baik akan mempengaruhi ketetarikan seseorang, sehingga dengan mudah TIK dapat dipahami dan digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat,
seperti guru. Moore dan Benbasat juga memasukan dua konstruksi lebih lanjut
yang diidentifikasi di luar klasifikasi Rogers yang dianggap penting dalam keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi. Yang pertama adalah Citra
image, didefinisikan sebagai sejauh mana penggunaan inovasi dianggap untuk mengubah citra atau status seseorang dalam sistem sosial
seseorang. Konstruk lain yang dianggap diperlukan untuk studi khusus ini adalah sukarela penggunaan, yang didefinisikan sebagai sejauh mana
penggunaan inovasi tersebut dianggap sebagai sukarela voluntariness, atau kehendak bebas Moore dan Benbasat, 1991:195.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas mengenai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran telah beberapa kali dilakukan. Berikut
ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang dapat ditemukan sebagai
pembanding dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti:
1 Penelitian berjudul “Adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi Oleh Guru
Dalam Inovasi Pembelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan oleh Yohanes Harsoyo pada
tahun 2014. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan adopsi TIK dalam pembelajaran ekonomi di SMA. Peneliti
menggunakan 16 karakteristik persepsi dalam penelitian ini, 4 diantaranya adalah, keunggulan relatif, kesesuaian, kesukarelaan, dan citra. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa keunggulan relative, kesesuaian, kesukarelaan, dan citra berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi TIK
dalam pembelajaran. 2
Penelitian berjudul “Model Pengukuran Konstruks Adopsi Inovasi E- L
earning”. Penelitian ini dilakukan oleh I Made Suarta dan I ketut Suwintana. Dipublikasikan April 2012. Penelitian ini mengadaptasi teori
adopsi inovasi dalam konteks pendidikan di Politeknik Negeri Bali. Tujuan penelitian adalah: 1 mendeskripsikan faktor-faktor adopsi inovasi e-
learning; dan 2 menguji model pengukuran adopsi inovasi e-learning. karakteristik inovasi e-learning terdiri atas lima faktor yaitu: 1 keunggulan
relatif, 2 kompatibilitas, 3 kompleksitas, 4 trialability, dan 5 observability. Hasil dari penelitian ini adalah faktor keunggulan relatif
mempunyai rerata tertinggi yakni 3,92, kemudian berturut-turut diikuti oleh faktor trialability 3,71, observability 3,66, kompatibilitas 3,53, serta
faktor kompleksitas mempunyai rerata terendah yakni 2,99. 3
Penelitian berjudul “Fenomena Pemanfaatan TIK Pada Mahasiswa”. Penelitian ini dilakukan oleh Tomi Tamtomo yang dipublikasikan pada tahun
2012. Penelitian ini menggunakan teori Difusi Inovasi untuk menganalisis proses adopsi internet yang terjadi pada para mahasiswa di STBA. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Karakteristik persepsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah relative advantage,
compatibility, complexity, trialability, dan observability. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwasanya relative advantage, compatibility, trialability,
dan observability dipersepsikan memiliki nilai yang tinggi dalam mempengaruhi mahasiswa untuk mengadopsi komputer dan internet.
Sedangkan complexity adalah satu-satunya yang menjadi potensi penghambat bagi responden untuk mengadopsi komputer dan internet tanpa masalah.
C. Kerangka Berpikir Dan Hipotesis
Penelitian ini dilakukan untuk melihat keberhasilan adopsi teknologi informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
ekonomi. Tingkat keberhasilan adopsi TIK, dilihat berdasarkan teori difusi inovasi dari Rogers yang terdiri dari Keunggulan Relatif, Kesesuaian, dan
kemudahan. Kemudian ditambahkan dua konstruk lagi dari Moore, dan Benbasat, yaitu Kesukarelaan, dan Citra.
1. Pengaruh Keunggulan relatif Relative Advantage terhadap Adopsi TIK
Keunggulan reatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik atau unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini bisa diukur dari
beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif yang dirasakan oleh pengadopsi,
semakin cepat inovasi dapat diadopsi Rogers, 2003:15. Ketika suatu inovasi mendatangkan berbagai manfaat maka orang akan cenderung banyak
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga dalam proses
pembelajaran yang dilakukan guru, jika suatu inovasi dirasa membuat proses pembelajaran ataupun pekerjaan akademik menjadi lebih mudah dan efisien
tentunya inovasi tersebut akan diadopsi. Lebih khusus lagi dalam adopsi TIK, ketika TIK dirasakan membawa manfaat, memberikan keunggulan ataupun
meningkatkan kinerja maka TIK akan semakin banyak digunakan oleh guru dalam menjalankan tugas-tugas mereka.
Dari hasil pemaparan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis : Ha : Terdapat pengaruh keunggulan realtif relative advantage terhadap
keberhasilan adopsi TIK. Ho : Tidak terdapat pengaruh keunggulan realtif relative advantage
terhadap keberhasilan adopsi TIK.
2. Pengaruh Kesesuaian Compatibility Terhadap Adopsi TIK
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan
kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat
diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai compatible Rogers, 2003:15. Di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
TIK sudah menjadi hal yang utama. Cara komunikasi, berinteraksi dan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari hampir selalu memanfaatkan TIK. Hal ini
karena TIK tidak bertentangan dengan apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat, TIK justru sesuai seperti apa yang di inginkan masyarakat, bisa memudahkan, mempercepat, lebih efektif dalam mengerjakan tugas-tugas
masyarakat. Begitu pula dengan pekerjaan guru, ketika TIK dirasa memiliki kesesuaian dengan segala aspek pekerjaan guru, maka akan semakin besar
kemungkinan TIK untuk diadopsi oleh guru. Dari hasil pemaparan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis :
Ha : Terdapat pengaruh kesesuaian compatibility terhadap keberhasilan adopsi TIK.
Ho : Tidak terdapat pengaruh kesesuaian compatibility terhadap keberhasilan adopsi TIK.
3. Pengaruh Kemudahan dalam Penggunaan Ease of Use Terhadap Adopsi TIK
Kemudahan dalam penggunaan merupakan derajat dimana inovasi dianggap sebagai sesuatu yang mudah untuk dipahami dan digunakan, konsep
ini kebalikan dari konsep kerumitan complexity. Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan
Rogers, 2003:16. Dengan demikian jika TIK dirasa mudah untuk digunakan maka semakin besar guru akan mengadopsi TIK dalam kegiatan akademik
mereka.