuan hektar. Sejalan dengan perkembangan waktu. Produktivitas pada saat ini relatif stagnan, bahkan segologan masyarakat khawatir akan terjadinya ketidakberlanjutan produksi. Hal ini diduga karena terjadi degradasi kualitas lahan. Sehingga pada beberapa tahun terakhir ini produksi padi nasional cenderung menurun (Pramono, 2004).

Penurunan produksi tersebut karena terjadinya pengurasan unsur hara dalam tanah secara cepat akibat praktek petani dalam menggunakan pupuk anorganik yang terus menerus dan berlebihan. Kondisi semacam ini mengakibatkan terjadinya penurunan kesuburan tanah karena semakin rendahnya

kendungan bahan organik tanah (Tisdaleet al. 1985)

Inovasi yang bisa ditempuh untuk mengembalikan kesuburan lahan adalah melalui sistem pertanian secara organik. Melalui pertanian organik ini diharapkan dapat mempertahankan kesuburan tanah, baik secara fisik, biologis maupun kimia sebagaimana ekosistem alami. Inovasi pertanian organik dalam usahatani padi diharapkan petani dapat memanfaatkan sumberdaya lokal, seperti pemberian pupuk organik dan pestisida nabati, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat, dan berbagai konservasi lahan dan air. Disamping itu pertanian organik jika dikelola dengan baik maupun meningkatkan produktivitas lahan, ramah lingkungan dan produk dihasilkan aman bagi kesehatan (Syekhfani, 2000).


(33)

2.7. Dampak Pencemaran Lingkungan

Berdasarkan UU No. 23 tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan prilakunya yang melangsungkan perkehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Sumber daya lingkungan, seperti udara, air , lahan, dan biota, dapat menyediakan barang dan jasa secara langsung maupun tidak langsung mendapatkan manfaat ekonomis. Mengingat bahwa daya dukung alam sangat menentukan bagi kelangsungan hidup manusia, serta maka kemampuan daya dukung alam tersebut harus dijaga agar tidak terdegradasi. Menurut Wardhana (1995), secara umum degradasi lingkungan disebabkan dua faktor yaitu faktor internal dimana degradasi lingkungan berasal dari dalam bumi atau alam itu sendiri, dan faktor eksternal dimana degradasi lingkungan berasal dari ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya.

Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk aslinya ke kondisi yang buruk dapat terjadi sebagai akibat masuknya bahan­bahan pencemar atau polutan. Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan­perubahan dalam tatanan lingkungan tersebut sehingga tidak sama lagi dengan bentuk aslinya, sebagai akibat dari masuknya atau dimasukannya suatu zat atau benda asing ke dalam lingkungan (Palar, 1994).

2.8. Penelitian Terdahulu

Sriyoto (2007), efisiensi Ekonomi Usahatani Padi pada Dua Tipologi lahan yang berbeda di propinsi Bengkulu dan faktor­faktor Determinannya, analisis regresi berganda digunakan untuk menentukan faktor­faktor yang mempengaruhi tingkat efesiensi ekonomi yang dicapai oleh petani. Terdapat perbedaan efisensi usahatani, yakni pada tipologi sawah irigasi yaitu sebesar 3,17 sedangkan pada tipologi tadah hujan sebesar 2,10. Faktor­faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan efisiensi yaitu faktor luas lahan, pendidikan non formal, penggunaan benih, pengunaan dosis pupuk, dan tipologi lahan, sedangkan status lahan secara statistik tidak berpengaruh.


(34)

Arman (2000), efesiensi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Kacang Tanah dan Kedelai, metode sampling menggunakan purposive sampling dan random sampling dengan alat analisis regresi dengan model fungsi Cobb Douglas dan R/C Ratio, pada usaha tani kedelai penggunaan benih dan pupuk TSP berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai. Sedangkan pada usaha tani kacang tanah penggunaan luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kacang tanah. Secara ekonomis menunjukan bahwa tingkat efesiensi usaha tani kedelai lebih besar dibandingkan efesiensi kacang tanah.

Tutuarima (2009), analisis Efisiensi Produksi Pendekatan Fungsi Produksi

Frontier pada Usaha Tani Cabai. Metode sampling yang digunakan Sample Random Sampling dengan alat analisis fungsi produksi frontier, luas lahan, benih, pupuk, dan pestisida, secara nyata mempengaruhi produksi cabai. Sedangkan variabel tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap produksi cabai. Rata­rata efisiensi teknik usaha tani cabai belum mendekati 1 yang berarti produksi cabai pada daerah penelitian belum efisien. Sedangkan Efisiensi harga lebih besar dari 1 yang artinya penggunaan input produksi belum efisien dan perlu menambahkan kuantitas penggunaan input produksi.

Suprihono (2003), analisis Efesiensi Usaha Tani Padi pada Lahan Sawah di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak. Tujuan pertama untuk mengetahui pendapatan dan biaya usahatani padi pada lahan sawah berpengairan teknis dan tadah hujan, kedua untuk menganalisis efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis usahatani pada lahan sawah berpengaira teknis dan tadah hujan dalam waktu musim tanam padi pertama yaitu pada saat musim tanam padi pada lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Demak, dengan menggunakan metode Sampling yaitu Quota Sampling dengan alat analisis stataistik digunakan untuk menguji model fungsi produksi dan efisiensi, sedangkan untuk menganalisis usahatani menggunakan Net B/C. Hasil usahatani padi dengan pengairan teknis luas lahan lebih besar dari 0,5 Ha rata­rata efisiensi teknis sebesar 0,83439, efisiensi harga/alokatif sebesar 2,5055 dan efisiensi ekonomis sebesar 2,1144 sedangkan usahatani padi dengan pengairan tadah hujan luas lahan lebih dari 0,5 Ha rata­rata efisiensi teknis 0,9697, efisiensi


(35)

harga/alokatif sebesar 3.7160 dan efisiensi ekonomis rata­rata sebesar 3,6035. Net B/C pada usaha tani dengan pengairan teknis lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan pengairan tadah hujan.

Chaerunnisa (2007), meneliti Studi Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. aspek pasar pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen operasional dan aspek finansial. Berdasarkan hasil analisis finansial diperoleh dan aspek finansial diperoleh

nilai dari beberapa parameter kelayakan yang meliputiNet Present Value(NPV) yang

bernilai Rp. 254.889.000,Internal rate of retrun(IRR) 40,8 persen, Net B/C 8,54 dan

PBP adalah 0,8 tahun. Semua analisis kelayakan menunjunkan nilai yang baik sehingga layak di jalankan.

Margaretha (2008) meneliti Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Tanaman Tomat, Cabai dan Melon Menggunakan Irigasi Tetes. Hasil analisis finansial usaha yang dihitung menggunakan Internal rate of retrun (IRR) dengan lama usaha 8 tahun memberikan nilai IRR sebesar 27.48 persen untuk tanaman tomat, 25.60 persen untuk tanaman cabai dan 35.88 persen untuk tanaman melon. Dari hasil tersebut maka usaha budidaya tanaman tomat, cabai, melon dengan menggunakan irigasi tetes memang paling layak untuk digunakan.

Pandel (2008), meneliti tentang Kelayakan Ekonomi untuk penyerapan Karbon Tanah Dalam Produksi Jagung Tanpa Olah Tanah dan Pupuk Kandang di Timur Laut Kansas. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa nilai net retruns yang dihasilkan sebesar 84 juta, kemudian dilakukan analisis sensitivitas dengan skenario kenaikan biaya input dan nilainya turun menjadi $5,62 yang berarti usaha ini sensitif terhadap kenaikan harga input.

Duriyat (2008), meneliti tentang Analisis kelayakan bisnis Kaji Terapan pemupukan tanaman padi di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur


(36)

Tabel 1. Perlakuan pemupukan pupuk organik pada tanaman padi inbrida

No Produktivitas

Perlakuan

I II III

6,60 Ton/Ha

8,53 Ton/Ha

12,95 Ton/Ha

1 Nilai Produksi 13.200.000 17.060.000 30.439.550

2 Beda Nilai Produksi 3.860.000 13.377.550 0

3 Biaya Pupuk 750.000 1.015.000 1.015.000

4 Beda Biaya Pupuk 265.000 1.012.000 0

5 Keuntungan 10.060.000 13.325.550 26.705.050

6 Beda Keuntungan 3.265.500 13.325.550 0

7 BCR 5.1 3.8 10.2

Berdasarkan Tabel 1 nampak jelas bahwa perlakuan pertama dengan hasil sebesar 6,60 ton/ha, dengan mengunakan pupuk kimia 100%. Dan untuk perlakuan yang kedua 8,53 ton/ha, dengan menggunakan kombinasi pupuk kimia 50% dan pupuk organik 100% serta perlakuan, dan aplikasi yang ketiga diperoleh dengan hasil sebesar 12,95 ton/ha, dengan menggunakan kombinasi pupuk kimia 50 % dan pupuk organik 100%, dengan Benefit Cost Ratio dari setiap perlakuan yang berbeda hal ini menandakan bahwa penggunaan pupuk organik cair memberikan efek yang nyata terhadap produksi tanaman padi.


(37)

3.1. Kerangka Pemikiaran

Kabupaten Bandung bagian dari wilayah pengembangan metropolitan Bandung yang mempunyai Luas 176.239 km2 dengan jumlah penduduk 3.174.499 terdiri dari 1.617.513 laki­laki dan 1.566.986 perempuan (BPS 2010), sektor pertanian di kabupaten Bandung menempati urutan ketiga yang berkontribusi terhadap PDRB pertanian mencapai 2.19 pertahun atau lebih bila dibandingakan dengan sektor pertanian sebagai basis ekonomi yang akan memberikan kontribusi besar pengembangan wilayah di kabupaten Bandung.

Revolusi hijau merupakan usaha yang dilakukan manusia dalam meningkatkan produksi pangan dengan jalan melakukan pengembangan pada teknologi pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan dan kesejahteraan penduduk dunia, hasil pertanian yang didapatkan dari program BIMAS tersebut memang sangat menguntungkan. Namun dalam penerapannya, program ini menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia yang berlebihan yang bertujuan untuk menambah kesuburan tanah dan membuat tanaman tersebut tahan terhadap serangan hama penyakit. Hal ini berakibat berdampak terhadap penurunan produktivitas tanah, rusaknya keseimbangan ekosistem dan terganggunya kesehatan manusia.

Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang menyadari arti pentingnya hidup yang berkualitas dan mengatasi agar dampak negatif dari teknologi revolusi hijau tidak berkelanjutan, maka ahli pertanian mengembangkan sistem pertanian organik, pertanian organik dianggap sebagai salah satu solusi bagi revolusi hijau mengajarkan petani untuk menghargai kearifan dan budaya lokal dalam pertanian. Selain itu, Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan usahatani padi organik dan anorganik untuk mengetahui sistem pertanian mana yang lebih baik dan menguntungkan untuk diusahakan oleh petani


(38)

Gambar 1.Kerangka pemikiran operasional

Skenario Dasar

SD

100% Standar NPK 300 Kg 100% Standar Urea 200 Kg Skenario-1 (P)

P1 P2

100% Standar 50% Standar NPK 300 Kg NPK 150 Kg 100% Standar 50% Standar Urea 100 Kg Urea 50 Kg 50% Standar 60% Standar TGH 3 Lt TGH 3,6 Lt

Skenario-2 (Q)

Q1 Q2

100% Standar 50% Standar NPK 300 Kg NPK 150 Kg 50% Standar 60% Standar TGH 3 Lt TGH 3,6 Lt 50% Standar 60% Standar POG 250 Kg POG 300 Kg

Skenario-3 (S)

S1 S2

100% Standar 50% Standar NPK 100 Kg NPK 50 Kg 100% Standar 50% Standar Urea 100 Kg Urea 50 Kg 50% Standar 60% Standar TGH 3 Lt TGH 3,6 Lt 50% Standar 60% Standar Granul 500 Kg Granul 600 Kg 50% Standar 60% Standar Gatara 3 Kg Gatara 3,6 Kg

Perbandingan analisis finansial pupuk kimia dan pupuk organik cair Dinas Pertanian Kabupaten Bandung.

• Padi Non Hibrida

Skenario Perlakuan Penggunaan Pupuk Kimia dan Pupuk Organik

Layak Tidak Layak

Tidak dilanjutkan/Diperbaiki Dikembangkan/Dilanjutkan

Analisis Non Finansial

• Aspek Pasar

• Aspek Teknis

• Aspek Manajemen

dan Hukum

• Aspek Sosial

ekonomi dan budaya

• Aspek Lingkungan

Analisis Finansial

• Net Present Value (NPV)

• Internal Rate of retrun (IRR)

• Net B/C

• Pay Back Periode (PBP)


(39)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat studi kasus ini dilaksanakan karena daerah ini merupakan salah satu daerah penghasil beras tertinggi di kabupaten Bandung, disamping itu petaninya rata­rata penggarap sawah, pengambilan data dilakukan tahun 2008­2012

3.2.1 Waktu Pelaksanaan penanaman padi inbrida tahun 20082012

a. Tahap penanaman padi inbrida tahun 2009­2012 Pupuk kimia P1; Q1 dan S1 100% dan oupuk organik P1;Q1 dan S1 50% serta Pupuk kimia P2;Q2 dan S2 50% dan pupuk organik P2;Q2 dan S2 60% dan skenario dasar untuk pupuk kimia 100% dan pupuk organik 0%

I. untuk musim tanam tahun 2007 ­ 2008

a. Tanggal 5 November 2007 s/d 24 Februari 2008 b. Tanggal 20 Maret 2008 s/d 28 Juni 2008

II. untuk musim tanam tahun 2008­2009

a. Tanggal 21 Desember 2008 s/d 10 Maret 2009 b. Tanggal 20 April 2009 s/d 2 Juli 2009

III. untuk musim tanam tahun 2010

a. Tanggal 27 Januari 2010 s/d 11 April 2010 b. Tanggal 12 Mei 2010 s/d 25 Agustus 2010

IV. untuk musim tanam tahun 2010­2011

a. Tanggal 19 November 2010 s/d 28 Januari 2011 b. Tanggal 23 Maret 2011 s/d 15 Juni 2011

V. untuk musim tanam tahun 2011­2012

a. Tanggal 8 Agustus 2011 s/d 28 Desember 2011 b. Tanggal 16 Februari 2012 s/d 10 Mei 2012


(40)

3.2.2 Jenis tahapan pemupukan padi inbrida tahun 2008 -2012

Tabel 2. Perlakuan pupuk (Pupuk kimia & Pupuk Organik) menurut Skenario

NO Perlakuan P Q S

Pemupukan P1 P2 Q1 Q2 S1 S2

1 NPK (Kg)

100% Standar 50% Standar 100% Standar 50% Standar 100% Standar 50% Standar

300 Kg 150 Kg 300 Kg 150 Kg 100 Kg 50 Kg

2 Urea (Kg)

100% Standar 50% Standar 100% Standar 50% Standar

100 Kg 50 Kg 100 Kg 50 Kg

3 POC TGH (lt)

50% Standar 60% Standar 50% Standar 60% Standar 50% Standar 60% Standar

3 Lt 3,6 Lt 3 Lt 3,6 Lt 3 Lt 3,6 Lt

4 POG Parhon (kg)

50% Standar

60% Standar

250 Kg 300 Kg

5 Organik Granul

(Kg)

50% Standar

60% Standar

500 Kg 600 Kg

6 Organik Gatara

(Kg)

50% Standar

60% Standar

3 Kg 3,6 Kg

Tabel 3. Perlakuan pupuk kimia 100% dan pupuk organik 0%

NO Perlakuan Skenario Dasar

Pemupukan SD

1 NPK (Kg) 100% Standar

300 Kg

2 Urea (Kg) 100% Standar

200 Kg Catatan

Skenario P adalah P1 dan P2 pada tahun 2008­2012 dua kali tanam pertahun Skenario Q adalah Q1 dan Q2 pada tahun 2008­2012 dua kali tanam pertahun Skenario S adalah S1 dan S2 pada tahun 2008­2012 dua kali tanam pertahun Skenario SD adalah SD pada tahun 2008­2012 dua kali tanam pertahun

Standar Penggunaan Pupuk

Pupuk Kimia (Standar 100%) : NPK 300 kg/ha, Urea 100 kg/ha Pupuk Organik (Standar 100%) : TGH 6 lt/ha, POG Parhon 500 Kg/ha,


(41)

3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis dengan cara kualitatif yaitu analisis aspek pasar, analisis aspek teknis, analisis aspek manajemen dan hukum, analisis aspek sosial, ekonomi, dan budaya, analisis aspek lingkungan dan Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan berkenaan dengan aspek keuangan yaitu dengan

menghitung Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net B/C,

Payback Periode (PBP), dan analisis sensitivitas menggunakan alat bantu Microsoft Excel.

