menyayangi informan 2. Informan 1 sudah tidak mempermasalahkan hal itu karena merasa bahwa ibunya dan informan 2 lebih dekat
karena sama-sama perempuan. Sebaliknya, informan 2 justru merasa bahwa informan 1 lebih disayang oleh ibunya karena sering
membelikan barang untuk informan 1. Meski demikian, informan 2 menyadari bahwa seorang adik memang membutuhkan perhatian
lebih dan sekarang pun kebutuhan keduanya terpenuhi secara seimbang, sehingga informan 2 tidak lagi mempermasalahkan
perbedaan perlakuan dari ibunya. Saat ini, informan 1 dan informan 2 sudah jarang bermasalah.
Masalah-masalah yang muncul biasanya terjadi karena sifat jahil atau kekeraskepalaan informan 1. Akan tetapi, keduanya mampu
menyelesaikan masalah dengan cepat dan tanpa kekerasan.
3 Solidaritas
Solidaritas dalam relasi A terlihat kuat. Ketika memiliki masalah, informan 1 dan informan 2 akan saling memberikan solusi,
bahkan terkadang bertindak langsung, untuk membantu satu sama lain. Informan 1 menyampaikan bahwa ia pernah merasa sebal
dengan orang yang menyakiti informan 2. Relasi A juga merupakan relasi yang saling suportif. Informan 1 mendukung informan 2
melalui nasihat atau solusi yang diberikan, mendukung keinginan dan keputusan informan 2, serta menghadiri momen-momen penting
dalam hidup informan 2. Informan 2 sendiri mendukung informan 1 melalui kata-kata, baik itu nasihat, omelan, maupun penyemangat.
Informan 2 juga berusaha menjadi contoh yang baik untuk informan 1 karena merasa bahwa anggota keluarga mereka yang lainnya
kurang cocok dijadikan panutan.
4 Relasi Symmetrical dan Complementary Knapp dan Vangelisti,
1995 Pada masa kanak-kanak, informan 1 dan informan 2 belum
dapat membentuk relasi yang complementary karena keduanya memiliki sifat keras kepala dan masih mementingkan haknya sendiri.
Akan tetapi, saat ini keduanya sudah mampu mengesampingkan ego masing-masing sehingga konflik lebih jarang terjadi. Bahkan,
informan 1 seringkali menenangkan informan 2 ketika merasa khawatir atau tidak yakin. Sebaliknya, ketika informan 1 bertindak
gegabah, informan 2 menenangkannya dan membantu meluruskan masalah. Selain sifat complementary tersebut, relasi A juga memiliki
sifat symmetrical. Hal tersebut tampak ketika informan 1 dan informan 2 saling membantu memenuhi kebutuhan masing-masing,
seperti kebutuhan untuk bercerita dan mengekspresikan diri. Keduanya saling memberi perhatian dan penguatan. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua informan menerapkan relasi yang
bersifat complementary maupun symmetrical dalam hubungan mereka.
2. Relasi B: Informan 3 dan Informan 4
a. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3
Tabel 2.4. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3
KETERANGAN TEMPAT
HARI, TANGGAL
WAKTU
Wawancara I Kobayashi
Pattisserie dan Boulagerie
Jumat, 5 Desember 2014
13.00 –
14.00 WIB Wawancara II
Rumah Informan 3,
Pogung Senin, 8
Desember 2014 17.00
– 18.00 WIB
Member checking Rumah
Informan 3, Pogung
Jumat, 9 Januari 2015
13.30 –
14.15 WIB
b. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 4
Tabel 2.5. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 4
KETERANGAN TEMPAT
HARI, TANGGAL
WAKTU
Wawancara I Ayara
Coffeeshop, Jalan Sudirman
Selasa, 4 November 2014
15.30 –
18.00 WIB Wawancara II
Zara-Zara LN2 Ice Cream,
Ringroad Utara Senin, 10
November 2014 14.00
– 15.00 WIB
Member checking J.Co Donuts
dan Coffee, Jogja City Mall,
Jalan Magelang Senin, 12 Januari
2015 17.00
– 18.30 WIB
c. Relasi B dari Sudut Pandang Informan 3
Dibandingkan dengan teman-teman maupun dengan orangtuanya, informan 3 lebih dekat dengan saudara kandungnya informan 4.
