LATAR BELAKANG Hubungan antara adversity quotient dan employability pada mahasiswa tingkat akhir.
Employability yang mereka miliki sebagai persiapan menghadapi dunia kerja. Hasil dari kuisioner pra-penelitian menunjukkan bahwa 52,942 responden
dari 17 orang yang mengisi kuisioner tersebut masih cenderung ragu-ragu dan tidak siap dalam menghadapi dunia kerja. Mereka merasa bahwa mereka
masih membutuhkan informasi dan juga meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi dunia profesional. Sedangkan, 47,058 responden lain
menyatakan bahwa mereka cenderung merasa siap dalam menghadapi dunia kerja karena telah memiliki pengalaman bekerja. Meskipun cenderung merasa
siap,mereka tetap masih membutuhkan kemampuan-kemampuan lain agar lebih siap bekerja.
70, 588 responden pada kuisioner pra-penelitian ini menyatakan mampu untuk beradaptasi di lingkugan baru. Hal tersebut dikarenakan adaptasi
merupakan kewajiban yang harus dilakukan ketika berada di lingkungan baru, mudah berkomunikasi dengan orang lain, terdapat atasan yang dapat
membantu, dan karena sudah memahami pekerjaan yang diinginkan. Sebesar 29,412 responden mengatakan bahwa mereka kurang dapat beradaptasi di
lingkungan baru. Hal tersebut terjadi karena sifat responden yang kurang terbuka, pasif dalam pergaulan, dan tergantung dari jenis pekerjaan yang
dipilih. Hasil kuisioner pra-penelitian menunjukkan bahwa Employability
mahasiswa tingkat akhir dilihat dari tujuan karir sebagai berikut, sebanyak 52,941 mengatakan bahwa mereka sudah memiliki tujuan yang ingin
dicapai, dan terbantu dengan adanya tujuan karir. Hal tersebut dikarenakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan adanya tujuan karir tersebut, mereka merasa termotivasi untuk mencapainya. 47,058 responden mengatakan bahwa mereka belum
memiliki tujuan karir yang ingin dituju, Hal tersebut dikarenakan berusaha mengindentifikasi tujuan yang ingin dicapai dan memiliki tujuan karir tidak
dapat membantu dalam mempersiapkan. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap Employability adalah
pihak perusahaan mengharapkan individu untuk memiliki motivasi tinggi, mau bekerja keras, dan memiliki daya juang Hogan, Chamorro-Premuzic,
dan Kaiser, 2013. Pihak perusahaan mengatakan banyak karyawan lulusan perguruan tinggi yang lebih memilih mundur dari tantangan yang sulit,
padahal pihak perusahaan mencari individu yang memiliki daya juang tinggi kompas.com, diakses pada 15 Maret 2015. Perusahaan juga menginginkan
karyawan dengan kompetensi dan integritas yang tinggi dan juga memiliki kemampuan adaptasi serta berdaya juang tinggi. jasaraharja-putra.co.id,
diakses pada 7 Desember 2015. Perusahaan membutuhkan karyawan untuk tetap memiliki daya juang yang
tinggi ketika perusahaan sedang dalam kondisi yang baik, maupun saat berada dalam kondisi yang tidak baik. Hal tersebut dikarenakan kompetisi bisnis
yang semakin sengit bisnisukm.com, diakses pada 7 Desember 2015. TM Raditya Hernawan, mengutarakan bahwa pada saat ini, perusahaan-
perusahaan di Indonesia mengeluhkan daya juang dari mahasiswa lulusan perguruan tinggi. Hal ini menyebabkan perusahaan merasa kurang dapat
memberikan pekerjaan kepada mahasiswa lulusan perguruan tinggi komunikasi pribadi, 17 Maret 2015.
Kondisi nyata yang terjadi di lapangan juga mendukung hal tersebut. Hasil kuisioner pra-penelitian juga menemukan bahwa semua responden mahasiswa
tingkat akhir memiliki pendapat bahwa agar mampu mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, dibutuhkan daya juang yang tinggi. Daya juang dibutuhkan
antara lain karena banyaknya pesaing dalam mencari pekerjaan, lebih banyak orang yang kreatif, tantangan yang lebih beragam, dan juga agar dapat
diperhitungkan oleh pihak perusahaan. Untuk dapat bekerja dengan baik, seluruh responden juga setuju bahwa dibutuhkan daya juang yang tinggi. Hal
tersebut dikarenakan adanya tuntutan yang tinggi di dunia kerja, terdapat kesenjangan antara jumlah pekerjaan yang tersedia dengan pencari kerja yang
menyebabkan persaingan yang ketat, dan agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
Daya juang atau Adversity Quotient AQ adalah kemampuan seorang individu dalam mengatasi kesulitan dan hambatan dalam hidupnya Stoltz,
2007; Phoolka dan Kaur, 2012. Terdapat 4 dimensi yang membentuk daya juang, yaitu: Control, Origin Ownership, Reach, dan Endurance yang
biasa disingkat dengan CO
2
RE. Menurut Stolz 2007 AQ dapat meramalkan siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang akan hancur. AQ juga
mampu meramalkan siapa yang menyerah dan siapa yang bertahan. Selain itu AQ juga dapat meramalkan siapa yang melampaui harapan-harapan atas
kinerja dan potensi mereka serta siapa yang akan gagal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tian dan Fan 2014 mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara adaptasi karier dengan Adversity Quotient AQ pada siswa perawat. Lebih
lanjut lagi menurut Tian dan Fan 2014, kemampuan untuk dapat mengatasi hambatan merupakan hal yang pokok bagi siswa perawat agar mampu
memiliki adaptasi karir yang baik. AQ juga dapat membantu mengurangi kecemasan yang terjadi pada sales di Taiwan sehingga intensi turnover
berkurang. Karyawan dengan tingkat AQ tinggi akan mampu bertahan di dalam organisasi dibandingkan karyawan dengan tingkat AQ rendah Chin
dan Hung, 2013. Berdasarkan uraian tersebut, terdapat permasalahan Employability
sehingga mahasiswa tingkat akhir kurang mampu untuk mempersiapkan diri mereka untuk memasuki dunia kerja. Salah satu hal yang menjadi faktor dari
Employability adalah daya juang, namun hubungan antara kedua variabel ini masih jarang dikaji. Hal tersebut menyebabkan masih sangat terbatasnya
referensi penelitian yang meneliti hubungan antara daya juang dan Employability. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti dan
membuktikan hubungan antara daya juang Adversity Quotient dan Employability pada mahasiswa tingkat akhir.