Optimasi penetapan kadar amoksisilin Patel dkk., 1992

Ditimbang seksama sejumlah serbuk dari 20 tablet yang setara dengan 104,85 mg amoksisilin dan 104,85 mg baku amoksisilin. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan akuades sampai tanda. Dipipet 1,0 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, ditambahkan pereaksi dengan pH dan volume hasil optimasi. Didiamkan selama operating time pada suhu 35 o C, diencerkan dengan akuades sampai tanda. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang serapan maksimum. Dilakukan juga pengukuran blangko. Setelah itu dihitung jumlah perolehan kembali sampel. b. presisi dinyatakan dengan koefisien variasi. Penetapan koefisien variasi dilakukan dengan menggunakan data kadar amoksisilin dalam tablet AM. c. linearitas dinyatakan dengan koefisien korelasi. Penetapan koefisen korelasi dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi korva baku amoksisilin.

F. Analisis Hasil

Analisis hasil penelitian berupa analisis validitas metode yang meliputi linearitas dengan taraf kepercayaan 99, akurasi, dan presisi. Selain itu, dilakukan juga analisis kuantitatif berupa kadar amoksisilin yang dihitung dengan menggunakan persamaan kurva baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Larutan Baku Amoksisilin

Larutan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan baku amoksisilin 0,005 M dalam akuades. Larutan ini dibuat dengan cara melarutkan 209,7 mg baku amoksisilin dalam 100,0 ml akuades. Pelarut yang digunakan adalah akuades karena amoksisilin larut dalam akuades Anonim, 1995.

B. Penetapan Waktu Reaksi dan

Operating Time OT Waktu reaksi merupakan waktu yang dibutuhkan agar reaksi berlangsung sempurna, sehingga pada pengukuran yang terbaca adalah semua amoksisilin yang telah bereaksi. Pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pereaksi campuran asetilaseton-formalin. Pereaksi tersebut dibuat dengan cara mencampurkan asetilaseton dan formalin di dalam bufer asetat yang terdiri dari asam asetat dan natrium asetat. Bufer asetat berfungsi menjaga pH pereaksi agar stabil di sekitar pH 4. Setelah dicampur, larutan dipanaskan selama 5 menit pada suhu 80 o C untuk mempercepat reaksi. Kemudian larutan didinginkan, dan dilakukan penyesuaian pH dengan menggunakan larutan HCl atau larutan NaOH. Seperti yang disusulkan oleh Rofie 2005, mekanisme reaksi pembentukan pereaksi asetilaseton-formalin dapat dilihat pada gambar 7 berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING.

0 2 18

Validasi metode spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi fenantrolina pada penetapan kadar hidrokuinon dalam krim simulasi.

2 12 75

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar sefadroksil menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin.

3 23 103

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar ampisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin.

3 17 89

Validasi Metode Penetapan Kadar Amoksisilin Trihidrat Berdasarkan Hasil Hidrolisis Secara Spektrofotometri Ultraviolet (UV) - Ubaya Repository

0 0 1

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar amoksisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin - USD Repository

0 0 76

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar ampisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin - USD Repository

0 0 87

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar sefadroksil menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin - USD Repository

0 0 101

PENETAPAN KADAR BESI DALAM SUSU CAIR UNTUK IBU HAMIL SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DENGAN PEREAKSI 1, 10-FENANTROLIN

0 0 86

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL MENGGUNAKAN PEREAKSI o-FENANTROLINA PADA PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM SIMULASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 73