Dimensi AQ Adversity Quotient AQ

kehidupan sehingga menyedot kebahagiaan dan ketenangan pikirannya. d. Endurance Daya Tahan Dimensi Endrance mempertanyakan dua hal yaitu, Berapa lamakah suatu kesulitan akan berlangsung dan berapa lama penyebab dari kesulitan tersebut akan berlangsung. Dimensi Endurance adalah keyakinan dari individu bahwa penyebab dari suatu masalah yang terjadi hanya bersifat sementara. Begitu pula dengan permasalahan yang sedang terjadi hanya bersifat sementara dan akan segera selesai sehingga individu mampu untuk bertahan dalam waktu lama dalam menghadapi permasalahan tersebut. Individu dengan Endurance tinggi akan menganggap bahwa suatu permasalahan hanya akan bertindak sementara. Individu dengan Endurance tinggi akan cenderung yakin bahwa penyesuaian – penyesuain dan perbaikan akan memperbaiki peluang kesuksesan di masa depan. Sebaliknya, individu dengan Endurance rendah akan cenderung menganggap suatu kesulitan akan berlangsung dengan lama bahkan dapat dianggap sebagai hal yang permanen. Apabila individu menganggap suatu permasalahan atau penyebab permasalahannya sebagai hal yang stabil atau abadi, maka lebih besar kemungkinannya individu tersebut untuk menyerah.

3. Manfaat AQ

Stoltz 2007 menyatakan bahwa AQ memiliki banyak manfaat bagi berbagai aspek dalam kehidupan manusia. AQ dapat meramalkan siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang hancur. AQ juga mampu meramalkan siapa yang menyerah dan siapa yang bertahan. Selain itu AQ juga dapat meramalkan siapa yang melampaui harapan-harapan atas kinerja dan potensi mereka serta siapa yang akan gagal. Dalam kehidupan, AQ dapat meramalkan berbagai aspek dalam kehidupan seperti: kinerja, motivasi, pemberdayaan, kreativitas, produktivitas, pengetahuan, energi, pengharapan, kebahagiaan, kesehatan emosional, kesehatan jasmani, ketekunan, daya tahan, perbaikan dalam diri, tingkah laku, umur panjang, dan reson terhadap perubahan. AQ memiliki peran dalam meningkatkan kondisi di perusahaan atau organisasi. Stoltz 2007 mengungkapkan bahwa banyak perusahaan menggunakan AQ sebagai indikator dalam berbagai kondisi di perusahaan seperti kinerja, produktivitas, kreativitas, kesehatan, ketekunan, daya tahan, dan vitalitas. Lebih lanjut, menurut Stoltz, AQ juga dapat meramalkan kemampuan individu dalam menghadapi perubahan, seperti yang terjadi pada perusahaan First Data Corporation di Amerika Serikat, AQ mampu meramalkan individu yang mampu mengatasi kesulitan dan yang akan hancur. Di perusahaan ADC Telecommunication di Amerika Serikat, AQ digunakan sebagai indikator keunggulan kompetitif bagi para eksekutif puncak pada bagian penjualan. Phoolka dan Kaur 2012 mengelaborasi manfaat dari AQ berdasarkan teori dari Stoltz dan menjelaskan bahwa AQ memiliki manfaat di dalam organisasi terutama pada saat perubahan terjadi. Phoolka dan Kaur 2010 membagi proses perubahan menjadi tiga fase yaitu: “Akhir”, “Transisi”, dan “Awal yang Baru”. Pada fase “Akhir”, individu mulai berhenti melakukan hal yang biasa mereka lakukan, sehingga keseimbangan dalam perusahaan terganggu karena semua teknik, perilaku, prosedur dan peraturan berubah. Pada fase “Transisi”, individu mulai kehilangan harapan juga kehilangan motivasi karena kebingungan sehingga cenderung bersikap sinis mengenai proses perubahan yang terjadi. Fase yang terakhir adalah fase “Awal yang baru” dimana metode, strategi, prosedur, perilaku, atau peraturan baru mulai diadaptasi. Individu dengan AQ yang tinggi mampu untuk lebih sedikit khawatir, bingung, serta tidak skeptik dalam menghadapi proses perubahan. AQ juga berperan dalam membantu individu untuk terbuka terhadap pengalaman baru maupun terhadap suatu perubahan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Langvardt 2007 menunjukkan bahwa individu dengan AQ yang lebih tinggi memiliki komitmen untuk berubah tinggi dibandingkan dengan individu dengan AQ yang lebih rendah. AQ digunakan di Kaibab National Forest di Amerika Serikat untuk mempersiapkan angkatan kerja dan calon-calon pemimpin untuk memiliki visi yang ambisius. Individu yang memiliki AQ tinggi menyadari tujuan hidup mereka dan memiliki gairah dalam mengejarnya. Individu tersebut telah memiliki pengetahuan mengenai tujuan yang akan dicapainya, harapan yang dimilikinya, dan juga aspirasinya. Berbeda dengan individu yang memiliki tingkatan AQ rendah, mereka tidak memiliki keyakinan mengenai masa depan dan tidak memahami tujuan mereka di masa depan Stoltz, 2007. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tian dan Fan 2014, AQ memiliki hubungan positif antara adaptasi karir dan AQ pada siswa perawat di provinsi Shandong, China. Lebih lanjut, kemampuan untuk dapat mengatasi hambatan merupakan hal yang pokok bagi siswa perawat untuk dapat beradaptasi dengan baik. Chin dan Hung 2013 menjelaskan bahwa karyawan bagian agen asuransi di Taiwan akan menghadapi kecemasan yang cukup besar dari munculnya beban kerja yang tinggi dan hasil pekerjaan yang tidak menentu. Apabila karyawan tidak dapat berjuang untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut maka akan muncul intensi turnover. Karyawan dengan tingkat AQ yang tinggi cenderung lebih mampu bertahan di dalam organisasi dibandingkan dengan karyawan dengan tingkat AQ yang lebih rendah. Semakin tinggi AQ dan terutama pada skor Control maka semakin besar kemungkinanya individu untuk memiliki pendekatan yang lebih berdaya dan proaktif Stoltz, 2007. Phoolka dan Kaur 2013 mengatakan bahwa resilien sama seperti AQ juga melihat perilaku PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI individu ketika menghadapi kesulitan. Sama seperti AQ, resilien juga melihat pentingnya memegang kendali dalam mengatasi masalah. Dalam penelitian yang dilakukan pada Angkatan Darat Kanada, Aitchson 2012 menyebutkan bahwa dalam organisasi yang terdiri dari individu yang resilien akan mampu untuk tangkas dan proaktif ketika menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan serta perubahan yang drastis. Fresa dan Fay dalam Parker, William, dan Turner, 2006 menyebutkan pentingnya memegang kendali. Melalui konsep Control Appraisal, ia menyatakan bahwa kendali dapat meningkatkan sikap proaktif pada individu. Control Apppraisal adalah bagaimana individu mampu merasakan kendali dalam situasi yang dihadapinya. Individu yang dapat merasakan kendali tinggi akan mampu untuk mencari kesempatan dalam bertindak dan juga aktif dalam mencari informasi.

