Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Harmiyanti. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri

Cebongan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menganalisis, pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya prestasi IPA di Indonesia berdasarkan studi yang dilakukan oleh Program for

International Student Assessment (PISA) tahun 2009 dan 2012. Berdasarkan hal

tersebut peneliti ingin menguji sebuah metode inovatif untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan

menganalisis pada mata pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe

non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas V SD Negeri Cebongan yang berjumlah 72 siswa. Sampel penelitian adalah kelas VB yang berjumlah 36 siswa sebagai kelompok kontrol dan kelas VA yang berjumlah 36 siswa sebagai kelompok eksperimen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi. Uji analisis data menunjukkan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05) dengan df = 70, dan t = -10,44. Rerata skor kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan M = 2,92 ; SD = 0,89; dan SE = 0,15, sedangkan hasil skor kelompok kontrol yaitu M = 0,88; SD = 0,77; dan SE = 0,13. Besarnya effect size menunjukkan r = 0,78 atau 60,8% yang setara dengan efek besar. (2) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis. Uji analisis data menunjukkan harga Sig.

(2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05) dengan df = 70, dan t = -4,21. Rerata skor

kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan M = 2,33 ; SD = 1,19; dan SE = 0,19, sedangkan hasil skor kelompok kontrol yaitu M = 1,18; SD = 1,11; dan SE = 0,19. Besarnya effect size menunjukkan r = 0,45 atau 20,18% yang setara dengan efek menengah.


(2)

ABSTRACT

Harmiyanti. (2016). The effects of the implementation of inquiry method on the ability to apply and analyze in science subject for the 5th grade students in Cebongan State Elementary School, Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Departement of Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry method, ability of apply, ability of analyze, natural science subject.

This study background was concern about low the rank owned Indonesia in Science according to Program for International Student Assessment (PISA) 2009 and 2012 studies. Be based on it researcher want to try an inovatif method to repair education quality in Indonesia. The aim of this study was to know the effects of the implementation of inquiry method on the ability to apply and analyze in science subject.

This study used experimental type non-equivalent control group design

method.This study’s population were all 5th

grades students of SD Negeri Cebongan totaled 72 students. The samples were VB class totaled 36 students as the control group and VA class totaled 36 students as the experimental group.

The result of the study showed that (1) the implementation of inquiry method took effect towards the ability of apply. The analyze data showed the price of Sig. (2-tailed) was 0,000 (p < 0,05) with df = 70, and t = -10,44. The experimental group had higher mean than the control group with M = 2,92 ; SD = 0,89; and SE = 0,15, meanwhile score of the control group were M = 0,88; SD = 0,77; and SE = 0,13. The effect size was r = 0,78 or 60,8%, it was equivalent with big effect. (2) The implementation inquiry method took effect towards the ability of analyze. The analyze data showed the price of Sig. (2-tailed) was 0,000 (p < 0,05) with df = 70, and t = -4,21. The experimental group had higher mean than the control group with M = 2,33 ; SD = 1,19; and SE = 0,19, meanwhile score of the control group were M = 1,18; SD = 1,11; and SE = 0,19. The effect size was r = 0,45 or 20,18%, it was equivalent with medium effect.


(3)

i

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS

PADA MATA PELAJARAN IPA

KELAS V SD NEGERI CEBONGAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Harmiyanti NIM. 121134094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(4)

(5)

(6)

iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan

Anda tidak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu. -William Feather-

Ilmu tidak akan mungkin didapatkan kecuali dengan kita meluangkan waktu. -Imam Al-Bukhori-

If you cannot do great things, do small things in a great way

-Napoleon Hill-

Karya ilmiah sederhana ini Peneliti persembahkan kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Kedua orang tuaku yang tulus menyayangiku

3. Nenekku yang selalu mendukungku dan menemaniku 4. Kedua kakakku yang selalu mendukungku

5. Sahabat-sahabatku yang baik


(7)

v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Januari 2016 Penulis,


(8)

vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,

Nama : Harmiyanti

Nomor Mahasiswa : 121134094

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI CEBONGAN YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 15 Januari 2016 Yang menyatakan,


(9)

vii ABSTRAK

Harmiyanti. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri

Cebongan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menganalisis, pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya prestasi IPA di Indonesia berdasarkan studi yang dilakukan oleh Program for

International Student Assessment (PISA) tahun 2009 dan 2012. Berdasarkan hal

tersebut peneliti ingin menguji sebuah metode inovatif untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan

menganalisis pada mata pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe

non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas V SD Negeri Cebongan yang berjumlah 72 siswa. Sampel penelitian adalah kelas VB yang berjumlah 36 siswa sebagai kelompok kontrol dan kelas VA yang berjumlah 36 siswa sebagai kelompok eksperimen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi. Uji analisis data menunjukkan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05) dengan df = 70, dan t = -10,44. Rerata skor kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan M = 2,92 ; SD = 0,89; dan SE = 0,15, sedangkan hasil skor kelompok kontrol yaitu M = 0,88; SD = 0,77; dan SE = 0,13. Besarnya effect size menunjukkan r = 0,78 atau 60,8% yang setara dengan efek besar. (2) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis. Uji analisis data menunjukkan harga Sig.

(2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05) dengan df = 70, dan t = -4,21. Rerata skor

kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan M = 2,33 ; SD = 1,19; dan SE = 0,19, sedangkan hasil skor kelompok kontrol yaitu M = 1,18; SD = 1,11; dan SE = 0,19. Besarnya effect size menunjukkan r = 0,45 atau 20,18% yang setara dengan efek menengah.


(10)

viii ABSTRACT

Harmiyanti. (2016). The effects of the implementation of inquiry method on the ability to apply and analyze in science subject for the 5th grade students in Cebongan State Elementary School, Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Departement of Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry method, ability of apply, ability of analyze, natural science subject.

This study background was concern about low the rank owned Indonesia in Science according to Program for International Student Assessment (PISA) 2009 and 2012 studies. Be based on it researcher want to try an inovatif method to repair education quality in Indonesia. The aim of this study was to know the effects of the implementation of inquiry method on the ability to apply and analyze in science subject.

This study used experimental type non-equivalent control group design

method.This study’s population were all 5th

grades students of SD Negeri Cebongan totaled 72 students. The samples were VB class totaled 36 students as the control group and VA class totaled 36 students as the experimental group.

The result of the study showed that (1) the implementation of inquiry method took effect towards the ability of apply. The analyze data showed the price of Sig. (2-tailed) was 0,000 (p < 0,05) with df = 70, and t = -10,44. The experimental group had higher mean than the control group with M = 2,92 ; SD = 0,89; and SE = 0,15, meanwhile score of the control group were M = 0,88; SD = 0,77; and SE = 0,13. The effect size was r = 0,78 or 60,8%, it was equivalent with big effect. (2) The implementation inquiry method took effect towards the ability of analyze. The analyze data showed the price of Sig. (2-tailed) was 0,000 (p < 0,05) with df = 70, and t = -4,21. The experimental group had higher mean than the control group with M = 2,33 ; SD = 1,19; and SE = 0,19, meanwhile score of the control group were M = 1,18; SD = 1,11; and SE = 0,19. The effect size was r = 0,45 or 20,18%, it was equivalent with medium effect.


(11)

ix PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI CEBONGAN YOGYAKARTA” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Kintan Limiansih, M.Pd. Dosen pembimbing II yang telah membimbing kami dengan penuh motivasi dan perhatian.

5. Sudiyo, S.Ag., M.Pd. Kepala SD Negeri Cebongan Yogyakarta yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

6. Temu Sartiwi, S.Pd. Guru mitra SD peneliti yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

7. Siswa kelas VA dan VB SD Negeri Cebongan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

8. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi.

9. Kedua orang tua saya, Kasimin dan Wartinah yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan serta kasih sayang yang tulus.


(12)

x 10. Nenekku yang selalu mendukung dan menemani saya setiap hari di rumah. 11. Kedua Kakakku, Heru Prasetya dan Hari Kusdiyanto yang selalu memberikan

dukungan dan semangat.

12. Sahabat-sahabat penelitian kolaboratif payung IPA Lusia Desti R, Elisabeth Astin Vega R, Stepani, Agnes, Andan, Tira, Nindya, Wikan, Dewi, Adi, Dea, dan Bayu yang saling membantu dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi.

13. Semua teman-temanku seperjuangan selama kuliah yang sungguh kompak dan luar biasa.

14. Semua pihak yang telah banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semua hal/masukan berupa saran dan kritik yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati, dan semoga dapat dijadikan pijakan untuk penyusunan-penyusunan skripsi berikutnya agar lebih baik lagi. Peneliti berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dunia pendidikan, khususnya di Indonesia.

Peneliti


(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... .. vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 7

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 7

2.1.1.2 Teori Perkembangan Kognitif ... 9

2.1.1.3 Teori Pembelajaran Anak ... 10

2.1.2 Metode Inkuiri ... 11

2.1.2.1 Pengertian Metode Inkuiri ... 11

2.1.2.2 Prinsip Metode Inkuiri ... 12

2.1.2.3 Jenis-jenis Metode Inkuiri ... 13

2.1.3 Proses Kognitif ... 17

2.1.3.1 Proses Kognitif Mengaplikasi ... 19

2.1.3.2 Proses Kognitif Menganalisis ... 19

2.1.4 Pembelajaran Tematik ... 20

2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Tematik... 20

2.1.4.2 Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 21

2.1.5 Hakikat IPA ... 22

2.1.6 Materi IPA Mengenai Listrik ... 23

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 30

2.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri ... 30

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis . 32 2.2.3 Literature Map ... 34

2.3 Kerangka Berpikir ... 34

2.4 Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37


(14)

xii

3.2 Setting Penelitian ... 39

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 39

3.2.2 Waktu Penelitian ... 41

3.3 Populasi dan Sampel ... 42

3.4 Variabel Penelitian ... 43

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.6 Instrumen Penelitian... 45

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 47

3.7.1 Penentuan Validitas ... 47

3.7.2 Penentuan Reliabilitas ... 49

3.8 Teknik Analisa Data ... 50

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 51

3.8.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 51

3.8.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 52

3.8.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 54

3.8.5 Analisis Lebih Lanjut ... 55

3.8.5.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I 55 3.8.5.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I ... 56

3.8.5.3 Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I ... 57

3.8.5.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 58

3.8.6 Elemen Kualitatif ... 59

3.8.7 Pembahasan Lebih Lanjut ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Hasil Penelitian ... 62

4.1.1 Implementasi Penelitian ... 62

4.1.1.1 Deskripsi Populasi Penelitian ... 62

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 63

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol... 64

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen .... 65

4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ... 68

4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 69

4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 70

4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 71

4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 73

4.1.2.5 Analisis Lebih Lanjut ... 74

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I ... 74

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I ... 76

3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ... 77

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 79

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ... 80

4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 81

4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 82

4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 84

4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 86

4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ... 86

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I ... 86

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I ... 88


(15)

xiii

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 91

5. Analisis Elemen Kualitatif ... 92

4.2 Pembahasan ... 97

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi .... 97

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 99

4.2.3 Pembahasan Lebih Lanjut ... 101

BAB V PENUTUP ... 103

5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 104

5.3 Saran ... 104

DAFTAR REFERENSI ... 106

LAMPIRAN ... 110


(16)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian-bagian Baterai ... 24

Gambar 2.2 Bagian-bagian Aki... 25

Gambar 2.3 Generator ... 26

Gambar 2.4 Rangkaian Listrik ... 27

Gambar 2.5 Arah Gerak Muatan ... 28

Gambar 2.6 Rangkaian Listrik Tertutup dan Terbuka ... 28

Gambar 2.7 Contoh Rangkaian Listrik Terbuka dan Tertutup ... 29

Gambar 2.8 Rangkaian Listrik Seri ... 29

Gambar 2.9 Rangkaian Listrik Paralel ... 30

Gambar 2.10 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan ... 34

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 38

Gambar 3.2 Rumus Pengaruh Perlakuan ... 39

Gambar 3.3 Pemetaan Variabel Penelitian... 44

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek (untuk data normal) ... 54

Gambar 3.5 Rumus Besar Efek (untuk data tidak normal) ... 54

Gambar 3.6 Rumus Persentase Peningkatan Skor Pretest-Posttest I ... 55

Gambar 3.7 Rumus Gain Score ... 56

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Rerata Selisih Skor Pretest- Posttest I Kemampuan Mengaplikasi ... 73

Gambar 4.2 Grafik Selisih Skor Pretest-Posttest I (Gain Score) Kemampuan Mengaplikasi ... 75

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengaplikasi ... 80

Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Rerata Selisih Skor Pretest- Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 85

Gambar 4.5 Grafik Selisih Skor Pretest-Posttest I (Gain Score) Kemampuan Menganalisis ... 87

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Rerata Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menganalisis ... 92


(17)

xv DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Metode Inkuiri... 14

Tabel 3.1 Prestasi Siswa SD Negeri Cebongan Tahun 2014 ... 40

Tabel 3.2 Prestasi Siswa SD Negeri Cebongan Tahun 2015 ... 40

Tabel 3.3 Jadwal Implementasi dan Pengumpulan Data Penelitian ... 41

Tabel 3.4 Matriks Pengembangan Instrumen... 46

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Semua variabel ... 48

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Masing-masing Aspek ... 49

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Semua Variabel ... 50

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Per Aspek ... 50

Tabel 3.9 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ... 55

Tabel 3.10 Pedoman Wawancara Guru Sebelum Perlakuan ... 60

Tabel 3.11 Pedoman Wawancara Guru Sesudah Perlakuan ... 60

Tabel 3.12 Pedoman Wawancara Siswa Sebelum Perlakuan ... 60

Tabel 3.13 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Kontrol Sesudah Perlakuan ... 60

Tabel 3.14 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sesudah Perlakuan ... 61

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Mengaplikasi ... 69

Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Mengaplikasi ... 70

Tabel 4.3 Hasil Uji Asumsi Levene’s test terhadap Homogenitas Varians Data Kemampuan Mengaplikasi... 72

Tabel 4.4 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengaplikasi ... 72

Tabel 4.5 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengaplikasi . 74

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest- Posttest I Kemampuan Mengaplikasi ... 74

Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest- Posttest I Kemampuan Mengaplikasi... 76

Tabel 4.8 Hasil Persentase Signifikansi Peningkatan Kemampuan Mengaplikasi ... 77

Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mengaplikasi ... 78

Tabel 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengaplikasi ... 79

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menganalisis ... 82

Tabel 4.12 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Menganalisis ... 83

Tabel 4.13 Hasil Uji Asumsi Levene’s test terhadap Homogenitas Varians Data Kemampuan Menganalisis ... 84

Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menganalisis ... 85

Tabel 4.15 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menganalisis ... 86

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest- Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 87


(18)

xvi Tabel 4.17 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest-

Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 88

Tabel 4.18 Hasil Persentase Signifikansi Peningkatan Kemampuan

Menganalisis ... 89

Tabel 4.19 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I

Kemampuan Menganalisis ... 90 Tabel 4.20 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan


(19)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 111

Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Instrumen ... 112

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Ekperimen ... 113

Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ... 117

Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen . 120 Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol... 128

Lampiran 3.1 Item Soal Test ... 132

Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 137

Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ... 141

Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement... 149

Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ... 152

Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ... 153

Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengaplikasi ... 154

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Menganalisis ... 158

Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ... 162

Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 163

Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 164

Lampiran 4.6 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 167

Lampiran 4.7 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest- Posttest I ... 168

Lampiran 4.8 Hasil SPSS Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest- Posttest I ... 171

Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I 174 Lampiran 4.10 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 176

Lampiran 4.11 Transkrip Hasil Wawancara Guru ... 178

Lampiran 4.12 Transkrip Hasil Wawancara Siswa Kontrol ... 180

Lampiran 4.13 Transkrip Hasil Wawancara Siswa Eksperimen ... 183

Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ... 187


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai (1) Latar belakang masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, dan (5) Definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia dan merupakan hal yang paling penting dan mendasar sekaligus sebagai bagian untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya memiliki kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik (Permendikbud No. 67 Tahun 2013: 5).

Usia Sekolah Dasar merupakan usia di mana kemampuan kognitif anak harus dikembangkan secara maksimal. Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret dan tahap operasional formal (Crain, 2007: 171). Tahap-tahap tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Artinya, tahap-tahap tersebut terbentuk secara berurutan dan berkesinambungan. Proses pembelajaran di sekolah mempengaruhi tingkat pemahaman siswa. Berdasarkan tingkat usia, siswa SD termasuk pada tahap operasional konkret yaitu pada usia 7-11 tahun (Suparno, 2011: 24-25). Tahap tersebut sangat baik untuk mengembangkan proses kognitif siswa.

Taksonomi Bloom membagi proses kognitif siswa menjadi enam, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010: 99). Penelitian ini akan mengukur dua tingkatan proses kognitif siswa yaitu pada tingkat mengaplikasikan dan

menganalisis. Mengaplikasikan berarti menerapkan atau menggunakan suatu


(21)

2

mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yakni mengeksekusi dan mengimplementasikan. Sedangkan menganalisis berarti memecah-mecah materi

menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan (Anderson & Krathwohl, 2010: 43). Menganalisis meliputi proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan (Anderson & Krathwohl, 2010: 116-124). Jadi, seorang siswa yang memiliki kemampuan

mengaplikasi dan menganalisis tinggi tentu prestasi dan hasil belajarnya akan

meningkat karena siswa mampu mengaplikasi dan menganalisis suatu masalah sehingga dapat mengatasinya dengan tepat. Maka sangat penting bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan mengaplikasi dan menganalisis.

Program for International Student Assessment (PISA) melakukan

penelitian dalam bidang matematika, membaca, dan sains setiap tiga tahun sekali. Hasil dari penilaian PISA yang diikuti oleh 65 negara di dunia pada tahun 2012 menunjukkan beragam hasil pendidikan di seluruh negara yang mengikutinya. PISA 2012 diikuti oleh sekitar 510.000 siswa yang berusia sekitar 15 tahun. Hasil penelitian PISA yang dilakukan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara di dunia. Tiga tahun kemudian, yaitu tahun 2012 PISA kembali melakukan penelitian. Hasil PISA di tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami penurunan peringkat menjadi peringkat ke 64 dari 65 negara (OECD, 2013: 232). Hasil penelitian PISA tersebut menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia mengalami permasalahan di bidang matematika, membaca, dan sains.

Permasalahan pendidikan di indonesia dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor tersebut antara lain kurangnya fasilitas pendukung pendidikan, kurangnya pembelajaran yang berkualitas, rendahnya motivasi siswa dalam belajar, kurangnya inovasi dalam pembelajaran, dan sebagainya. Usaha pemerintah dalam memperbaiki permasalahan pendidikan Indonesia melalui sertifikasi dan gaji dua kali lipat bagi guru pada kenyataannya tidak berpengaruh terhadap peningkatan pembelajaran di kelas (Chang dkk, 2014: 117).

Hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di Indonesia adalah dengan memberikan inovasi metode pembelajaran di kelas.


(22)

3 Pembelajaran di kelas selama ini masih banyak didominasi dengan metode tradisional yaitu ceramah. Metode ceramah sudah digunakan secara umum di berbagai sekolah, akan tetapi belum menunjukkan perbaikan terhadap permasalahan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan metode inovatif di dalam pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan salah satu metode inovatif yaitu inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan

menganalisis siswa pada tema yang memuat mata pelajaran IPA yang termasuk ke

dalam bidang penelitian dari PISA. Metode inkuiri dianggap sebagai metode yang tepat dalam pembelajaran IPA. “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun sistematik. IPA juga merupakan sebuah ilmu yang berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, perumusan hipotesis, eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep” (Wahyana, dalam Trianto, 2010: 136). IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3). IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah (Samatowa, 2011: 3). Pengajaran IPA perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan dengan tahap perkembangan kognitifnya (Samatowa, 2011: 5). Keterampilan proses sains/IPA adalah mengamati, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk memprediksi apa yang akan terjadi, dan mengujinya di bawah kondisi-kondisi itu untuk melihat kebenarannya (Paolo & Marten, dalam Samatowa, 2011: 5). Jadi, dalam pembelajaran IPA diperlukan langkah-langkah observasi, perumusan masalah, perumusan hipotesis, eksperimen, serta penarikan kesimpulan yang sesuai dengan metode pembelajaran inkuiri.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengujicobakan metode inkuiri di dalam mata pelajaran IPA. Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban dalam memecahkan suatu masalah terhadap pertanyaan atau


(23)

4 rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, dalam Amien, 1979: 6). Jadi dalam pembelajaran inkuiri siswa diharapkan untuk terlibat secara aktif dalam mencari informasi sesuai proses

scientific dengan melakukan observasi maupun eksperimen. Langkah-langkah

metode pembelajaran inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.

Beberapa penelitian yang relevan sebelumnya menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri cukup efektif dilakukan. Inkuiri berpengaruh terhadap penguasaan konsep Biologi dan sikap ilmiah siswa SMA ditinjau dari minat belajar siswa (Wayan, 2012). Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan proses sains dasar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta (Ambarsari, Santosa, & Maridi, 2013). Model pembelajaran inkuiri terbimbing juga berpengaruh terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Kaliluntu (Dewi, Dantes, & Sadia, 2013). Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba meneliti bagaimana pengaruh penerapan inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa SD.

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis untuk siswa kelas V SD Negeri Cebongan tahun ajaran 2015/2016 dalam tema 3 subtema 1 yang difokuskan untuk materi pelajaran IPA. Materi IPA dalam Tema 3 “Kerukunan dalam bermasyarakat” dengan subtema 1 “Hidup Rukun” dibatasi pada materi listrik. 1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengaplikasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan

Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?

1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan


(24)

5 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengaplikasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan

Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan

Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh secara langsung akan ketepatan penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran.

1.4.2 Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan akan inovasi metode pembelajaran sehingga dapat memberikan inovasi penerapan metode-metode inovatif dalam pembelajaran yang diterapkan sekolah.

1.4.3 Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan guru dalam menentukan metode pembelajaran inovatif untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan mengaplikasi dan menganalisis, sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru.

1.4.4 Bagi Siswa

Dapat membuat siswa aktif dalam kegiatan-kegiatan inkuiri sehingga kemampuan proses kognitif siswa dapat berkembang terutama pada tingkat mengaplikasi dan menganalisis yang dapat membantu mereka memecahkan suatu masalah.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan dalam menerima, mengerti dan melakukan sesuatu.

1.5.2 Mengaplikasi adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam


(25)

6 1.5.3 Kemampuan mengaplikasi adalah kesanggupan atau kecakapan untuk dapat menerapkan suatu prosedur pada suatu keadaan dengan tepat serta mampu mengeksekusi dan mengimplementasikan.

1.5.4 Menganalisis adalah memilah-milah materi menjadi bagian-bagian

penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dengan materi secara keseluruhan. 1.5.5 Kemampuan menganalisis adalah kesanggupan atau kecakapan untuk

memilah-milah materi menjadi bagian-bagian penyusun dari materi lalu menentukan hubungan antar bagian dan hubungan bagian dari materi dengan materi secara keseluruhan yang meliputi proses membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.

1.5.6 Metode adalah cara yang dilakukan untuk memudahkan suatu pekerjaan sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.

1.5.7 Inkuiri adalah pembelajaran yang dirancang secara kontekstual sehingga memungkinkan siswa aktif mengikuti pembelajaran untuk menemukan jawaban berdasarkan rasa ingin tahunya.

1.5.8 Metode inkuiri adalah metode untuk mencari jawaban terhadap suatu permasalahan dengan langkah-langkah yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.


(26)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

BAB II membahas mengenai (1) kajian pustaka, (2) hasil penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis penelitian. Kajian pustaka berisi teori yang relevan/mendukung terhadap penelitian yang berkaitan dengan teori perkembangan anak, metode inkuiri, proses kognitif, dan hakikat IPA. Hasil penelitian yang relevan merupakan penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas penelitian tentang penerapan metode inkuiri dan kemampuan proses kognitif. Pada subbab terakhir akan dirumuskan tentang kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang mendukung

Teori yang mendukung merupakan teori-teori yang melandasi penelitian ini. Teori-teori tersebut terdiri dari teori perkembangan anak, proses kognitif anak, metode inkuiri, metode inkuiri terbimbing, pembelajaran tematik, materi pembelajaran tematik kelas V yang difokuskan pada materi IPA yang akan diperjelas pada subbab selanjutnya.

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Jean Piaget (1896-1980) mengemukakan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, yaitu anak adalah pembelajar yang aktif, anak mengorganisasikan apa yang mereka pelajari dari pengalamannya, anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi, dan proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih kompleks (Desmita, 2009: 98). Piaget meyakini bahwa anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang mereka lihat dan dengar secara pasif. Sebaliknya, mereka secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas dunia yang mereka hadapi itu. Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak


(27)

8 menggunakan apa yang disebut oleh piaget dengan “scheme” (skema), yaitu konsep atau kerangka yang ada dalam pikiran anak digunakan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.

Anak mengorganisasikan apa yang mereka pelajari dari pengalamannya. Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu kesamaan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak. Anak memnyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dalam menggunakan dan mengadaptasi skema mereka, ada dua proses bertanggungjawab, yaitu assimilation dan accommodation. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya (Desmita, 2009: 99).

Proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek. Piaget (1896-1980) menyebutkan kedua proses penyesuaian-asimilasi dan akomodasi-sistem kognisi seseorang berkembang dari satu tahap selanjutnya, sehingga mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalaman di lingkungan. Namun demikian ada kondisi yang dapat menimbulkan konflik kognitif (disequilibrium), yakni semacam ketidaknyamanan mental yang mendorong untuk mencoba membuat pemahaman tentang apa yang mendorong untuk mencoba membuat pemahaman tentang apa yang mereka saksikan. Dengan melakukan penggantian, mengorganisasi kembali atau mengintegrasikan secara baik skema-skema mereka (melalui akomodasi), anak-anak akhirnya mampu memecahkan konflik, mampu memahami kejadian-kejadian yang sebelumnya membingungkan, serta kembali mendapatkan keseimbangan pemikiran. Pergerakan dari equilibrium ke disequilibrium dan kemudian kembali lagi menjadi equilibrium atau proses yang meningkatkan perkembangan pemikiran dan pengetahuan anak dari satu tahap ke tahap yang lebih kompleks inilah yang disebut Piaget dengan istilah equilibrium (ekuilibrasi) (Desmita, 2009: 101).


(28)

9 2.1.1.2 Teori Perkembangan Kognitif

Piaget mengelompokkan tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret dan tahap operasional formal. Tahap sensorimotor terjadi pada usia 0-2 tahun, tahap praoperasional pada usia 2-7 tahun, tahap operasional konkret terjadi pada usia 7-11 tahun dan tahap operasi formal terjadi pada usia 11 tahun ke atas.

