a. Kesalahan sistematik. Kesalahan ini merupakan hasil analisis yang menyimpang secara tetap dari nilai sebenarnya karena proses pelaksanaan prosedur
analisis. Kesalahan sistematik ini dapat diketahui sebabnya sehingga dapat dikendalikan oleh peneliti. Beberapa cara untuk memperkecil kesalahan ini antara
lain dengan melakukan kalibrasi instrumen secara berkala, pemilihan metode dan prosedur standar dari badan resmi, pemakaian bahan kimia dengan derajat untuk
analisis, serta peningkatan pengetahuan dari peneliti yang bekerja di laboratorium analisis.
b. Kesalahan tidak sistematik. Kesalahan ini disebut juga penyimpangan tidak tetap dari hasil penentuan kadar menggunakan instrumen yang disebabkan
fluktuasi dari instrumen yang dipakai derau. Penyebab kesalahan ini tidak diketahui. Salah satu cara untuk mengatasi kesalahan ini adalah dengan
menggunakan instrumen dengan kualitas yang baik.
3. Parameter-parameter validasi metode analisis
Uji yang paling umum dan prosedur pengukuran dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu Anonim, 2005:
a. Kategori I. Kategori ini meliputi metode analisis untuk kuantifikasi komponen terbesar dalam obat atau zat aktif termasuk pengawet dalam sediaan.
b. Kategori II. Kategori ini meliputi metode analisis untuk penentuan pengotor dalam obat atau senyawa degradasi dalam sediaan, termasuk pengukuran
kuantitatif dan uji batas. c. Kategori III. Kategori ini meliputi metode analisis untuk penentuan
sifat-sifat fisik lain dari obat seperti uji disolusi dan uji pelepasan. d. Kategori IV. Kategori ini meliputi metode analisis untuk uji identifikasi.
Parameter-parameter yang diperlukan untuk metode analisis dapat dilihat pada tabel I berikut:
Tabel I. Parameter analisis yang diperlukan untuk kesahihan pengukuran Kategori II
Parameter analisis
Kategori I Kuantitatif
Uji batas Kategori III
Kategori IV
Accuracy Ya
Ya Tidak
Precision Ya
Ya Tidak
Ya Tidak
Specificity Ya
Ya Ya
Ya LOD
Tidak Tidak
Ya Tidak
LOQ Tidak
Ya Tidak
Tidak Linearity
Ya Ya
Tidak Tidak
Range Ya
Ya Tidak
= mungkin diperlukan tergantung dari jenis uji
Anonim, 2005
G. Landasan Teori
Amoksisilin memiliki kemiripan struktur dengan sefaleksin. Penetapan kadar amoksisilin diharapkan dapat dilakukan secara spektrofotometri visibel
menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin, seperti yang pernah dilkakukan pada sefaleksin. Prinsip penetapan kadar tersebut adalah berdasarkan reaksi antara
amoksisilin dengan hasil kondensasi antara satu mol formalin dan dua mol asetilaseton membentuk warna kuning yang intensitasnya kemudian diukur
menggunakan spektrofotometri visibel pada panjang gelombang serapan maksimum.
H. Hipotesis
Amoksisilin dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometer visibel dengan menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin. Metode yang
dikembangkan tersebut memenuhi parameter validasi yaitu akurasi, presisi, dan linearitas serta dapat diaplikasikan pada sediaan tablet amoksisilin.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian