Berdasarkan hasil penelitian,, koefisien korelasi r = 0,668 dengan signifikansi 0,000 p 0,01 dengan pengujian one-tailed test. Hasil
tersebut menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan kategori kuat antara dimensi Owneship dan
Employability. Artinya, semakin kuat dimensi Ownership yang dimiliki seseorang, maka akan semakin kuat juga Employability-nya.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima.
Tabel 26. Korelasi dimensi Reach dan Employability
Correlations
EMPLOY REACH
Spearmans rho
EMPLOY Correlation Coefficient
1.000 .357
Sig. 1-tailed .
.000 N
218 218
REACH Correlation
Coefficient .357
1.000 Sig. 1-tailed
.000 .
N 218
218 . Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed.
Berdasarkan hasil yang telah ditampilkan pada tabel 32, ditemukan bahwa koefisien korelasi r = 0,357 dengan signifikansi sebesar 0,000 p
0,01 yang diuji dengan one-tailed test. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan dengan kategori
rendah antara dimensi Reach dan Employability. Artinya, semakin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tinggi nilai individu pada dimensi Reach maka akan semakin tinggi juga nilai Employability. Maka dari itu hipotesis penelitian diterima.
Tabel 27. Korelasi dimensi Endurance dan Employability
Correlations
EMPLOY ENDURANCE Spearmans
rho EMPLOY
Correlation Coefficient
1.000 .648
Sig. 1- tailed
. .000
N 218
218 ENDURANCE Correlation
Coefficient .648
1.000 Sig. 1-
tailed .000
. N
218 218
. Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed. Hasil korelasi dimensi Endurance dan Employability menunjukkan
bahwa koefisien korelasi r = 0.648 dengan signifikansi sebesat 0.000 p 0.01 yang diuji dengan one-tailed test. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif dengan kategori kuat antara dimensi Endurance dan Employability. Artinya, semakin tinggi dimensi
Endurance pada individu, maka akan semakin tinggi juga Employability yang dimiliki individu tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa hipotesis penelitian diterima.
E. Analisis Tambahan
Untuk mengetahui lebih dalam hubungan antara variabel Adversity Quotient AQ dan Employability, maka peneliti akan melakukan uji korelasi
antara AQ dan dimensi dari Employability yaitu: Career Identity CA, Personal Adaptability PA, dan Social Human Capital SOSHUMCAP:
Tabel 28. Korelasi AQ dan dimensi-dimensi Employability
Correlations
CI PA
SOSHUM CAP
AQ Spearmans
rho CI
Correlation Coefficient
1.000 .586 .582
.608 Sig. 1-tailed
. .000
.000 .000
N 218
218 218
218 PA
Correlation Coefficient
.586 1.000
.530 .681
Sig. 1-tailed .000
. .000
.000 N
218 218
218 218
SOSHUM CAP
Correlation Coefficient
.582 .530
1.000 .539 Sig. 1-tailed
.000 .000
. .000
N 218
218 218
218 AQ
Correlation Coefficient
.608 .681
.539 1.000
Sig. 1-tailed .000
.000 .000
. N
218 218
218 218
. Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed. Hasil korelasi antara AQ dan dimensi Career Identity
menunjukkan koefisien korelasi sebesar r = 0,608 dengan signifikansi 0,000 p 0.01 yang diuji dengan one-tailed test. Hasil ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan dengan kategori kuat antara AQ dan dimensi Career Identity, yang artinya semakin tinggi AQ yang individu
miliki maka semakin tinggi juga Career Identity yang dimilikinya. Berdasarkan uji korelasi yang telah peneliti lakukan antara AQ dan
dimensi Personal Adaptability, ditemukan bahwa koefisien korelasi r = 0,681 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan signifikansi 0,000 p 0,01. Hal tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif yang signifikan dengan kategori kuat antara AQ dan
dimensi Personal Adaptability. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi AQ yang dimiliki individu maka akan semakin tinggi juga Employability-nya.
Berdasarkan hasil tabel 35, diketahui bahwa koefisien korelasi antara AQ dan dimensi Social Human Capital adalah r = 0,539 P = 0,000
0,01. Hasil tersebut memiliki arti bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan dengan kategori cukup antara AQ dan dimensi Social Human
Capital. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi AQ yang dimiliki oleh individu maka akan semakin tinggi juga Social Human Capital yang
dimilikinya.
F. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Adversity Quotient AQ dan Employability. Dalam penghitungan deskriptif variabel,
AQ memiliki mean empiris sebesar 106, 408 dengan mean teoretis sebesar 87,5. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka subjek dalam penelitian ini
memiliki AQ tinggi. AQ memiliki manfaat yang luas dalam kehidupan manusia seperti meningkatkan produktivitas, kreativitas, energi dalam
menghadapi kesulitan, daya tahan, dan respon terhadap perubahan. Lebih lanjut, AQ dapat memprediksi individu yang akan menyerah dan bertahan
ketika menghadapi kesulitan dan juga membantu individu untuk mencapai potensinya.
Selanjutnya, penghitungan deskriptif pada variabel Employability menunjukkan mean empiris 117,545 sedangkan mean teoretisnya adalah 97,5.
Hal ini mengindikasikan Employability pada subjek penelitian ini tinggi. Individu dengan Employability tinggi adalah individu yang mampu untuk
beradaptasi secara aktif dengan lingkungan sehingga mereka dapat mengidentifikasi kesempatan kerja serta memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan yang dapat dihargai oleh calon atasan. Penghitungan deskriptif juga dilakukan peneliti untuk melihat mean
empiris dari masing-masing dimensi dari AQ. Mean empiris dimensi Control yang ditemukan adalah 21,127 dengan mean teoretis sebesar 17,5. Mean
empiris yang lebih besar dari mean teoretis mengindikasikan bahwa dimensi Control yang dimiliki oleh subjek penelitian ini tinggi. Dimensi Control
menandakan seberapa kendali yang individu rasakan dalam menghadapi peristiwa yang menimbulkan kesulitan Stoltz, 2007. Individu dengan
Control tinggi akan merasakan kendali yang lebih besar pada saat peristiwa- peristiwa dalam hidup mereka dibandingkan dengan individu yang memiliki
Control lebih rendah. Mean empiris pada dimensi Origin adalah 17,940 dengan mean teoretis
sebesar 17,5. Sedangkan dimensi Ownership memiliki mean empiris sebesar 22,275 dan mean teoretis sebesar 17,5. Kedua dimensi tersebut memiliki
mean empiris lebih besar dari mean teoretis. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki dimensi Origin Ownership yang tinggi.
Dimensi Origin berfokus pada bagaimana individu dapat mengidentifikasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari mana hambatan tersebut berasal. Individu yang memiliki dimensi Origin yang tinggi mampu untuk menganggap sumber kesulitan berasal dari orang
lain atau dari luar sehingga ia dapat menempatkan dirinya pada peran yang sewajarnya dalam mengatasi masalah. Sedangkan dimensi Ownership adalah
bagaimana seseorang memiliki perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang terjadi. Orang dengan Ownership tinggi tidak akan mempersalahkan
orang lain sambil mengelakkan tanggung jawabnya. Maka individu dengan dimensi Origin Ownership yang tinggi mampu menyesuaikan diri mereka
sesuai dengan asal kesulitan tersebut sehingga ia tidak akan menyalahkan diri mereka secara berlebihan Stoltz, 2007.
Dimensi Reach dari AQ diukur melalui penghitungan deskriptif menghasilkan mean empiris sebesar 17,119 dengan mean teoretis 17,5. Mean
empiris yang lebih kecil dari mean teoretis menunjukkan bahwa dimensi Reach yang dimiliki oleh subjek dalam penelitian ini rendah. Dimensi Reach
adalah bagaimana individu mampu membatasi jangkauan kesulitan terhadap kehidupan individu. Individu dengan dimensi Reach yang rendah memiliki
implikasi ia kurang mampu membatasi kesulitan dalam hidupnya dan membiarkan kesulitan tersebut mempengaruhi aspek hidup yang lain. Hal
tersebut akan menyebabkan perasaan tidak berdaya, kehabisan energi, sehingga individu tidak dapat mengambil tindakan Stoltz, 2007.
Penghitungan deskriptif pada dimensi Endurance menghasilkan nilai mean empiris sebesar 22,289 dan mean teoretis sebesar 17,5. Nilai mean
empiris yang lebih besar dari mean teoretis, berarti subjek dalam penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI