3.10.4. Kadar kolesterol total dan LDL
Kadar kolesterol total dan LDL diperiksa setiap minggu, darah diambil dari ekor tikus yang dipotong sedikit, darah diambil sebanyak 0,5 ml dan dimasukkan
ke dalam tabung micro centrifugace, pemeriksaan kolesterol dan LDL dilakukan
di Laboratorium terpadu Fakultas Kedokteran USU.
3.10.5. Sel busa
Pembentukan sel busa pada penelitian ini adalah pembentukan sel busa pada pembuluh darah aorta yaitu pada bagian lapisan intima. Dengan pewarnaan HE sel
busa ditandai dengan sel yang besar dengan inti sel berwarna biru, tepi kosong
karena lemak luruh selama proses pewarnaan. Identifikasi sel busa dilakukan oleh
dokter spesialis patologi anatomi di lboratorium patologi anatomi fakultas
kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.10.6. Penebalan lapisan intima
Penebalan yang dilihat pada penelitian ini adalah pada pembuluh darah aorta, dengan mengukur ketebalan lapisan intima. Aorta yang diambil adalah
bagian yang menurun aorta descenden.Pengukuran ketebalan lapisan intima dihitung mulai lapisan elastika dalam menuju lumen aorta.
3.11. DEFENISI OPERASIONAL 3.11.1.Jamur tiram putih
Jamur tiram putih yang digunakan pada penelitian ini ada dalam dua bentuk: pertama berupa ekstrak jamur tiram putih yang diperoleh dengan mengekstrak
Universitas Sumatera Utara
jamur tiram putih segar dengan metode maserasi basah menggunakan etanol 96, kemudian dilanjutkan dengan mengentalkan ekstrak tersebut dengan
menggunakan rotary evaporator dan untuk menghilangkan kadar air dilanjutkan dengan freez dryer. Bentuk yang kedua merupakan residu dari ekstrak etanol
jamur tiram yang dikeringkan dan dihaluskan, setelah menjadi bubuk dicampur dengan Carboxyl Methyl Cellulose CMC kemudian diberi kepada tikus dengan
bantuan sonde.
3.11.2. Pakan tinggi kolesterol
Pada penelitian ini pakan tinggi kolesterol yang dipakai adalah pakan ternak dalam bentuk pelet pelet CP 511 kuning telur puyuh. Setelah 10 minggu ternyata
kadar kolesterol tidak terlalu meningkat, sehingga pakan tinggi kolesterol ditambah dengan lemak kambing sebanyak 1 dari bb, lemak kambing dicairkan
dengan menggunakan water bath pada suhu 40 C dalam keadaan hangat diberi ke
tikus, minyak jelantah sebanyak 1 dari bb. kuning telir puyuh diganti dengan kuning telur bebek sebanyak 1 dari bb. Ketiga pakan tersebut diberi per sonde
sehari sekali, pemberian bertahap dimulai dari kuning telur bebek, kemudian lemak kambing dan terakhir minyak jelantah. Air minum diberi secara ad–
libitum. Untuk kelompok kuratif setelah tercapai keadaan hiperkolesterol, pakan tinggi kolesterol diganti dengan pelet biasa pelet 794 P sampai akhir penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.11.3. Obat golongan statin
Obat statin yang akan diberi adalah simvastatin dalam bentuk tablet, dosis yang diberi 40 mghari, dosis tunggal, cara pemberian dengan menggunakan
sonde. Tablet simvastatin digerus sampai halus kemudian dicampur CMC 1
sebanyak 1 ml.