3.3.1 Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar perlu dikaji secara deskriptif meliputi potensi pasar, pangsa pasar serta bauran pemasaran. Potensi pasar dapat diprediksi dengan menganalisis jumlah permintaan dan penawaran. Selain itu, bertujuan memperoleh laba yang optimal dalam mengkombinasikan variabel­variabel seperti produk, harga, promosi dan distribusi. Aspek pasar dinyatakan layak jika terdapat potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih oleh pelaku usaha dalam melakukan pengembangan.

3.3.2 Analisis Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan dengan input usaha (penyediaa) dan produksi berupa barang­barang nyata dan jasa­jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha khususnya dalam proses produksi. Pengkajian analisis teknis dilakukan pada analisis lokasi sawah irigasi teknis, pemilihan jenis teknologi pemupukan. Proses pemupukan dilakukan dengan konsep pemupukan berimbang yaitu biologi, kimia, fisika. Analisis aspek teknis dapat dilaksanakan dengan baik dan layak. Aspek teknis dilakukan secara enam tepat, yaitu tepat jenis, tepat jumlah, tepat mutu, tepat lokasi hal ini dapat menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha dalam memperoleh laba.


(42)

3.3.3 Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolan usaha. Hal­ hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan, struktur organisasi yang digunakan dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad, 2000)

Aspek Manajemen yang dianalisis berupa aspek Planning, Organizing,

Actuating, dan Controling, Planning merupakan perencanaan pengembangan usaha

yang akan dilakukan.Organizingmerupakan pembagian tugas yang dilakukan dalam

menjalankan operasional usaha. Actuating merupakan bagaimana pemilik usaha

menjalankan usahanya, dan controllingadalah bagaimana pemilik sekaligus manajer

usaha budidaya padi inbrida, padi hibrida, jagung hibrida dapat melakukan kontrol terhadap semua aspek. Aspek hukum dalam kegiatan bisnis diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat bekerjasama dengan pihak lain.

3.3.4 Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Analisis aspek sosial, ekonomi, dan budaya dikaji secara deskriptif untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dengan adanya usaha terhadap penambahan kesempatan kerja atau pengangguran, peningkatan pendapatan masyarakat, dan pengaruh kegiatan usaha pada budaya masyarakat sekitar. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya dinyatakan layak jika kegiatan pengembangan usaha memberikan manfaat pada masyarakat sekitar usaha seperti dalam membuka lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta tidak mengganggu budaya masyarakat sekitar.

3.3.5 Analisis Aspek Lingkungan

Analisis aspek lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui dampak adanya usaha terhadap lingkungan disekitarnya. Aspek lingkungan umumnya berhubungan dengan adanya pencemaran terhadap lingkungan sekitar lokasi usaha atau berasal pestisida kimia yang digunakan untuk membasmi hama tanaman padi.


(43)

Aspek lingkungan dinyatakan layak jika kegiatan usaha tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan menganggu masyarakat sekitar.

3.3.6 Analisis Kelayakan Keuangan

Analisis aspek keuangan dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan proyek berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria kelayakan usaha yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari : Net Present Value(NPV), Internal Rate Of Return (IRR),

Net B/C,Payback Periode(PBP).

a. Net present value (NPV)

Metode Net Present Value (NPV) merupakan metode yang menghargai uang

sesuai dengan perubahan waktu yaitu memperhitungkan nilai sekarang dari outlay

dan proceed pada tingkat bunga kredit yang telah ditentukan dengan jalan

mengurangkan present value outley dari volue proceed (Riyanto, 2001). Sebelum

menganialisis NPV terlebih dahulu harus ditentukan tingkat bunga yang relevan pada saat tersebut (Husnan dan Suwarsono, 2000).

... ( 1 ) NPV =

Keterangan :

At= aliran kas pada periode t

n = periode/tahun terakhir aliran kas

k = tingkat keuntungan yang diharapkan/disyaratkan Dengan kriteria:

1) Jika NPV dalam suatu proyek didapatkan nilai lebih

besar atau lebih daripada nol, berarti proyek dapat menghasilkan keuntungan.

2) Apabila nilai NPV yang dihasilkan sama dengan nol

berarti proyek tersebut akan mengembalikan biaya


(44)

3) Apabila nilai NPV yang dihasilkan kurang dari nol berarti proyek tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan.

b. Internal rate of return(IRR)

Internal Rate of Retrun (IRR) didefinisikan sebagai tingkat bunga usaha yang menjadikan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal. Perhitungan IRR ini dilakukan dengan cara coba­coba sampai ditemukan tingkat bunga yang dapat

menjadikanpresent value proceed sama besar dengan present value outlay (Riyanto,

2001). Kadariah (2001) menyatakan bahwa dalam perhitungan IRR harus dilakukan

interpolasi antara discount rate tertinggi (i’) yang memberi NPV negative (NPV”),

sehingga diperoleh NPV sebesar nol (0).

... (2)

Di mana : I1 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV positif

I2 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = NPV pada tingkat bunga i1

NPV2 = NPV pada tingkat bunga i2

1. Apabila nilai IRR lebih besar dari satu berarti usaha dapat dilanjutkan, Jika nilai IRR kurang dari satu berarti usaha tidak dapat dijalankan.

c. Net benefit cost ratio

Kadariah (2001) menyatakan bahwa Benefit Cost Ratio (BC Ratio) atau disebut dengan Profitabilitiy Index adalah suatu metode yang membandingkan antara present value proceed dengan present value outlay pada tingkat bunga kredit yang telah ditentukan. Husnan dan Suwarsono (1990) menyatakan bahwa sebelum menghitung BC Ratio harus ditentukan terlebih dahulu besarnya tingkat suku bunga diskonto, karena nilai BC Ratio sangat tergantung pada tingkat bunga.

( 3 )

IRR = I2 ­ NPV2 x (i2–i1)


(45)

Keterangan:

Bt = penerimaan total bruto pada tahun ke­t

Ct = biaya total bruto pada tahun ke­t

i = tingkat suku bunga pada tahun pada periode ke­i

t = periode investasi (t = 0, 1, 2,...n)

dengan kriteria :

1) jika net B/C lebih besar atau sama dengan satu maka

proyek layak dijalankan

2) jika net B/C lebih kecil dari 1 maka proyek tidak layak.

d. Payback Periode(PBP)

Payback Period (PP) adalah metode yang menghitung lamanya waktu untuk mengembalikan pengeluaran atas investasi rill melalui penerimaan yang diterima setiap tahun (Husnan dan Suwarsono, 2000)

.. ( 4 ) 3.4. Asumsi Dasar

Beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam analisis finansial adalah sebagai berikut:

1. Periode analisis adalah selama 5 tahun 2008 ­ 2012, hal ini

dikarenakan untuk melihat produktivitas perbandingan pemakaian pupuk kimia dan pemakaian pupuk organik lokasi penelitian di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

2. Perhitungan biaya mengacu pada biaya variabel dan biaya tetap, biaya

variabel merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan bahan baku sedangkan biaya tetap adalah biaya yang harus ditanggung oleh petani dengan memperhitungkan jumlah tenaga kerja.

3. Penentuan harga menggunakan harga yang berlaku pada periode

pengambilan data yaitu pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012

4. Jenis dan kebutuhan pupuk dan benih yang digunakan disesuaikan


(46)

5. Perhitungan konversi berat padi–beras

­ Produksi Gabah Kering Panen (GKP) : Luas lahan (Ha) x

Produktivitas rata­rata (Ton/Ha)

­ Produksi Gabah Kering Giling (GKG) : 86,59% x GKP

­ Produksi Beras : 63,20% x GKG

6. Penilaian sekenario investasi sesuai dengan Studi Kelayakan Bisnis

kelayakan perbandingan skenario pertama pupuk kimia 100% dan pupuk organik 50% dan skenario kedua pupuk kimia 50% dan pupuk organik 60% serta skenario ketiga pupuk kimia 100% dan pupuk organik 0% dapat menggunakan 4 kreteria investasi yang terdiri dari :

Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net B/C),

Break event point(BEP),Payback Periode(PBP).

7. Suku bunga deposito sebesar 5,75 persen yang diperoleh melalui rata­

rata BI rate bulan Februari 2012. Suku bunga pinjaman yang digunakan adalah sebesar 7 persen selama lima tahun, nilai tersebut

merupakan suku bunga pinjaman selama lima tahun (Johansyah,

2012).

8. Data yang diperoleh baik secara primer ataupun sekunder akan diolah secara manual dan dibantu prangkat lunak Microsoft excel versi 2003.

9. Data sekunder dari penelitian ini adalah berupa produktifitas

penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik pada tahun 2008 ­2012 yang sumber data didapat dari Dinas Pertanian Kabupaten Bandung dan lokasi penelitian di Kecamatan Soreang.

10. Studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mempelajari literatur­literatur yang relevan dengan penelitian guna memperoleh gambaran teoritis mengenai konsep pemupukan berimbang dengan efisiensi penggunaan yang tepat, studi kepustakaan diperoleh dari berbagai literatur maupun teori dari buku, jurnal penelitian dan internet.


(47)

4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung merupakan bagian dari wilayah pengembangan metropolitan Bandung, yang mempunyai luas 176.239 km2 dengan Jumlah penduduk 3.174.499 Jiwa terdiri dari 1.617.513 laki­laki dan 1.556.986 perempuan (BPS 2010), yang merupakan hiterlend serta daerah penyangga Ibukota propinsi Jawa Barat. Hal ini memberi dampak positif terhadap keleluasan dan peluang pengembangan struktur ekonomi dan aksesibilitas infrastruktur peningkatan kualitas sosial. Batas­batas daerah adalah sebelah utara : Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang; sebelah timur : Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; sebelah selatan : kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur serta sebelah Barat : Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur dan Kota Bandung (Anonim, 2012).

Wilayah Kabupaten Bandung terbagi ke dalam 31 Administratif Kecamatan yang terdiri dari 267 Desa dan 9 Keluarahan.

Kondisi Geografis

­ Koordinat 107o22108oBT dan 6o417o19LS

­ Ketinggian 110 2.429 m dpl ­ Luas wilayah 176.239 Ha Kondisi Morfologis

­ Terdiri dari wilayah datar/landai, kaki bukit, dan pegunungan. ­ Kemiringan lereng beragam antara0­8 %,8­15% hingga diatas 45 % Berdasarkan rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Bandung Tahun 2007­ 2027, wilayah Kabupaten Bandung dibagi kedalam 8 Wilayah Pengembangan : (1) Wilayah Pengembangan Baleendah; (2) Wilayah Pengembangan Banjaran; (3) Wialayah Pengembangan Cicalengka; (4) Wilayah Pengembangan Cilengkrang­ Cimenyan; (5) Wilayah Pengembangan Cileunyi­Rancaekek; (6) Majalaya; (7) Margahayu­Margaasih; (8) Soreang­Kutawaringin­Ketapang.


(48)

Potensi sektor pertanian hampir di seluruh Wilayah Pengembangan, Sehingga

Kebijakan Pengembangan sistem kota­kota dan wilayah diarahkan pada

pengembangan kawasan pertanian, terutama di Wilayah Pengembangan Soreang­

Kutawaringin­Ketapang, Wilayah Pengembangan Beleendah, Wilayah

Pengembangan Banjaran, Wilayah Pengembangan Majalaya, Wilayah Pengembangan

Cileunyi­Rancaekek, Wilayah Pengembangan Cicalengka, dan Wilayah

Pengembangan Cilengkrang­Cimenyan.

4.1.2 Potensi Lahan

Lahan merupakan sumberdaya alam yang paling penting dalam usaha budidaya pertanian. Potensi Lahan di Kabupaten Bandung, terdiri dari Lahan Sawah seluas 36.212 hektar atau 20,55% dari luas wilayah Kabupaten Bandung 176.239 Ha. Lahan Kering seluas 140.027 hektar (79,45 %), terdiri dari lahan kering pertanian seluas 74.778 Ha (42,43 %) dan lahan kering bukan pertanian 65.249 Ha (37,02 %)

4.2. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha

Aspek–aspek analisis kelayakan usaha yang dibahas meliputi

aspek pasar, aspek produksi, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek finansial. Variabel­variabel yang dibahas setiap aspek disesuaikan dengan kondisi usaha yang dijalankan, Penjelasan pada setiap aspek adalah sebagai berikut :

4.2.1 Aspek Pasar a. Peluang pasar

Kebutuhan pupuk kimia di Indonesia sangat besar, mengingat sebagian besar mayoritas penduduk bermata pencarian sebagai petani, dan diperkirakan kebutuhan pupuk kimia setiap tahunnya meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Berdasarkan asumsi tersebut, maka selama 2007­2012 diproyeksikan akan terdapat surplus produksi Urea yang terus meningkat (Tabel 4). Jika surplus tersebut ditambah stok akhir tahun 2006 sekitar 1 juta ton, maka akan menjadi 2,183,633 ton pada tahun 2007. Jika stok pupuk sebesar 1 juta ton tetap dipertahankan dalam rangka pengamanan cadangan pupuk, maka jumlah tersebut baru dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan sektor perindustrian sekitar 1,1 juta ton.


(49)

Tabel 4. Proyeksi neraca produksi dan permintaan urea 2007-2012 (ton)

Tahun Permintaan Produksi Neraca

2007 4.548.067 5.731.700 1.183.633

2008 4.690.651 6.446.000 1.755.349

2009 4.837.704 6.809.000 1.971.296

2010 4.989.368 7.214.100 2.224.732

2011 5.145.786 7.295.300 2.149.514

2012 5.307.108 7.740.000 2.432.892

Neraca produksi dan permintaan mengalami surplus yang terus meningkat selama 2007­2012 dan dapat digunakan untuk sektor pertanian.

4.2.2 Aspek Produksi

Sarana produksi atau input yang digunakan pada usahatani padi terdiri bibit; pupuk;tenaga kerja;dan alat pertanian. Perincian penggunaan bibit, pupuk per hektar pada periode masa tanam tahun 2008­2012 pada usahatani padi inbrida dengan perlakuan pupuk kimia 100 % dan pupuk organik 50% dan pada masa tanam tahun 2008­2012 pada usahatani padi inbrida dengan perlakuan pupuk kimia 50 % dan pupuk organik 60 %. Serta perlakuan pupuk kimia 100% dan pupuk organik 0%.

a. Bibit

Bibit yang digunakan oleh petani adalah bibit yang diberikan oleh dinas pertanian kabupaten bandung Varietas bibit yang digunakan adalah jenis padi ciherang dikarenakan menurut petani dilokasi penelitian, harga jual yang didapat relatif lebih tinggi dibanding varietas padi yang lainnya seperti padi IR 64. Selain harga yang lebih tinggi, petani memilih menanam jenis ciherang karena varietas ini yang cocok untuk ditanam dimusim hujan maupun musim kemarau. Alasan utama petani memilih menanam jenis padi ciherang adalah karena jenis padi ini memiliki umur masa tanam yang lebih pendek dibanding varietas lain seperti IR 64.


(1)

Lanjutan Lampiran 9. Tabel rencana index harga per satuan setiap skenario pada tahun

2008-2012 untuk skenario dasar

000 Rp

1

2

3

4

5

2008

2009

2010

2011

2012

A. Rp/ha 2.940 3.220 3.542 3.542 4.620 B.

1 Rp/HOK 15 20 20 25 25

2 Rp/ha 500 500 500 500 500

3 Rp/kg 5 7,5 13 15 15

4 Rp/HOK 10 15 20 25 30

5

a. Pupuk Kimia NPK 300 Kg/ha (100%) Rp/Kg 2 2 2 2 2

b. Pupuk Kimia Urea 200 Kg/ha (100%) Rp/Kg 2 1 1 2 2 6

a. Pemupukan Kimia 2 kali 8 HOK Rp/HOK 20 20 20 20 20

7 Rp/HOK 15 15 15 15 15

8 Rp/HOK 7 6 6 6 6

C.

9 Ton/ha 2.200 2.400 2.640 2.640 3.300

10 Ton/ha 2.800 3.000 3.300 3.300 4.150

11 Ton/ha 4.200 4.600 5.060 5.060 6.600

Keterangan : Pengeluaran A,B dan C hanya satu kali pada tahun persiapan tanam sebagai biaya investasi aw al.

