Amoksisilin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Asetilaseton gambar 4 atau CH 3 .CO.CH 2 .CO.CH 3 BM = 100,211 merupakan cairan tidak berwarna atau kuning lemah, barbau harum, dan mudah terbakar. Satu bagian asetilaseton larut dalam delapan bagian air, dapat campur dengan alkohol, benzen, kloroform, eter, aseton, dan asam asetat glasial Anonim, 1989. Asetilaseton mendidih pada suhu 138-139 o C Anonim, 1995. H 3 C C O C H 2 C O CH 3 Gambar 4. Struktur Asetilaseton

C. Formalin

Formalin merupakan larutan 37 uap formalin gambar 5 atau HCHO BM = 30,03 di dalam air. Formalin berupa cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, bau menusuk, serta memiliki uap yang merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan. Jika disimpan di tempat dingin formalin akan menjadi menjadi keruh. Formalin dapat bercampur dengan air, alkohol, dan aseton Anonim, 1989. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, pada suhu di atas 20 o Anonim, 1995. H C O H Gambar 5. Struktur Formalin

D. Spektrofotometri UV-Vis

1. Definisi spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik spektroskopik yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat 190 – 380 nm dan sinar tampak 380 – 780 nm dengan instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif Mulja dan Suharman, 1995. Secara umum, spektrofotometri UV-Vis terbagi menjadi dua metode, yaitu direct spectrophotometry UV-Vis dan indirect spectrophotometry UV-Vis. Pada direct spectrophotometry serapan energi cahaya didasarkan oleh ikatan rangkap terkonjugasi pada senyawa tersebut. Sementara pada indirect spectrophotometry, pengukuran serapan energi cahaya dapat dilakukan setelah senyawa mengalami reaksi kimiawi atau modifikasi gugus kromofor Schimer, 1982.

2. Konsep dasar radiasi elektromagnetik

Panjang gelombang cahaya ultraviolet ataupun sinar tampak yang diserap suatu senyawa bergantung pada mudahnya terjadi promosi elektron pada senyawa tersebut. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang Fessenden dan Fessenden, 1994. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Max Planck bahwa cahaya merupakan suatu paket energi diskret yang disebut foton. Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi. Rumusan energi sebuah foton dinyatakan sebagai Mulja dan Suharman, 1995: E = h . v = h . λ c = h . c . v Keterangan: E = energi yang diabsorpsi J h = konsatante Planck sebagai faktor pembanding = 6,63 x 10 -27 erg.detik atau 6,63 x 10 -34 Joule detik v = frekuensi radiasi Hz c = kecepatan cahaya = 3 x 10 10 cmdetik λ = panjang gelombang cm v = bilangan gelombang cm -1

3. Tipe transisi elektron

Suatu senyawa dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis karena mempunyai elektron, baik berpasangan maupun sendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi Skoog, 1985. Ada tiga macam distribusi elektron di dalam suatu senyawa organik secara umum, yang selanjutnya dikenal sebagai orbital elektron pi π, sigma σ, dan elektron tidak berpasangan n. Transisi yang dapat terjadi adalah Skoog, 1985: a. transisi σ →σ . Pada transisi tipe ini, suatu elektron di dalam orbital molekul bonding akan dieksitasikan ke orbital anti bonding sehingga molekul berada dalam bentuk excited state. Untuk mengeksitasikan elektron yang berada dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat kuat orbital σ diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek. Oleh karena itu, serapan maksimum yang disebabkan oleh transisi σ →σ tidak pernah teramati dalam daerah ultraviolet dekat. Transisi σ →σ memberikan serapan maksimum pada daerah ultraviolet jauh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING.

0 2 18

Validasi metode spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi fenantrolina pada penetapan kadar hidrokuinon dalam krim simulasi.

2 12 75

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar sefadroksil menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin.

3 23 103

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar ampisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin.

3 17 89

Validasi Metode Penetapan Kadar Amoksisilin Trihidrat Berdasarkan Hasil Hidrolisis Secara Spektrofotometri Ultraviolet (UV) - Ubaya Repository

0 0 1

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar amoksisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin - USD Repository

0 0 76

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar ampisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin - USD Repository

0 0 87

Validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar sefadroksil menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin - USD Repository

0 0 101

PENETAPAN KADAR BESI DALAM SUSU CAIR UNTUK IBU HAMIL SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DENGAN PEREAKSI 1, 10-FENANTROLIN

0 0 86

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL MENGGUNAKAN PEREAKSI o-FENANTROLINA PADA PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM SIMULASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 73