Pembahasan Hasil Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

manusia cenderung menyukai apapun yang diasosiasikan dengan dirinya, termasuk kesamaan minat. Beberapa eksperimen juga turut mendukung asumsi bahwa kesamaan minat mempengaruhi keakraban, seperti yang dilakukan oleh Newcomb 1961, Lee dan Michael 1996, Buston dan Emlen 2003, dan lain sebagainya Myers, 2012. Sebaliknya pada relasi C, diketahui bahwa informan 5 memiliki minat pada hewan dan sepakbola. Informan 5 banyak menceritakan hal-hal terkait minatnya tersebut kepada informan 6, namun ia mengatakan bahwa informan 6 selalu merespon sekedarnya karena tidak tertarik dengan hewan dan sepakbola. Hal ini berpotensi mengurangi kedekatan keduanya, karena informan 5 dapat merasa tidak diperhatikan. Pada relasi B dan relasi C, kedua saudara kandung tinggal bersama ibu mereka. Akan tetapi, ibu mereka seringkali berpergian ke luar kota dan menjadi jarang berada di rumah. Pada kedua relasi tersebut, informan yang merupakan saudara kandung yang lebih tua juga berkurang kedekatannya dengan ibu karena alasan berkurangnya rasa hormat. Pada relasi B dan relasi C, informan menyatakan bahwa mereka lebih nyaman bercerita pada saudara kandungnya dibandingkan dengan orangtuanya. Hal ini menunjukkan bahwa absennya pendampingan orangtua secara fisik dan relasi yang tidak nyaman dengan orangtua menyebabkan anak untuk menjadi lebih dekat dengan saudara kandungnya. Teori Conger et al. 2009 mengenai secondary caregiver atau saudara kandung yang lebih tua yang menggantikan peran orangtua sebagai pemberi kenyamanan dan kasih sayang mungkin terkait dengan hal tersebut. Bank dan Kahn 1982 pernah menyatakan bahwa seseorang akan merasa bahagia apabila bersama dan terus berinteraksi dengan saudara kandungnya. Hal tersebut diungkapkan oleh keenam informan ketika mengekspresikan kenyamanannya dalam berinteraksi dengan saudara kandungnya, dan keinginan untuk terus berkomunikasi dengan saudara kandungnya. Selain itu, Bank dan Kahn 1982 juga menyebutkan bahwa seseorang akan mengalami kesedihan ketika harus menghadapi ancaman berupa perpisahan dengan saudara kandungnya, yang mana terbukti dari ucapan informan 2 ketika ia merasa takut kehilangan saudara kandungnya. Konflik pada ketiga relasi tergolong rendah. Pada relasi A, konflik dalam hubungan informan 1 dan informan 2 tampak fluktuatif. Sebelumnya, konflik antar keduanya banyak diwarnai oleh tindakan agresi seperti memukul. Kedua informan juga sempat menceritakan hubungan kedua orangtuanya yang tidak akur dan sering dipenuhi oleh interaksi yang kasar. Hal ini mungkin dapat dijelaskan dengan pernyataan Conger et al. 2009 tentang bagaimana anak seringkali menerapkan agresi dalam relasinya dengan saudara kandungnya karena memandang interaksi yang tidak harmonis antar orangtuanya sebagai sesuatu yang biasa. Pada relasi A, dibutuhkan waktu satu sampai tiga hari untuk menyelesaikan konflik yang muncul. Sedangkan pada relasi B dan relasi C, konflik dapat diselesaikan pada hari yang sama, bahkan hanya dalam hitungan menit atau jam. Hal ini mungkin terkait dengan faktor tempat tinggal, karena kedua bersaudara pada relasi B dan relasi C tinggal seatap dan lebih sering bertemu, sehingga memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menyelesaikan konflik mereka. Ditambah lagi dengan pertanyaan informan 4 dan informan 6 bahwa mereka tidak nyaman apabila harus berlama-lama bertengkar dengan saudara kandungnya, karena selalu bertemu saat berada di rumah. Ketiga informan yang merupakan adik dalam relasi memiliki persepsi yang serupa tentang kakaknya masing-masing, yaitu bahwa saudara kandung yang lebih tua mampu memberikan kenyamanan dan memenuhi kebutuhannya akan pendampingan. Hal ini sesuai dengan deskripsi Fowler 2009 tentang relasi yang suportif. Gambaran tentang relasi yang suportif terwujud dalam ketiga relasi, yang terlihat dari semua informan yang mendukung dan merasa didukung oleh saudara kandungnya. Dukungan tersebut mengambil berbagai bentuk, seperti memberikan masukan, membantu ketika membutuhkan pertolongan, hadir untuk momen-momen penting, memantau keadaan di sekolah, merawat ketika sakit, dan lain sebagainya. Dukungan ini juga terkait dengan penjelasan Conger et al. 2009 tentang saudara kandung yang berperan sebagai secondary caregiver. Hal tersebut terlihat jelas pada ketiga relasi, yaitu ketika saudara kandung yang lebih tua membantu adiknya dalam mempelajari kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, serta menyediakan companionship berupa kehadiran dan pendampingan. Hasil penelitan ini sejalan dengan hasil penelitian Wallerstein 2000 yang menyatakan bahwa subjek-subjek remaja cenderung mengambil peran orangtua untuk adik-adiknya. Terlebih pada relasi A dan relasi C, di mana informan yang merupakan saudara kandung yang lebih tua mencoba memberikan contoh yang baik untuk adiknya karena orangtua dan anggota keluarga yang lain tidak dapat dijadikan panutan. Saudara kandung yang lebih tua pada kedua relasi tersebut berjenis kelamin perempuan, sehingga sifat bawaan perempuan sebagai figur maternal berperan dalam keinginan mengurus adiknya tersebut. Asumsi tersebut dibuktikan dalam penelitian Kurdek dan Fine 1993, dalam Jennings, 1998 yang menyatakan bahwa relasi yang terdiri dari minimal satu saudara kandung perempuan memiliki tindakan merawat atau memelihara yang lebih tinggi. Ditemukan bahwa ketiga relasi menjadi symmetrical maupun complementary sesuai dengan keadaan yang dihadapi kedua saudara kandung. Apabila salah satu saudara kandung kesulitan menghadapi sebuah situasi, saudara kandung yang lain dapat membantu. Di sisi lain, kedua saudara kandung juga memiliki kesetaraan dengan adanya pertukaran afeksi dalam interaksi mereka sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa kedua saudara kandung dapat saling membantu memenuhi kebutuhan dasar masing-masing. Jenis relasi symmetrical maupun complementary dalam relasi-relasi yang diteliti menunjukkan bahwa ketiga relasi tersebut merupakan hubungan yang sehat Knapp dan Vangelisti, 1995. Hubungan yang sehat tentunya menjadi tanda dari relasi yang berkualitas baik atau positif. Jenis relasi saudara kandung yang intim Gold, 1989, dalam Myers dan Goodboy, 2010 tampak pada relasi B dan C. Pada kedua relasi tersebut, informan menyatakan bahwa mereka lebih dekat dengan saudara kandungnya dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain maupun dengan teman- teman sebayanya. Kedua informan pada relasi A menyatakan kedekatannya dengan satu sama lain, tetapi mengatakan bahwa mereka lebih sering bercerita pada ibu atau pasangannya masing-masing. Relasi dengan saudara kandung menjadi relasi yang penting tetapi bukan yang terpenting, yang menjadikan relasi A berjenis relasi congenial. 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam relasi dengan saudara kandungnya, keenam informan memiliki kenyamanan atau kedekatan emosional yang tinggi, frekuensi interaksi yang tinggi, frekuensi konflik yang rendah, intensitas konflik yang ringan, persaingan yang rendah atau tidak ada, serta ada wujud solidaritas. Ketiga relasi juga mengimplementasikan sifat relasi symmetrical maupun complementary. Dari deskripsi tersebut, disimpulkan bahwa ketiga relasi penelitian berkualitas positif. Relasi A merupakan relasi yang berjenis congenial, sementara relasi B dan relasi C merupakan relasi intim.