Kekecewaan dan kebingungannya akan perpisahan orangtua ia ceritakan dengan saudara kandungnya. Informan 3 mengatakan bahwa
saudara kandungnya kemudian menceritakan kepadanya mengenai konflik-konflik orangtuanya yang tidak diketahuinya, serta perasaan-
perasaan saudara kandungnya tentang perceraian. Diskusi-diskusi tersebut membuat informan 3 dan saudara kandungnya lebih mampu
untuk saling memahami. Pernyataan ini membuat harapan informan 3 untuk dapat senantiasa akrab dengan saudara kandungnya menjadi hal
yang wajar. Hal ini disampaikan oleh informan 3: “Menanggapinya yo dia juga cerita sih. Cerita dari dulu
pertama dia ngerti diceritain dari bapak sama ibu, ya dia
udah bilang dulu. Ya sehabis di perceraian itu dia ceritanya. Ya sama-sama
ngertiin aja .” Informan 3, 97 –
100 Informan 3 dan saudara kandungnya bertemu setiap hari karena
tinggal serumah. Ketika berada di rumah, keduanya sering berdiskusi selama beberapa jam setiap harinya. Jika salah satu sedang berpergian
ke luar kota atau tidak berada di rumah, keduanya akan saling mengabari melalui pesan singkat. Meskipun tinggal serumah, informan
3 dan saudara kandungnya tetap menyempatkan diri untuk berpergian bersama ketika mempunyai waktu luang. Hal ini terungkap dalam
wawancara:
“Cukup. Sesering apa ya... Dikit-dikit diskusi lah pokokmen. Walaupun jauh, tetap SMS. Apapun cerita sama
kakakku lah kalau sekarang. ... Nggak sering sih, ya kadang
pengen main ke mana gitu, pas waktu luang. Apa nggak yang pergi agak jauh gitu. Kalau pas ada balapan di luar
kota gitu, ya bareng
..” Informan 3, 148 – 150 dan 167 – 169
Informan 3 mengatakan bahwa diskusi berjam-jam dengan saudara kandungnya banyak diisi dengan bahasan mengenai hobi
mereka, yaitu bersepeda. Cerita-cerita keseharian dan lain sebagainya juga diceritakan oleh informan 3 kepada saudara kandungnya, begitu
pula sebaliknya. Informan 3 mengakui bahwa ia dekat dengan saudara kandungnya, sehingga bisa menceritakan apapun kepadanya dan merasa
lega setelah bercerita. Informan 3 pun merasa bahwa beban pikirannya berkurang setelah berbicara dengan saudara kandungnya. Demikian
kata-kata informan 3: “Masalah hobi, pasti. Sepedaan itu. Banyak lah pokokmen.
Dia baru habis ngapain, ceritain. Dia ketemu sama siapa,
ceritain. Ya ngobrol-ngobrol biasa gitu. Ya ngobrol dari hal-hal paling
nggak penting sampai yang penting.”
Informan 3, 172 – 176
Hubungan informan 3 dan saudara kandungnya tidak banyak
diwarnai oleh konflik. Keduanya sangat akur, dan konflik yang muncul lebih banyak terjadi karena salah satu pihak tidak melakukan apa yang
diminta atau kata-kata yang menyakiti. Akan tetapi, informan 3 lebih banyak bercanda ketika saudara kandungnya membentaknya, sehingga
tidak belanjut menjadi sebuah masalah. Setiap konflik yang muncul mampu diselesaikan dengan cepat, yaitu dalam waktu satu jam. Cara