1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I ini peneliti membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Belajar dalam teori konstruktivis menuntut siswa membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya Trianto, 2010:28. Agar benar-benar memahami
dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan
ide-ide Slavin dalam Trianto, 2010:28. Penemuan atas jawaban-jawaban dari suatu permasalahan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Pillips dalam Kitot. et al., 2010:268 membagi berpikir kritis dalam tiga level, yaitu rendah, tinggi, dan proses berpikir. Level rendah dalam berpikir kritis
meliputi membandingkan,
pengamatan, klasifikasi,
koleksi, dan
mengategorisasikan. Level tinggi meliputi merasakan, membuat hubungan, mengusulkan ide, dan memformulasikan. Level pada proses berpikir meliputi
membuat keputusan dan memecahkan masalah. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berpikir ketika dia dapat menunjukkan salah satu dari tiga level
berpikir kritis yang disebutkan. Kemampuan berpikir siswa diharapkan dapat mencapai pada proses
berpikir Pillips dalam Kitot. et al., 2010:268 yaitu dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah. Kemampuan berpikir diharapkan tidak hanya sampai pada
mengingat dan memahami saja, tetapi dapat dikembangkan juga pada level mengaplikasi dan menganalisis, serta level yang lebih tinggi lagi. Kemampuan
mengaplikasi diharapkan dapat mencapai aspek mengeksekusi, melaksanakan, menggunakan, dan mengimplementasikan. Sedangkan kemampuan menganalisis
diharapkan dapat mencapai aspek membedakan, memilih, mengorganisasi, dan mengatribusi.
Pada kenyataannya, proses belajar di sekolah masih menggunakan metode tradisional yang membuat pembelajaran menjadi kurang bermakna sehingga tidak
dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Sebagai contoh dari pengamatan
2
di SD tempat peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan PPL pada tanggal 19 Januari 2013, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA di kelas V
SD tersebut masih menggunakan metode ceramah, hal ini terlihat pada saat pembelajaran mengenai gaya magnet. Guru bahkan tidak menyediakan alat peraga
untuk memperkenalkan materi, guru hanya menjelaskan materi dengan ceramah saja. Pembelajaran tersebut tidak dapat merangsang berpikir siswa sampai pada
level yang lebih tinggi karena siswa tidak mengalami langsung sebuah proses sehingga siswa hanya akan membayangkan saja bagaimana cara membuat magnet
dan yang lainnya. Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti menemukan adanya kesenjangan dalam pembelajaran, kemampuan berpikir siswa hanya akan sampai
pada level mengingat saja. Kemampuan berpikir siswa seharusnya dapat dikembangkan sampai pada level yang lebih tinggi lagi.
Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti ingin menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa sampai pada
level mengaplikasi dan menganalisis pada revisi taksonomi Bloom yaitu dengan metode inkuiri terbimbing. Menurut Anderson dan Krathwohl 2010:101 dalam
mengaplikasikan siswa diharapkan dapat menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu, sedangkan dalam menganalisis siswa
diharapkan dapat memecah materi menjadi bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antar bagian tersebut. Penggunaan metode inkuiri ini dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa Kitot. et al., 2010:264. Metode inkuiri membantu siswa untuk dapat menemukan sendiri permasalahan-
permasalahan yang ada di sekitar dan mencari pemecahan atas permasalahan tersebut. Menurut Kitot. et al., 2010:268 pembelajaran inkuiri menunjukkan
banyak pengaruh positif untuk merangsang keterampilan berpikir siswa. Menurut
Soetjipto 2001:191 proses dan tujuan dari pembelajaran inkuiri dapat digunakan untuk menerapkan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pembelajaran
inkuiri membuat siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, ini terlihat dalam memecahkan permasalahan atau menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh
guru. Siswa akan berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, guru sebagai fasilitator sampai siswa menemukan jawaban yang sesuai
.
Peneliti berharap dengan menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran dapat
3
mengembangkan kemampuan berpikir sampai pada level mengaplikasi dan menganalisis.
Keuntungan yang didapat dari pembelajaran menggunakan metode inkuiri adalah mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap objektif, jujur, terbuka, mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri Roestiyah, 2001:77. Langkah-langkah yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran inkuiri adalah orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan,
mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi. Peneliti memilih SD Kanisius Sengkan sebagai tempat melaksanakan
penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa yang akan dihasilkan pada kelas yang hanya
menggunakan metode tradisional dan pada kelas yang menggunakan metode inkuiri.
Penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa pada mata pelajaran
IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Tahun Ajaran 20122013. Kemampuan mengaplikasi dan menganalisis diukur dari hasil pretest
dan posttest. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas VA sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa dan kelas VB sebagai
kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Penelitian ini mengambil standar kompetensi 6, yaitu menerapkan sifat-sifat cahaya melalui
kegiatan membuat suatu karyamodel dengan Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian eksperimental dengan tipe quasi-experimental design.
1.2 Rumusan Masalah