Analisis Tambahan Hubungan antara adversity quotient dan employability pada mahasiswa tingkat akhir.

dari mana hambatan tersebut berasal. Individu yang memiliki dimensi Origin yang tinggi mampu untuk menganggap sumber kesulitan berasal dari orang lain atau dari luar sehingga ia dapat menempatkan dirinya pada peran yang sewajarnya dalam mengatasi masalah. Sedangkan dimensi Ownership adalah bagaimana seseorang memiliki perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang terjadi. Orang dengan Ownership tinggi tidak akan mempersalahkan orang lain sambil mengelakkan tanggung jawabnya. Maka individu dengan dimensi Origin Ownership yang tinggi mampu menyesuaikan diri mereka sesuai dengan asal kesulitan tersebut sehingga ia tidak akan menyalahkan diri mereka secara berlebihan Stoltz, 2007. Dimensi Reach dari AQ diukur melalui penghitungan deskriptif menghasilkan mean empiris sebesar 17,119 dengan mean teoretis 17,5. Mean empiris yang lebih kecil dari mean teoretis menunjukkan bahwa dimensi Reach yang dimiliki oleh subjek dalam penelitian ini rendah. Dimensi Reach adalah bagaimana individu mampu membatasi jangkauan kesulitan terhadap kehidupan individu. Individu dengan dimensi Reach yang rendah memiliki implikasi ia kurang mampu membatasi kesulitan dalam hidupnya dan membiarkan kesulitan tersebut mempengaruhi aspek hidup yang lain. Hal tersebut akan menyebabkan perasaan tidak berdaya, kehabisan energi, sehingga individu tidak dapat mengambil tindakan Stoltz, 2007. Penghitungan deskriptif pada dimensi Endurance menghasilkan nilai mean empiris sebesar 22,289 dan mean teoretis sebesar 17,5. Nilai mean empiris yang lebih besar dari mean teoretis, berarti subjek dalam penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ini memiliki Endurance yang tinggi. Dimensi Endurance adalah keyakinan individu bahwa kesulitan yang dihadapi hanya bersifat sementara dan akan segera berakhir. Individu dengan Endurance tinggi akan menganggap kesulitan hanya sementara dan melakukan penyesuaian-penyesuaian dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah Stoltz, 2007. Berdasarkan hasil penghitungan statistik deskriptif pada variabel AQ beserta dimensi-dimensinya dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tingkat tinggi pada penelitian ini memiliki AQ tinggi. AQ yang tinggi menandakan mahasiswa tingkat tinggi dalam penelitian ini mampu merasakan kendali yang lebih besar pada saat peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka. Mereka juga mampu menyesuaikan diri mereka sesuai dengan asal kesulitan tersebut sehingga ia tidak akan menyalahkan diri mereka secara berlebihan. Selain itu, mahasiswa tingkat akhir di penelitian ini juga menganggap kesulitan hanya sementara dan melakukan penyesuaian-penyesuaian dapat membantu mereka dalam menyelesaikan masalah. Meskipun secara umum kemampuan mahasiswa tingkat akhir dalam subjek ini dalam mengatasi masalah sudah baik, namun terdapat aspek yang perlu ditingkatkan. Dimensi Reach yang dimiliki oleh mahasiswa tingkat akhir dalam penelitian ini cenderung rendah yang berarti mahasiswa tingkat akhir dalam penelitian ini kurang mampu membatasi kesulitan dalam hidupnya dan membiarkan kesulitan tersebut mempengaruhi aspek hidup yang lain. Individu yang tidak mampu membatasi kesulitan dalam hidupnya dan membiarkan kesulitan tersebut mempengaruhi aspek hidup yang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI akan menyebabkan individu merasa tidak berdaya, kehabisan energi, dan tidak dapat mengambil tindakan Stoltz, 2007. Pada hasil wawancara dengan Subjek N, ia mengatakan bahwa diri merasa terpengaruh kondisinya apabila telah mengalami hari yang buruk atau menghadapi suatu masalah berat di hari sebelumnya sebelumnya. Lebih lanjut, apabila ia menghadapi masalah tersebut, ia akan merasa gelisah terus menerus. Hal ini terjadi karena Subjek N merasa cemas tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya komunikasi pribadi, 14 Desember 2015. Penelitian terhadap siswa kelas 12 dan juga tahun ketiga sekolah kejuruan menunjukkan, self-esteem individu memiliki dampak langsung maupun tidak langsung terhadap AQ karena melalui self-esteem, individu akan lebih menyadari kemampuan yang dimilikinya. Self-esteem juga dapat memberikan self-confidence dan achievement motivation yang bertanggung jawab terhadap pengharapan di masa depan Pangma, Tayraukham, dan Nuangchalerm, 2009. Untuk melihat hubungan antar variabel dalam penelitian ini, Uji korelasi antara AQ dan Employability dilakukan oleh peneliti dan menghasilkan koefisien r = 0,695 dengan signifikansi sebesar 0,000 p 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan dengan kategori kuat antara AQ dan Employability. Artinya semakin tinggi AQ pada mahasiswa tingkat akhir, maka akan semakin tinggi pula Employability yang dimilikinya. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yaitu terdapat hubungan positif antara AQ dan Employability diterima. Menurut Hogan, Chamorro-Premuzic, dan Kaiser 2013 individu yang mau untuk bekerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI