Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3 Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 4

“Cukup. Sesering apa ya... Dikit-dikit diskusi lah pokokmen. Walaupun jauh, tetap SMS. Apapun cerita sama kakakku lah kalau sekarang. ... Nggak sering sih, ya kadang pengen main ke mana gitu, pas waktu luang. Apa nggak yang pergi agak jauh gitu. Kalau pas ada balapan di luar kota gitu, ya bareng ..” Informan 3, 148 – 150 dan 167 – 169 Informan 3 mengatakan bahwa diskusi berjam-jam dengan saudara kandungnya banyak diisi dengan bahasan mengenai hobi mereka, yaitu bersepeda. Cerita-cerita keseharian dan lain sebagainya juga diceritakan oleh informan 3 kepada saudara kandungnya, begitu pula sebaliknya. Informan 3 mengakui bahwa ia dekat dengan saudara kandungnya, sehingga bisa menceritakan apapun kepadanya dan merasa lega setelah bercerita. Informan 3 pun merasa bahwa beban pikirannya berkurang setelah berbicara dengan saudara kandungnya. Demikian kata-kata informan 3: “Masalah hobi, pasti. Sepedaan itu. Banyak lah pokokmen. Dia baru habis ngapain, ceritain. Dia ketemu sama siapa, ceritain. Ya ngobrol-ngobrol biasa gitu. Ya ngobrol dari hal-hal paling nggak penting sampai yang penting.” Informan 3, 172 – 176 Hubungan informan 3 dan saudara kandungnya tidak banyak diwarnai oleh konflik. Keduanya sangat akur, dan konflik yang muncul lebih banyak terjadi karena salah satu pihak tidak melakukan apa yang diminta atau kata-kata yang menyakiti. Akan tetapi, informan 3 lebih banyak bercanda ketika saudara kandungnya membentaknya, sehingga tidak belanjut menjadi sebuah masalah. Setiap konflik yang muncul mampu diselesaikan dengan cepat, yaitu dalam waktu satu jam. Cara informan 3 dan saudara kandungnya menyelesaikan konflik adalah dengan mengambil waktu untuk berbicara dengan satu sama lain dan meminta maaf. Informan 3 menyatakan dalam wawancara: “Jarang, jarang banget. Dalam seminggu nggak mesti. ... Sejam paling. Misalnya punya masalah hari ini, malamnya udah beres.” Informan 3, 222 dan 236 – 237 Informan 3 menyatakan bahwa saudara kandungnya merasa ibunya lebih memanjakan informan 3. Meskipun begitu, saudara kandung informan 3 hanya mempermasalahkan hal tersebut dengan ibunya dan tidak dengan informan 3, sehingga hubungan dengan saudara kandungnya tidak terluka oleh hal itu. Informan 3 dan saudara kandungnya saling memberikan solusi dan saran untuk masalah-masalah yang dialami. Keduanya juga dapat saling mempertimbangkan solusi yang diberikan oleh satu sama lain. Informan 3 mengatakan bahwa dirinya sering merasa sebal dengan orang yang menyakiti saudara kandungnya, dan seringkali bertindak langsung dengan cara menemui orang tersebut dan mengajaknya berbicara. Terbukti dalam wawancara: “Tapi kalau dia dijahatin sama orang ya aku ikut sebal. Ya orang itu aku ajak ngomong, kalau emang bikin sebal benaran. Kalau cuma karena sifat ya enggak, tapi kalau dia ngapain kakakku ya aku ajak ngomong .” Informan 3, 271 – 278 Informan 3 merasa memiliki hubungan yang suportif dengan saudara kandungnya. Informan 3 selalu mendukung keinginan dan hobi saudara kandungnya, misalnya dengan membantu dan menemani