Relasi B dari Sudut Pandang Informan 3

informan 3 dan saudara kandungnya menyelesaikan konflik adalah dengan mengambil waktu untuk berbicara dengan satu sama lain dan meminta maaf. Informan 3 menyatakan dalam wawancara: “Jarang, jarang banget. Dalam seminggu nggak mesti. ... Sejam paling. Misalnya punya masalah hari ini, malamnya udah beres.” Informan 3, 222 dan 236 – 237 Informan 3 menyatakan bahwa saudara kandungnya merasa ibunya lebih memanjakan informan 3. Meskipun begitu, saudara kandung informan 3 hanya mempermasalahkan hal tersebut dengan ibunya dan tidak dengan informan 3, sehingga hubungan dengan saudara kandungnya tidak terluka oleh hal itu. Informan 3 dan saudara kandungnya saling memberikan solusi dan saran untuk masalah-masalah yang dialami. Keduanya juga dapat saling mempertimbangkan solusi yang diberikan oleh satu sama lain. Informan 3 mengatakan bahwa dirinya sering merasa sebal dengan orang yang menyakiti saudara kandungnya, dan seringkali bertindak langsung dengan cara menemui orang tersebut dan mengajaknya berbicara. Terbukti dalam wawancara: “Tapi kalau dia dijahatin sama orang ya aku ikut sebal. Ya orang itu aku ajak ngomong, kalau emang bikin sebal benaran. Kalau cuma karena sifat ya enggak, tapi kalau dia ngapain kakakku ya aku ajak ngomong .” Informan 3, 271 – 278 Informan 3 merasa memiliki hubungan yang suportif dengan saudara kandungnya. Informan 3 selalu mendukung keinginan dan hobi saudara kandungnya, misalnya dengan membantu dan menemani saudara kandungnya mencari keperluan bersepeda. Informan 3 juga merasa bahwa saudara kandungnya turut mendukungnya dalam hobi bersepedanya. Bahkan saudara kandungnya pernah membelikan informan 3 sebuah sepeda untuk kejutan.

d. Relasi B dari Sudut Pandang Informan 4

Meskipun aspek akademis dan relasi sebaya informan 4 sempat terganggu, hubungannya dengan saudara kandungnya informan 3 justru semakin dekat setelah perceraian. Bahkan, informan 4 berharap dapat menjaga kekompakannya dengan saudara kandungnya hingga tua. Sekarang ini, informan 4 dan saudara kandungnya bertemu setiap hari di rumah dan selalu saling mengontak ketika tidak sedang bertemu. Ketika saudara kandungnya berada di luar kota untuk berkegiatan, informan 4 juga selalu mengecek keadaannya. Seperti yang dikatakan oleh informan 4 dalam wawancara: “Kalau kontak sih sering banget. Hampir setiap hari sih. Kalau dia ke mana, karena aku ngerasa dekat sih sama adikku. ... Hampir setiap hari pasti kontak. Kalau dia lagi di luar kota ya pasti tak tanyain, minimal satu dua kali. Tapi kalau di rumah sih sering, paling kalau nggak di rumah tuh ya nyariin ...” Informan 4, 221 – 232 Di rumah, informan 4 dan saudara kandungnya banyak bercerita. Cerita-cerita yang menjadi bahasan keduanya biasanya berupa cerita sehari-hari, cerita tentang anggota keluarga yang lain, dan diskusi tentang minat bersepeda mereka. Informan 4 juga sering berkeluh kesah dan menceritakan masalahnya kepada saudara kandungnya. Hal ini dilakukan informan 4 karena ia merasa mendapatkan ketenangan dan kenyamanan dari bercerita dengan saudara kandungnya. Sesekali saudara kandung informan 4 juga menceritakan masalahnya kepada informan 4. Dalam wawancara, informan 4 menyatakan: “Menurutku, cerita sih sering, cuma nggak dalam gitu. Tentang masalah masing-masing itu nggak terlalu dikeluarkan, jadi cuma masalah yang melibatkan aku atau dia. ... Kebanyakan tentang sepeda sama keluarga. ... Oh, ya. Beberapa kali cerita keseharian, eh sering sih kayak gitu.” Informan 4, 234 – 238, 259 – 260, dan 279 Informan 4 menyatakan bahwa dirinya jarang bermasalah dengan saudara kandungnya. Konflik muncul karena perbedaan pendapat dan salah satu pihak keras kepala, atau ketika informan 4 membangunkan saudara kandungnya secara tiba-tiba. Selain itu, informan 4 juga merasa bahwa ibunya lebih memanjakan dan lebih terbuka dengan saudara kandungnya. Informan 4 dapat menerima keadaan tersebut, karena mengetahui bahwa ibunya lebih senang dengan saudara kandungnya yang tidak pernah menyanggah ibunya seperti yang dilakukan oleh informan 4. Informan 4 dan saudara kandungnya juga bersedia untuk saling meminta maaf sehingga masalah dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, biasanya pada hari yang sama. Hal ini tampak dalam wawancara dengan informan 4: “Jarang banget ada masalah. Paling cuma cek-cok cek-cok gitu sih. Beda pendapat tentang suatu hal, kayak mau benarin sepeda ini, dengan caraku. ... Kalau berantem benar-benar berantem itu nggak pernah. ... Nggak pernah lama sih kalau marah sama dia, karena aku ngerasa kalau aku marah sama dia rasanya aneh tuh lho .” Informan 4, 309 – 311, 306 – 307, dan 359 – 360 Ketika informan 4 atau saudara kandungnya memiliki masalah, pihak yang lainnya akan memberikan saran atau solusi untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Keduanya juga bersedia untuk mempertimbangkan masukan dari pihak yang lain. Selain memberikan saran, informan 4 juga sering memberikan kata-kata penenangan untuk saudara kandungnya. Ketika saudara kandungnya bercerita kepadanya, informan 4 merasa sangat ingin membantu saudara kandungnya. Terkadang ia juga merasa kesal ketika saudara kandungnya disakiti oleh orang lain. Informan 4 berkata demikian: “Terus ya karena aku mencoba buat menjadi pendengar yang baik, ya aku mendengarkan dulu, habis itu ya kasih solusi atau gimana. ... Kayak aku butuh bantuan tentang ada hal yang aku nggak tahu, terus dia mau cari solusinya dulu. Habis sehari setelahnya dia ngasih tahu aku, caranya kayak gini.” Informan 4, 460 – 462 dan 467 – 470 Selain memberikan solusi, informan 4 dan saudara kandungnya juga saling mendukung lewat kehadiran dan tindakan. Informan 4 mendukung keputusan-keputusan saudara kandungnya, memantau kondisi akademisnya, membantunya dalam berkarya, dan memodali usaha saudara kandungnya. Sebaliknya, saudara kandung informan 4 mendukung informan 4 dalam menekuni hobinya, membantu informan 4 ketika meminta pertolongannya, serta meluangkan waktu untuk hadir di saat-saat penting. Kebiasaan keduanya untuk saling merawat ketika sakit juga memperkuat alasan informan 4 merasa kompak dengan