3.11.4. Kadar kolesterol total dan LDL
Kadar kolesterol total dan LDL yang dinilai pada penelitian ini adalah kadar kolesterol total plasma dan LDL yang diambil setiap minggu. Diperiksa dengan
menggunakan alat Spektrofotometer, satuan yang digunakan mgdl, skala yang didapat adalah skala numerik. Angka yang diperoleh disesuaikan dengan tabel 1
dan digunakan untuk menentukan apakah keadaan hiperkolesterol sudah tercapai. Rumus untuk mengitung konsentrasi kolesterol adalah :
A
LX
x C
LS
C
LX
A =
C
LS LX
A = Konsentrasi zat yang akan dicari
LX
C = Nilai serapan zat yang dicari
LS
Reagen Cholesterol FS
= Konsentrasi larutan standar
Komposisi dan konsentrasi Good’s buffer pH 6,7 50 mmolL
Phenol 5 mmolL 4-Aminoantipyrine 0,3 mmolL
Cholesterol esterase ≥ 200 UL
Cholesterol oxidase CHO ≥ 50 UL
Peroxidase POD ≥ 3 UL
Standard: 200 mgdL 5,2 mmolL
Universitas Sumatera Utara
Untuk standard, sebelum digunakan harus diencerkan 1 + 10 dengan NaCl 9, setelah diencerkan standard diperlakukan sama dengan sampel.
Cara pemeriksaan kadar kolesterol total
Darah yang diambil sebanyak 0,5 ml ditampung dengan menggunakan tabung mikrosentrifus, kemudian darah disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm
selama 20 menit, setelah itu pisahkan dan ambil serumnya.
1.
Ukur sebanyak 1 ml reagen kolesterol ke dalam tabung mikrosentrifus, kemudian tambahkan 10 µl serum, campur dan inkubasi selama 20 menit pada
temperatur 20 – 25 C, atau selama 10 menit pada temperatur 37
2. Tuang ke dalam cuvert, kemudian baca nilai absorbansinya dengan menggunakan alat spektrofotometer, pada panjang gelombang 500 nm.
C.
Reagents LDL Precipitant
Komposisi dan konsentrasi Heparin 100.000 UL
Sodium citrate 64 mmolL
Cara pemeriksaan LDL presipitant
Sebelumnya harus dibuat dulu LDL presipitant. Cara pembuatan LDL presipitant, diambil 150 µl reagen LDL presipitant,
tambahkan 15 µl serum, campur dan diamkan selama 20 menit, kemudian sentrifugasi dengan kecepatan 5400 rpm selama 20 menit, inkubasi pada suhu
kamar selama 1 jam.
Universitas Sumatera Utara
1. Ukur reagen kolesterol sebanyak 1 ml ke dalam tabung mikrosentrifus, kemudian tambahkan LDL presipitant sebanyak 100 µl campur dan diamkan
selama 10 menit. 2. Tuang larutan LDL kolesterol ke dalam cuvert dan baca absorbansinya dengan
menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Jumlah LDL : jumlah kolesterol total - jumlah LDL presipitat
3.11.7. Berat badan tikus
Berat badan tikus di timbang untuk menentukan tikus tersebut bisa digunakan atau tidak. Berat badan tikus juga digunakan untuk menentukan dosis
EEJT, residu EEJT dan dosis obat golongan statin. Timbangan yang digunakan adalah timbangan digital. Berat badan di hitung dalam satuan gram gr.
3.11.5. Sel busa foam cells
Sel busa yang terbentuk pada lapisan intima aorta, dengan pewarnaan HE akan terlihat sel yang besar dengan inti berwarna biru. Karena sel lemak akan
luruh selama proses pewarnaan maka akan terlihat ruangan kosong diantara inti dan membran sel. Sel busa dihitung pada 10 lapangan pandang, kemudian diambil
niali reratanya. Cara menghitung sel busa: tentukan aorta pada sediaan dengan pembesaran 10 kali, kemudian dibesarkan dengan pembesaran 400x, hitung
berapa sel busa pada lapangan pandang tersebut, lalu preparat digeser ke kiri atau kanan hitung sel busa yang tampak, demikian seterusnya sampai sepuluh lapangan
pandang, tetapi lokasi pengamatan tidak boleh berulang.
Universitas Sumatera Utara
3.11.6. Penebalan lapisan intima
Setelah dibuat sediaan histopatologinya dan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan haematoxylin–eosin, kemudian diamati menggunakan mikroskop
cahaya dengan pembesaran 400x. Yang diamati pada sediaan ini adalah penebalan dari lapisan intima aorta, penebalan dihitung mulai dari lamina elastica interna ke
arah lumen. Penebalan lapisan intima aorta diukur dengan Mikroskop Mikrometer Primo Star Zeiss, Jerman, satuan yang digunakan µm, data yang diperoleh
berupa data numerik.
3.12. ANALISIS DATA