PENELAAHAN PUSTAKA
A. Amoksisilin
Amoksisilin gambar 2 adalah antibiotik golongan β-laktam turunan
aminopenisilin yang bersifat bakterisid, bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri Petri, 2001. Tanpa adanya dinding sel, bakteri tidak dapat bertahan
terhadap pengaruh luar. Selain itu, kerusakan membran dapat mengganggu pertukaran zat aktif yang penting untuk kehidupan bakteri Wattimena dkk., 1997.
Antibiotik ini mempunyai spektrum kerja yang luas, dapat mengalami absorpsi cepat dan sempurna dari saluran pencernaan, serta tahan dalam suasana asam sehingga
dapat diberikan secara oral Petri, 2001. Amoksisilin berupa serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau. Amoksisilin
sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzen, dalam karbontetraklorida, dan dalam kloroform Anonim, 1995. Larutan yang mengandung
amoksisilin 2 mgml mempunyai pH antara 3,5 sampai 6,0 Anonim, 2005. Baku pembanding yang digunakan adalah amoksisilin Baku Pembanding Farmakope
Indonesia BPFI, tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Amoksisilin harus disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar terkendali Anonim, 1995.
Tablet amoksisilin mengandung tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 120,0 C
16
H
19
N
3
O
5
S jumlah yang tertera pada etiket. Tablet amoksisilin harus disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar terkendali Anonim, 2005.
Amoksisilin dapat ditetapkan kadarnya dengan berbagai cara, antara lain Bird, 1994:
1. Metode titrimetri yang meliputi iodometri dan potensiometri. Pada penetapan kadar menggunakan kedua metode tersebut, amoksisilin harus dihidrolisis
terlebih dahulu menjadi asam penisiloat. Selanjutnya, pada metode iodometri hasil hidrolisis tersebut akan bereaksi dengan iodium atau kalium iodat,
sedangkan pada metode potensiometri dengan litium-metoksid, asam perklorat, merkuri nitrat, atau kupri sulfat.
2. Metode spektrofotometri yang meliputi spektrofotometri ultraviolet dan visibel. Pada penetapan kadar menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet,
amoksisilin harus diderivatisasi agar memberikan serapan yang cukup. Sementara itu, pada metode spktrofotometri visibel amoksisilin akan bereaksi
dengan suatu senyawa membentuk warna yang kemudian diukur serapannya pada daerah cahaya tampak. Salah satu contohnya adalah reaksi antara gugus karbonil
pada cincin β-laktam amoksisilin dengan hidroksilamin dan ion ferri membentuk
kompleks warna ungu yang kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 480 nm.
3. Metode kromatografi yang meliputi kromatografi lapis tipis, kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan fase gerak campuran larutan kalium fosfat dalam air
dan asetonitril 96:4 dan fase diam oktadesilsilan, serta kromatografi gas. Khusus untuk kromatografi gas, amoksisilin harus diderivatisasi terlebih dahulu
agar mudah menguap dan stabil pada suhu tinggi. 4. Metode lainnya seperti elektroforesis, polarografi, fluoresensi, mikrobiologi
menggunakan Sarcina lutea atau Bacillus subtilis, dan Enzyme Linked Immunosorbent Assay ELISA.