Tahap sensorimotor seorang anak ditandai dengan ketrampilan memecahkan masalah seperti menghisap jempol, memegang sesuatu benda, dan meniru suatu gerakan. Tahap praoperasional ditandai dengan anak sudah mampu mencoba menceritakan sesuatu yang terjadi dihadapannya, berkhayal, dan egoisentrisme. Selanjutnya, pada tahap operasional konkret anak mulai mampu mengurutkan objek berdasarkan ukuran, ciri dan bentuk, mengklasifikasi, memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut bentuk, ukuran atau karakteristik lainnya. Anak juga sudah dapat bekerja dengan temannya, mengetahui konsep ruang dan waktu, dapat membedakan kenyataan dan fantasi, serta mampu untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Sedangkan tahap operasional formal ditandai dengan anak sudah mampu berfikir secara abstrak, menalar secara logis, menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia, dan dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai (Suparno, 2001: 24).

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas V berada pada tahap operasional-konkret yaitu pada rentang usia 7-11 tahun. Tahap operasional konkret (concrete operations) ini ditandai dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah dapat memperkembangkan operasi-operasi logis. Operasi-itu bersifat reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan ke awalnya lagi. Ciri utama tahap operasi konkret ini adalah adanya transformasi reversibel dan sistem kekekalan. Pada tahap ini anak juga sudah maju dalam hal mengurutkan (seriasi) dan mengklasifikasikan objek (Suparno, 2001: 69).

Anak dapat mengembangkan system pemikiran yang logis yang dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi (Suparno, 2001: 69). Pemikiran anak juga lebih decentring dari pada tahap


(29)

10 sebelumnya, yaitu dapat menganalisis masalah dari berbagai segi. Tahap operasi konkret tentu ditandai dengan adanya system operasi berdasarkan apa pun yang kelihatan nyata atau konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret dan belum bersifat abstrak. Anak masih mengalami kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mengandung banyak variabel. Oleh karena itu, meskipun intelegensi anak pada tahap ini sudah maju, namun cara berpikir seorang anak tetap masih terbatas. Cara berpikirnya masih berdasarkan sesuatu yang konkret (Suparno, 2001: 70).

2.1.1.3 Teori pembelajaran anak

Berbeda dengan teori Piaget yang menjelaskan bahwa seorang anak akan belajar lebih baik dengan pengalaman nyata pada kehidupannya, teori Vygotsky menitikberatkan anak akan belajar melalui interaksi dari faktor-faktor interpersonal (sosial), kultural-historis, dan individual sebagai kunci dari perkembangan manusia (Tudge, dalam Schunk, 2012: 339). Interaksi dari faktor-faktor interpersonal merupakan bagaimana anak berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya, sebagai contoh di lingkungan sekolah maupun di sekitar rumah. Dengan interaksi sosial ini maka akan mendorong proses-proses perkembangan anak sehingga kemampuan berpikir mereka juga akan bertumbuh seiring dengan berjalannya waktu.

Aspek kultural-historis menonjolkan pemikiran bahwa pembelajaran dan perkembangan tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. Cara siswa berinteraksi dengan dunia mereka dengan orang-orang, objek, dan intuisi-intuisi didalamnya-mengubah cara berpikir mereka. Makna-makna konsep berubah ketika dihubungkan dengan dunia. Hal ini berarti bahwa lingkungan disekitar anak sangatlah penting karena lingkungan tersebut menjadi sebuah wahana bagi anak untuk menggali dari mana asal pengetahuan mereka (Gredler, dalam Schunk, 2012: 339).

Vygotsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of Proximal

Development (ZPD), yang merupakan dimensi sosiokultural yang penting sebagai

dimensi psikologis. Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara tingkat perkembangan actual dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat


(30)

11 perkembangan yang dimaksud terdiri dari empat tahap: Pertama, more

dependence to other stage, yakni tahapan di mana kinerja anak mendapat banyak

bantuan dari pihak lain seperti teman-teman sebaya, orangtua, guru, masyarakat, dan ahli. Dari sinilah model pembelajaran kooperatif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif. Kedua, less dependence external assistance stage, di mana kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri. Ketiga, internalization and automatization stage, di mana kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Keempat, de-automatization stage, di mana kinerja anak mampu mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang, bolak-balik atau recursion. Teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh vygotsky ini disebut dengan konstruktivisme sosial (Yaumi, 2013: 43-44).