C. Mahasiswa tingkat akhir

1. Definisi Mahasiswa Tingkat Akhir

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2011, mahasiswa memiliki definisi orang yang belajar di perguruan tinggi. Menurut Marseto, 2007 dalam Alexander, 2015, mahasiswa di suatu universitas dapat digolongkan ke dalam 3 golongan: a. Angkatan awal merupakan mahasiswa awal yang baru saja mendaftar di universitas tersebut. Mahasiswa ini berada dalam semester pertama hingga semester empat. b. Angkatan tengah merupakan mahasiswa yang mulai memasuki semester lima dan enam di dalam sebuah universitas dan terbebas dari drop out namun belum memiliki hak untuk mengambil mata kuliah Kuliah Kerja Nyata KKN dan skripsi atau Tugas Akhir TA. c. Angkatan akhir adalah mahasiswa yang telah berada dalam semester 7 dan 8 atau lebih dan sudah dapat mengambil mata kuliah KKN dan skripsi atau TA. Mahasiswa tingkat akhir berada pada rentang umur 20 hingga 25 tahun Winkel dalam Alexander, 2015. Super memiliki Teori Konsep diri yang menyatakan bahwa konsep diri individu sangat penting dalam pilihan karir seseorang Santrock,1997. Dalam teorinya tersebut, Super menjelaskan bahwa terdapat beberapa perubahan tahap perkembangan pada masa remaja dan dewasa yang menentukan karir seseorang. Individu yang berada dalam rentang umur 20 hingga 25 tahun berada dalam tahapan Spesification atau Implementation. Pada tahap Spesification, individu mulai mempersempit pilihan karir yang akan mereka capai dan menyesuaikan perilaku mereka dengan karir yang akan menjadi tujuan mereka. Sedangkan pada tahap Implementation, individu mulai menyelesaikan pendidikan atau pelatihan dan mulai memasuki dunia kerja Santrock, 1997. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI