1. K 1 KPstatin dengan K 2 KN diperoleh p = 0,010 2. K 1 KPstatin dengan K 3 EEJT diperoleh nilai p = 0,001
3. K 1 KPstatin dengan K 4 r EEJT diperoleh nilai p = 0,005 4. K 2 KN dengan K 4 diberi rEEJT diperoleh nilai p = 0,000
4.2. DISKUSI 4.2.1. GROUP PREVENTIF
4.2.1.1. Kadar kolesterol
Setelah dilakukan induksi dengan pakan tinggi kolesterol selama 20 minggu maka hasilnya jika dibandingkan antara P1 rerata 2228,1 ± 64,1 dengan P0
rerata luas AUC kolesterol pada kelompok ini 1671,5 ± 20,6, angka signifikan 0,05 terlihat luas AUC kolesterol lebih kecil bila dibanding dengan P1 , semakin
kecil luas AUC nya maka semakin rendah kadar kolesterol. Hal ini dapat terjadi karena pada P0 tidak diberi perlakuan apapun kecuali pemberian pakan biasa dan
minum ad-libitum. Sedangkan pada P2 diberi pakan tinggi kolesterol selama 20 minggu dan pada grafik terlihat peningkatan kadar kolesterol, tetapi pada
kelompok ini tidak diberi pengobatan apapun, sehingga kadar kolesterol pada kelompok ini mengalami peningkatan, hal ini sesuai menurut Botham, 2006
bahwa hati dan usus menyumbang 10 kadar kolesterol dari seluruh sintetis total pada tubuh. Keadaan inilah yang menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan
antara P0 dibanding denganP1.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan yang signifikan juga terlihat bila dibandingkan antara P1 rerata luas AUC kolesterol 2228,1 ± 64,1 dengan P2 rerata 1444,1 ± 37,2, angka
signifikan 0,05, pada P2 EEJT diberi bersamaan dengan pemberian pakan tinggi kolesterol, terlihat bahwa luas AUC kolesterol lebih kecil bila dibanding dengan
luas AUC kolesterol P1, hal ini terjadi kemungkinan pada EEJT terdapat zat yang menyerupai statin yang bekerja menghambat enzym HMG Co enzym-A
reductase, enzym ini mempunyai peranan dalam merubah Asetil Co- A menjadi mevalonat yang akhirnya dengan rangkaian proses lainnya akan menghasilkan
kolesterol Botham, 2006 ; Widayanti et-al, 2004. Dengan pemberian EEJT maka kolesterol tidak terbentuk sehingga kadar kolesterol plasma tidak meningkat..
Artinya EEJT mempunyai efek menurunkan kadar kolesterol. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Lakshmana Radha, 2012 ; Alam et-al, 2011;
bobek, 1996 ; Freire, et al., 2013. Perbedaan kadar kolesterol yang signifikan juga dapat dilihat dengan
membandingkan antara P1 dengan rerata luas AUC kolesterol 2228,1 ± 64,1 dibanding P3 rEEJT rerata luas AUC kolesterol 1433,2 ± 38,8, angka
signifikan 0,05 artinya luas AUC kolesterol kelompok yang diberi residu lebih kecil dibanding dengan luas AUC kolesterol P1. Dari grafik kolesterol terlihat
bahwa kadar kolesterol pada P1 meningkat sedangkan kadar kolesterol P2 cenderung menetap. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena pada residu EEJT
mengandung serat jamur tiram yang diusus akan menghalangi absorbsi kolesterol berasal makanan, akibatnya kadar kolesterol di dalam plasma juga akan menurun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Samarghandian, et al., 2011
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan yang tidak signifikan terlihat antara P2 EEJT rerata luas AUC kolesterol 1444,1 ± 64,1 dibandingkan dengan P3 rEEJT rerata luas AUC
kolesterol 1433,2 ± 38,8 , angka signifikan 0,05 artinya tidak ada perbedaan efektifitas antara EEJT dan residu EEJT dalam hal penurunan kadar kolesterol.
4.2.1.2. Kadar LDL