Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
pengaruh sosialisasi yang lebih kuat pada anak dibandingkan dengan orangtuanya sendiri Cicirelli, 1995, dalam Santrock, 2007.
Suasana keluarga yang sejahtera akan mendukung terbentuknya relasi yang harmonis dengan saudara kandung, yang memungkinkan peran dan
interaksi saudara kandung dengan anak menjadi lebih optimal. Keluarga yang sejahtera tersebut dipahami sebagai adanya keserasian atau kesatuan
antara ayah dan ibu Gunarsa, 1990, sehingga keberadaan konflik orangtua akan sangat mengganggu kesatuan tersebut. Dalam kondisi keluarga dengan
orangtua bercerai, seringkali muncul ketegangan, ketidakstabilan, dan sikap bermusuhan dalam keluarga Medinnus dan Johnson, 1969. Ketegangan
atau agresi dalam keluarga, terutama interaksi tidak harmonis antar orangtua, akan diinternalisasikan oleh anak dan diterapkan dalam relasinya
dengan orang lain, salah satunya relasi dengan saudara kandung Conger et al., 2009.
Konflik orangtua yang tinggi dan stres yang muncul akibat perceraian orangtua akan menyebabkan dua orang saudara kandung untuk memiliki
relasi yang berkualitas rendah Jenkins, 1992, dalam Conger et al., 2009; MacKinnon, 1989; Poortman dan Voorpostel, 2008. Penelitian
menyebutkan bahwa relasi saudara kandung pada keluarga bercerai cenderung lebih bermusuhan, kurang suportif, dan lebih renggang daripada
relasi saudara kandung pada keluarga yang masih utuh Riggio, 2001. Perceraian juga akan memunculkan aliansi, yaitu satu anak berpihak pada
salah orangtua selama proses atau transisi masa perceraian Christensen dan
Margolin, 1988, dalam Conger et al., 2009. Aliansi terjadi bila anak mengidentifikasi diri dengan orangtua yang berbeda. Ketidaksepakatan
orangtua mana yang didukung menyebabkan terjadinya keterpisahan antar saudara kandung secara emosional Conger et al., 2009. Selain itu, dampak
perceraian yang negatif terhadap relasi orangtua dengan anak juga berperan besar dalam menjadikan relasi anak dengan saudaranya sebagai relasi yang
negatif Stocker dan Youngblade, 1999, dalam Conger et al., 2009. Dengan terus meningkatnya angka perceraian di Indonesia sejak tahun
2001 Hadriani, 2013, dalam tempo.co, diunduh 20 September 2013, tentu saja masalah seperti ini semakin banyak terjadi. Padahal, keharmonisan dan
kehangatan yang didapatkan dari relasi dengan saudara kandung yang positif sangat dibutuhkan oleh anak untuk dapat melalui perceraian orangtua
dengan lebih baik. Relasi dengan saudara kandung yang kuat dapat berperan sebagai pelindung anak dari stres akibat perceraian Hetherington, 1989,
Kempton et al., 1991, Wallerstein et al., 1988, dalam Jennings, 1998, dengan membantu membentuk anak menjadi pribadi yang positif, berfungsi
secara adaptif Stocker, 1994, dan meningkatkan perilaku pro-sosial Brody, 2004. Kebutuhan tersebut semakin tinggi terutama pada remaja
yang sedang memerlukan suasana aman Gunarsa, 1990 serta pendampingan figur parental Bisono, 2009. Pada masa remaja pula,
saudara kandung memiliki pengaruh yang serupa dengan teman sebaya terhadap seseorang East, 1992, dalam Lerner, 2009. Maka dari itu,
penelitian ini ingin mengungkap bagaimana kualitas relasi antar saudara kandung usia remaja dari orangtua yang telah bercerai.