Sumber :

www.syahyutiberas.blogspot.com

D. Sekenario Dasar (PK 100% ; PO 0 %) : Basis 1 ha, 2x Tanam setahun

I T E M

NO

STN

Saprodi dan Kegiatan Budidaya

Tabel Rencana Index Harga per satuan setiap skenario pada tahun 2008-2012

Lahan Sewa (Basis per 1x tanam) Persemaian 1 kali 4 HOK Pengolahan Tanah Bibit

Penanaman Pupuk

Pemupukan

Pemanenan PRODUKTIFITAS

Hasil Gabah Kering Panen (6,870 Kg/ha) Hasil Gabah Kering Giling (5,949 Kg/ha) Hasil Beras (3,759 Kg/ha)


(2)

Lanjutan Lampiran 9. Tabel cash flow analisa NPV untuk skenario dasar

000 Rp

1

2

3

4

5

2008

2009

2010

2011

2012

I Rp/th 29.156 31.933 35.127 35.127 45.817

II Rp/th 5.880 6.440 7.084 7.084 9.240

III

1 Rp/th 120 160 160 200 200

2 Rp/th 1000 1000 1000 1000 1000

3 Rp/th 200 300 520 600 600

4 Rp/th 440 660 880 1100 1320

5

a. Pupuk Kimia NPK 300 Kg/ha (100%) Rp/ha 1.200 1.050 960 1.380 1.380 b. Pupuk Kimia Urea 200 Kg/ha (100%) Rp/ha 600 480 500 720 720 6

a. Pemupukan Kimia 2 kali 8 HOK Rp/th 320 320 320 320 320

6 Rp/th 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200

7 Rp/th 1.980 1.946 1.773 1.794 1.831

IV Rp/th 12.940 13.556 14.397 15.398 17.811

V Rp/th 16.216 18.378 20.729 19.728 28.007

Rp/th 0,9456 0,8942 0,8456 0,7996 0,7561

Vi Rp/th 15.335 16.434 17.528 15.775 21.177

Rp/th 86.248 Biaya sewa lahan

Tabel Cash Flow Analisa NPV per Ha Setiap Skenario

D. Sekenario Dasar : Basis 1 ha, 2x Tanam setahun

NO

I T E M

STN

Penerimaan Kotor Pengeluaran

Persemaian 1 kali 4 HOK Pengolahan Tanah (2x tanam/thn) Bibit

Biaya Pupuk

Biaya Pemupukan Penanaman

NPV

Biaya Pemanenan Biaya Penyiangan

Total Pengeluaran

Penerimaan Bersih PV Penerimaan DF (n=5, i = 5,75%/th)


(3)

Lanjutan Lampiran 9. Tabel perhitungan IRR dan NET B/C untuk skenario dasar

1 2 3 4 5

A KEUNTUNGAN BERSIH 16.216 18.378 20.729 19.728 28.007 B DF (n = 5, r = 5,75%) 0,9456 0,8942 0,8456 0,7996 0,7561 C NPV1 (r1 = 5,75%) 15.335 16.434 17.528 15.775 21.17786.248

D DF (n = 5, r = 7%) 0,9346 0,8734 0,8163 0,7629 0,7130 E NPV2 ( r2 = 7%) 15.156 16.052 16.921 15.051 19.96883.147

1

r1 = Tk suku bunga

DEPOSITO/thn = 0,0575 6%

IRR =

r2 = Tk suku bunga/thn = 0,07 7%

NPV1 = 86.248 86.248

NPV2 = 83.147 83.147

IRR =

0,41

41 %

2

NET B/C = (JUMLAH NPV YANG POSITIV)

(JUMLAH NPV YANG NEGATIV) NET B/C = 5,6 NPV POSITIV = 86.248 NPV NEGATIV = 15.335

Keterangan : Suku Bunga Deposito sebesar 5,75%. Sumber : www.bi.co.id

TAHUN ANALISA

r1 + (NPV1 / (NPV1-NPV2))*(r2-r1)

TABEL PERHITUNGAN IRR DAN NET B/C

NO URAIAN

PERHITUNGAN NET B/C :

NPV

ARTINYA : PROYEK INI MEMILIKI KEMAMPUAN MENGEMBALIKAN MODAL IRR = 41% YANG LEBIH BESAR DARI SUKU BUNGA DEPOSITO (5,75%) SEHINGGA MEMILIKI PROSPEK MENGUNTUNGKAN (LAYAK UNTUK DIJALANKAN) PERHITUNGAN IRR :


(4)

Lanjutan Lampiran 9. Tabel perhitungan pay back priod untuk skenario dasar

(Dalam : Rp.000)

0 1 2 3 4 5

0 900 900 900 900 900

1 PENERIMAAN KOTOR (GROSS

BENEFIT ) ; ( = GBi.) 29.156 31.933 35.127 35.127 45.817 2 FAKTOR DISKONTO; DF (n= 5, r=5,75%) 1,000 0,9456 0,8942 0,8456 0,7996 0,7561 3 PV DARI OM ; OMi. = (0) x (5) 851 805 761 720 681 3.817

4 PV DARI GBi.; GBi. = ( 4) x (5) 27.571 28.555 29.703 28.088 34.644 148.560

27.571 56.126 85.829 113.916 148.560 5 PV NET BENEFIT ; ( NBi.) 15.335 16.434 17.528 15.775 21.177 86.248

15.335 31.768 49.297 65.071 86.248

3.a p = Th dimana GB melebihi TI 4

Tp-1 = Th sebelum PBP 5 BPB =

JUM GB p = 27.571 ( JML sampai th ke 1) (GB)

JUM GBi; p-1 = ( JML sampai th ke 0)

GBp = ( Pd saat melebihi TI) 148.560 ( yaitu pd th ke 10 ) PBP = 1,7 JUM TI = Total Investasi 86.248 (JML sampai th ke 0 ) (GB) Th

JUM GBi. = 148.560 ( JML sampai th ke 10) (JUM GBi. ) - (JML OMi. )

JUM OMi.= 3.817 ( JML sampai th ke 10) PR =

JUM TI = Total Investasi 86.248 ( yaitu pd th ke 0 ) (GB) (JUM TIi. )

Asum si : Operating Cost pada Tabel 4. sudah term asuk PR =

Maintainance Cost. (GB)

Tabel PERHITUNGAN PBP (PAY BACK PERIOD)

NO URAIAN PV

OC + MAINTAINANCE; (= OMi.)