B. Keterbatasan Penelitian

Salah satu keterbatasan penelitian ini ialah variasi relasi informan penelitian yang tidak sesuai dengan ideal peneliti, yaitu hanya terdiri dari relasi kakak laki-laki dan adik laki-laki serta relasi kakak perempuan dan adik laki-laki. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan wawancara dirasa belum maksimal menggali informasi secara mendalam dari para informan, meskipun rapport sudah diusahakan dengan sedemikian rupa.

C. Saran

Bagi peneliti lain yang selanjutnya akan melakukan penelitian terkait topik penelitian ini, disarankan untuk menambah informan penelitian sehingga mencakup variasi pola relasi yang ideal, yaitu relasi kakak laki-laki dengan adik laki-laki, kakak laki-laki dengan adik perempuan, kakak perempuan dengan adik perempuan, serta kakak perempuan dengan adik laki- laki. Untuk mengatasi keterbatasan metode wawancara, peneliti memerlukan kelihaian serta kepekaan dalam membuat dan mengajukan pertanyaan, maupun dalam membangun rapport dengan informan. Observasi partisipasi juga bisa dilakukan untuk memperkaya data yang tidak didapatkan dari wawancara. 79 DAFTAR PUSTAKA American Psychiatric Association. 2007. APA Dictionary of Psychology. Washington DC: American Psychological Association. Arnett, J. J . 2006. G. Stanley Hall’s Adolescence: Brilliance and Nonsense. History of Psychology , Vol. 9, No. 13, 186-197. Aronson, S. R. Huston, A. C. 2004. The Mother-Infant Relationship in Single, Cohabiting, Married Families: A Care for Marriage? Journal of Family Psychology , Vol. 18, No. 1, 5-18. Bank, S. P., Kahn, M. D. 1982. The Sibling Bond. New York: Basic Books. Basrowi Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Bisono, T. 2009. Meet Tika on the Book: We Have a Problem, But I’m on Your Side.... Jakarta: Pustaka Populer Obor. Borden, M. E. 2003. The Baffled Parents Guide to Sibling Rivalry. New York: McGraw-Hill. Brody, G. H. 1998. Sibling relationship quality: Its causes and consequences. Annual Review of Psychology , Vol. 49, 1-24. Brody, G. H. 2004. Siblings’ direct and indirect contributions to child development. Current Directions in Psychological Science, Vol. 13, 124-126. Brown, C. 2006. Social Psychology. London: Sage Publications. Bukatko, D. 2008. Child and Adolescent Development: A Chronological Approach. Boston: Houghton Mifflin Company. Cicirelli, V. G. 1989. Feelings of attachment to siblings and well being in later life. Psychology and Aging, Vol. 4, 211-216. Conger, K. J., Stocker, C., McGuire, S. 2009. Sibling socialization: The effects of stressful life events and experiences. Dalam L. Kramer K. J. Conger, Siblings as Agents of Socialization, New Directions for Child and Adolescent Development , Vol. 126, 45-60. San Fransisco: Jossey-Bass. Creswell, J. W. 2009. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Third Edition. California: Sage Publications. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Fauzi, A. 4 Agustus 2011. Menekan Angka Perceraian. Diunduh 20 September 2013, dari http:news.detik.com read201108041414441696529471menekan-angka-perceraian