Kelompok tani TINJAUAN PUSTAKA

wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kotak tani. Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapan oleh Torres dalam Mardikanto 1996 sebagai berikut : a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok. b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani. c. Semakin cepatnya proses difusi penerpan inovasi atau teknologi baru. d. Semakin naiknya kemampuan rata­rata pengambilan hutang petani. e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan input atau produk yang dihasilkannya. f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasan oleh patani sendiri. Sedangkan alasan utama kelompok tani adalah : a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik optimal semua sumber daya yang tersedia. b. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembagunan. c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terkait oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya. Sejogyo dalam Mardikanto, 1996 Tugas dan tanggung jawab pengurus serta anggota kelompok tani adalah sebagai berikut : 1. Pengurus Kelompok tani a. Membina kerjasama dalam melaksanakan usahatani dan kesepakatan yang berlaku dalam kelompok tani b. Wajib mengikuti bimbingan dan petunjuk dari petugaspenyuluh untuk seterusnya diteruskan kepada anggota kelompok c. Bersama petugaspenyuluh membuat rencana kegiatan kelompok dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran dan lain­lain. d. Mendorong dan menggerakan aktivitas, kreativitas dan inisiatif anggota e. Secara berkala, minimal satu bulan sekali mengadakan pertemuanmusyawarah dengan para anggota kelompok yang dihadiri oleh petugaspenyuluh. 2. Anggota kelompok tani a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan usaha tani yang dilakukan b. Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani dan petugaspenyuluh c. Wajib bekerjasma dan akrab antar sesama anggota, pengurus maupun dengan petugaspenyuluh d. Hadir pada pertemuan berkala dan aktif memberikan masukan, saran dan pendapat semi berhasilnya kegiatan usaha tani kelompok.

2.4. Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik

Pupuk anorganik adalah pupuk buatan hasil industri pupuk yang mengandung unsur­unsur yang dibutuhkan tanaman dengan kandungan hara yang tinggi Sutedjo, 1994. Pupuk tersebut terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal hara yang terkandung hanya satu macam, sedangkan pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang mengandung dua atau lebih unsur hara Hardjowigeno, 2003. Peraturan Menteri pertanian Nomer 28PermentanSR.13052009, definisi pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah Kementan, 2009. Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktifitasnya dan telah mengalami degaradasi lahan, terutama terkait sangat rendahnya kandungan C organik dalam tanah, yaitu 2, bahkan pada lahan sawah intensif dijawa kandungannya 1 padahal untuk memperoleh produktifitas optimal dibutuhkan C­organik 2,5 dilain pihak, sebagai negara tropika basah yang memiliki sumber bahan organik sangat melimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal Bahanpupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan Badan Litbang Pertanian, 2006.

2.5. Lahan Kritis

Lahan kritis menurut hasil symposium pencegahan dan pemulihan lahan kritis pada tahun 1975, didefinisikan sebagai tanah yang karena tidak sesuai dengan penggunaan dan kemampuannya telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik, kimia, biologi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan ekonomi dari daerah lingkungannya. Hidayat dan Thalib 1987 mengemuakan hal yang sama bahwa lahan kritis adalah lahan­ lahan yang telah mengalami gangguan ataupun kerusakan baik secara fisika, kimia maupun biologinya. Departemen Pertanian menetapkan lahan kritis pada hakekatnya adalah lahan yang saat ini kurang produktif lagi ditinjau dari segi pertanian karena pengelolan dan penggunaannya tidak atau kurang memperhatikan kaidah­kaidah konservasi tanah. Pada lahan ini terdapat satu atau lebih unsur penghambat yang kurang mendukung usaha pemanfaatan lahan pertanian. Pusat penelitian tanah dan agroklimat mendefinisikan lahan kritis sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan fisika tanah karena berkurangnya penutupan vegetasi dan adanya gejala erosi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis dan daerah lingkungannya Sunyoto et al. 1993 Direktorat Jendaral Reboisasi dan Rehabilitasi lahan dengan Surat Keputusan Nomer 073KptsV1994 tentang pedoman penyusunan rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai mendefinisikan lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya sedemikian rupa sehingga lahan tersebut tidak bisa berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi ataupun media tata air lahan­lahan tersebut berupa Suwardjo et al. 1996