TAHUN ANALISA

JUM KUMULATIF Gbi JUM KUMULATIF NBi

1,7 3 PERHITUNGAN Payback Period ( = PBP ) :

4 PERHITUNGAN PR = (PROFITABILITY RATIO) :


(5)

Lampiran 10. Grafik perkembangan pupuk nasional tahun 2007-2011 menurut Jenis

TAHUN

2007

2008

2009

2010

2011

Produksi Pupuk

Ton/Tahun Ton/Tahun Ton/Tahun Ton/Tahun Ton/Tahun

1. Urea

5.865.856 6.213.292 6.856.841 6.721.949 6.741.720

2. SP-36

660.653

488.847

742.986

636.207

441.223

3. ZA

652.486

692.604

767.837

792.917

818.810

4. NPK

763.444 1.194.983 1.838.039 1.853.039 2.179.853

5. ZK

3.593

4.718

7.568

8.662

2.954

6. Organik

1.617

80.174

294.555

260.705

341.476

www.appi.or.id

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

8.000.000

1. Urea

2. SP-36

3. ZA

4. NPK

5. ZK

6. Organik

T

ona

se

Grafik perkembangan pupuk nasional tahun 2007-2011

menurut Jenis

2007 Ton/Tahun 2008 Ton/Tahun 2009 Ton/Tahun 2010 Ton/Tahun 2011 Ton/Tahun


(6)

Lampiran 11. Luas dan penyebaran lahan kritis tahun 2006 dan tahun 2011

JUMLAH/ JUMLAH/

Kritis/ Sangat Kritis/ Total Kritis/ Sangat Kritis/ Total

Critical Very Critical (Ha) Critical Very Critical (Ha)

(ha) (ha) (ha) (ha)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Nanggroe Aceh Darussalam 395.680 67.343 463.023 623.665 121.290 744.954

2 Sumatera Utara 1.526.959 434.767 1.961.726 854.610 280.731 1.135.341

3 Sumatera Barat 239.433 169.598 409.031 419.524 90.453 509.977

4 R i a u 2.306.659 108.356 2.415.014 739.935 100.723 840.658

5 Jambi 614.117 4.774 618.891 341.685 1.078.917 1.420.602

6 Sumatera Selatan 2.085.364 739.485 2.824.849 3.668.355 217.707 3.886.062

7 Bengkulu 545.219 163.730 708.949 531.470 111.117 642.587

8 Lampung 339.055 186.408 525.463 512.168 77.061 589.229

9 Kepulauan Riau *) - - - 24.519 230.230 254.749

10 Bangka Belitung 261.615 314.843 576.458 88.212 26.624 114.836

11 DKI Jakarta - - -

-12 Jawa Barat 140.895 19.487 160.382 415.806 68.139 483.944

13 Jawa Tengah 233.300 28.226 261.526 149.976 9.877 159.853

14 D.I. Yogyakarta 43.549 1.110 44.659 33.088 471 33.559

15 Jawa Timur 533.841 247.115 780.956 506.336 102.577 608.913

16 Banten 51.982 90.427 142.409 56.753 10.750 67.503

17 B a l i 51.639 4.281 55.921 45.112 2.940 48.052

18 Nusa Tenggara Barat 236.899 68.833 305.732 68.611 23.248 91.859

19 Nusa Tenggara Timur 2.234.587 985.224 3.219.811 1.006.526 35.162 1.041.688

20 Kalimantan Barat 1.840.181 16.124 1.856.305 2.844.134 325.357 3.169.491

21 Kalimantan Tengah 1.939.144 1.267.743 3.206.887 3.498.036 1.138.854 4.636.890

22 Kalimantan Selatan 511.821 54.771 566.592 708.130 78.781 786.911

23 Kalimantan Timur 1.015.616 38.074 1.053.690 314.464 4.372 318.836

24 Sulawesi Utara 229.226 28.040 257.266 242.354 33.702 276.056

25 Sulawesi Tengah 113.179 103.308 216.488 293.638 24.131 317.769

26 Sulawesi Selatan 223.806 325.312 549.118 810.504 109.948 920.452

27 Sulawesi Barat 21.514 5.624 27.138 105.546 8.414 113.960

28 Sulawesi Tenggara 919.467 365.134 1.284.601 617.519 267.944 885.463

29 Gorontalo 202.790 62.988 265.778 184.652 72.524 257.176

30 Maluku 488.315 123.904 612.220 490.521 271.803 762.324

31 Maluku Utara 259.360 291.390 550.750 447.669 163.438 611.106

32 Papua 2.659.384 311.016 2.970.400 971.464 105.235 1.076.699

33 Papua Barat 1.041.638 263.132 1.304.770 410.601 76.742 487.343

JUMLAH/ Total 23.306.233 6.890.568 30.196.802 22.025.581 5.269.260 27.294.842

Sum ber/Source : Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sos ial (2006)

Data Lahan Kritis diperbaharui setiap 5 tahun sekali

Tingkat Kekritisan Lahan/

Level of Critical

Tingkat Kekritisan Lahan/

Level of Critical

Keterangan / Note :

( - ) : Tidak ada data / No activa

* ) : Data m as ih bergabung dengan provins i induk / data is still joined to the m ain province Directorate General of Watershed Managem ent and Social Forestry

No. PROVINSI/Province

Luas Lahan Kritis Hasil Inventarisasi/Extent of critical land