Relasi A dari Sudut Pandang Informan 2

“Tapi akhir-akhir ini, semenjak kita kuliah, ya cerita. Misalnya ada apa, dia sama pacarnya gimana, sering cerita. ... Apa ya, ya kuliahnya dia. Terus, masalah keuangannya dia selama kuliah, cerita tentang pacarnya dia. Aku cerita tentang pacarku, ya tukar-tukaran cerita gitu. Cerita tentang bapak mungkin, sekali- sekali.” Informan 2, 192 – 194 Informan 2 sendiri mengatakan bahwa ia lebih banyak bercerita pada pacarnya. Namun, informan 2 masih senang bercerita pada saudara kandungnya. Ketika menceritakan masalah yang dimilikinya, informan 2 mendapatkan umpan balik yang baik dan membangun dari dari saudara kandungnya. Informan 2 juga merasa bahwa saudara kandungnya sangat protektif terhadap dirinya, sehingga tidak jarang saudara kandungnya akan langsung bertindak untuk membantu informan 2 menyelesaikan masalahnya. Hal ini tampak dari kata-kata informan 2: “Dia overprotective sebenarnya sama aku. Kayak pernah kan, aku berantem sama pacar, terus aku cerita ke Kristo. Terus Kristo-nya, ngerasa , “Wah, kok mbakku diginiin sih ?” Terus dia ngomong sama Mas Bondan. Kelihatan sayangnya sih. ... Feedback yang membangun yang jelas. Tapi selama ini dia memberikan feedback yang baik sih, yang membangun. Bisa membuat aku lebih sabar, lebih tenang.” Informan 2, 303 – 313 Meskipun dibesarkan bersama-sama oleh ibu, informan 2 merasakan perbedaan perlakuan ibunya terhadap dirinya dan saudara kandungnya. Informan 2 merasa bahwa ibunya lebih memperhatikan saudara kandungnya ketimbang dirinya, tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi sikap informan 2 terhadap ibu maupun saudara kandungnya. Sebelum informan 2 pindah ke Yogyakarta, ia dan saudara kandungnya sering bertengkar karena masalah-masalah sepele. Akan tetapi, sekarang ini konflik sudah sangat jarang di dalam hubungan mereka. Jika terjadi konflik, hanya akan berlangsung selama satu atau dua jam, kemudian keduanya akan berbaikan dan bercakap-cakap lagi seperti biasa. Informan 2 mengatakan: “... Kayak gitu itu. Tapi semakin ke sini, kita kan semakin dewasa. Yo marah yo marah aja, tapi nggak sampai diam beberapa hari. Paling sejam dua jam, paling cuma “mbuh”, paling cuma gitu doang. Nggak pernah yang kayak dulu lagi. ... Kita main, terus pulang, terus ceritanya udah ngajak ngobrol lagi. Udah baikan lagi.” Informan 2, 318 – 322 dan 356 - 357 Informan 2 menggambarkan hubungannya dengan saudara kandungnya sebagai hubungan kakak-adik yang suportif. Informan 2 mendukung saudara kandungnya melalui nasihat-nasihat dan tindakan langsung yang dilakukan untuk membantu saudara kandungnya. Sebaliknya, saudara kandung informan 2 mendukung informan 2 dengan memberikan nasihat, bertindak untuk menyelesaikan masalah informan 2, bahkan hadir langsung dalam momen-momen penting dalam hidup informan 2. Bahkan saudara kandung informan 2 yang mendukung rencananya untuk bekerja di Surabaya dan menikah tahun 2016. Informan 2 merasa bahwa ia dan saudara kandungnya saling menjaga dengan mengkomunikasikan informasi-informasi penting. Selain itu, informan 2 juga berusaha menjadi contoh yang baik untuk adiknya dengan aktif di berbagai kegiatan, supaya adiknya tidak meniru ayah dan kakaknya yang tertua. Informan 2 pun tidak segan untuk membantu saudara kandungnya ketika sedang mengalami kesulitan keuangan. Informan 2 menyatakan demikian: “Jadi, ya, sama-sama saling memberikan informasi, saling memberikan dukungan, saling menjaga. ... “Bisa nikah kapan, Bu?” Terus kata ibu, “Ya, 2018 yo, bar Kristo rampung kuliah.” Nah, Kristo tuh malah bilang, “Ojo, Bu. 2016 aja, Bu, selak tuo Mas Bondan-nya, 31 tahun. Ojo 2018.” Jadi malah Kristo yang mbelani aku.” Informan 2, 507 – 509, dan 625 – 629 Dikarenakan rencana informan 2 untuk mencari kerja di Surabaya, informan 2 dan saudara kandungnya akan menjadi lebih jarang bertemu. Informan 2 berharap ia dapat tetap berkomunikasi dengan saudara kandungnya dan agar saudara kandungnya tetap semangat menjalani kehidupan. Informan 2 juga bercita-cita untuk mengajak saudara kandungnya berlibur ke Surabaya.

e. Kesimpulan Relasi A

1 Kedekatankeintiman Informan 1 dan informan 2 berkomunikasi hampir setiap hari meskipun tinggal terpisah. Keduanya bertemu setiap minggu, berkisar satu sampai lima kali seminggu. Durasi setiap pertemuan berkisar dari satu jam sampai seharian penuh. Baik informan 1 maupun informan 2 merasa senang ketika bertemu, dan terdapat keinginan untuk berinteraksi dengan satu sama lain secara lebih intens di masa depan. Selama di Yogyakarta, keduanya bertemu untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, seperti untuk mencari makan bersama-sama, meminta bantuan, atau untuk pulang ke Magelang. Pertemuan informan 1 dan informan 2 juga diisi dengan kegiatan saling bertukar cerita. Informan 1 menyatakan bahwa ia selalu menceritakan masalahnya kepada informan 2, karena ia memandang informan 2 sebagai figur yang lebih berpengalaman dan mampu memberikan solusi. Setelah bercerita dengan informan 2, informan 1 merasa lega. Selain menceritakan masalahnya, informan 1 juga seringkali menceritakan kesehariannya kepada informan 2. Informan 1 selalu memperhatikan dan mempertimbangkan suasana hati informan 2 terlebih dahulu sebelum bercerita agar tidak menambah beban pikiran informan 2. Informan 2 sering menceritakan keseharian dan masalah- masalahnya pada informan 1. Informan 2 memandang informan 1 sebagai orang yang lebih tenang, bijak, dan perhatian, sehingga informan 2 merasa nyaman untuk bercerita kepadanya. Informan 2 juga menyatakan kecemasannya ditinggalkan oleh informan 1. 2 Konflikpersaingan yang rendah Informan 1 dan informan 2 sering bertengkar ketika masih kecil. Informan 1 merasa bahwa ibunya memperlakukannya dengan berbeda, karena terlihat seolah-olah ibu informan 1 lebih menyayangi informan 2. Informan 1 sudah tidak mempermasalahkan hal itu karena merasa bahwa ibunya dan informan 2 lebih dekat karena sama-sama perempuan. Sebaliknya, informan 2 justru merasa bahwa informan 1 lebih disayang oleh ibunya karena sering membelikan barang untuk informan 1. Meski demikian, informan 2 menyadari bahwa seorang adik memang membutuhkan perhatian lebih dan sekarang pun kebutuhan keduanya terpenuhi secara seimbang, sehingga informan 2 tidak lagi mempermasalahkan perbedaan perlakuan dari ibunya. Saat ini, informan 1 dan informan 2 sudah jarang bermasalah. Masalah-masalah yang muncul biasanya terjadi karena sifat jahil atau kekeraskepalaan informan 1. Akan tetapi, keduanya mampu menyelesaikan masalah dengan cepat dan tanpa kekerasan. 3 Solidaritas Solidaritas dalam relasi A terlihat kuat. Ketika memiliki masalah, informan 1 dan informan 2 akan saling memberikan solusi, bahkan terkadang bertindak langsung, untuk membantu satu sama lain. Informan 1 menyampaikan bahwa ia pernah merasa sebal dengan orang yang menyakiti informan 2. Relasi A juga merupakan relasi yang saling suportif. Informan 1 mendukung informan 2 melalui nasihat atau solusi yang diberikan, mendukung keinginan dan keputusan informan 2, serta menghadiri momen-momen penting