Berdasarkan teori Piaget, anak dengan tahap operasional konkret khususnya dalam penelitian ini untuk kelas V dijelaskan bahwa anak sudah mulai belajar memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi, namun cara berpikir anak masih terbatas. Hal ini sesuai dengan teori Vygotsky, yaitu bahwa anak belajar dengan interaksi-interaksi dengan lingkungan termasuk guru maupun teman sebaya. Oleh karena itu, pembelajaran sebaiknya menggunakan metode yang dapat membantu siswa melakukan pemecahan masalah dengan didukung/dibimbing oleh lingkungan. Metode yang dapat digunakan yaitu inkuiri terbimbing.

2.1.2 Metode Inkuiri

2.1.2.1 Pengertian Metode Inkuiri

“Inkuiri adalah istilah dalam bahasa Inggris; ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas” (Roestiyah, 2001: 75). “The inquiry model is a process-oriented instructional model that aims to teach students the skills, knowledge, and disposition required for thinking

systematically to answer important questions” (Kilbane, 2014: 244). Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen guna mencari jawaban maupun


(31)

12 memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Scmidt, dalam Putra, 2013: 85). Jadi dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah proses untuk mendapatkan suatu jawaban, memecahkan masalah dari suatu pertanyaan dengan menggunakan kemampuan berpikir sistematis, kritis, dan logis.

Ciri-ciri dari pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri (Majid, 2014), yaitu:

1. Metode Inkuiri menekankan aktivitas siswa secara maksimal. Kegiatan pembelajaran di kelas menggunakan metode inkuiri dibuat agar siswa benar-benar belajar mandiri di sekolah, dan guru hanya berperan sebagai fasilitator disaat siswa membutuhkan alat dan bahan yang diperlukan, sedangkan motivator disaat siswa merasa kurang bersemangat dalam menjalani pembelajaran di kelas. Siswa diberikan wewenang penuh untuk menemukan sendiri makna dari pembelajaran di kelas.

2. Metode inkuiri menekankan proses mencari dan menemukan sendiri solusi atau jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Proses ini dilakukan dengan cara tanya jawab antara guru dengan siswa untuk menggali pengetahuan mereka.

3. Metode inkuiri ini digunakan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis pada seorang anak. Diharapkan siswa tidak hanya mengerti akan materi pembelajaran saja, namun juga dapat menggunakan potensinya secara maksimal untuk memajukan dirinya sendiri.

2.1.2.2 Prinsip metode Inkuiri

Berikut ini adalah prinsip-prinsip penggunaan metode inkuiri (Majid, 2014: 174) :

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama metode inkuiri adalang pengembangan kemampuan berpikir. Jadi, metode ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.


(32)

13 2. Prinsip interaksi

Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menepatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

3. Prinsip bertanya

Guru harus mengembangkan kemampuan bertanya kepada siswa, karena dengan menjawab pertanyaan guru siswa sudah melewati proses berpikir.

4. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan berarti hanya mengingat fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan potensi otak.

5. Prinsip keterbukaan

Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.

2.1.2.3 Jenis-jenis Metode Inkuiri

Jenis-jenis metode inkuiri dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut (Sund and Trowbridge, dalam Mulyasa, 2007):

1. Inkuiri terbimbing (guided inquiry); dalam metode ini peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.

2. Inkuiri bebas (free inquiry), metode ini digunakan bagi peserta didik yang telah berpengalaman dengan pendekatan inkuiri. Peserta didik bebas melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan, sehingga peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.

3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry); dalam metode ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Peran guru untuk membimbing hanya


(33)

14 terbatas sehingga siswa diajarkan untuk mandiri dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis metode inkuiri di atas, maka metode inkuiri yang paling tepat diterapkan dalam pembelajaran untuk siswa kelas V adalah metode inkuiri terbimbing. Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuiri saat guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberikan pertanyaan awal sebagai tuntunan kepada siswa untuk mengarahkan kepada suatu diskusi (Putra, 2013: 96). Pendekatan ini biasanya digunakan untuk siswa yang belum terbiasa dengan pembelajaran inkuiri. Guru berperan sebagai pembimbing yang memberi petunjuk atau bimbingan kepada siswa dalam melakukan suatu tugas agar siswa mampu memahami konsep-konsep pelajaran. Siswa akan mengerjakan tugas-tugas baik melalui tugas kelompok maupun tugas individu, agar dapat menyelesaikan/memecahkan masalah dan menarik suatu kesimpulan. Metode inkuiri ini juga disebut dengan istilah “guided discovery-inquiry”. Guided discovery-inquiry digunakan apabila dalam pembelajaran guru

menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa (Amien, 1987: 137).

Langkah-langkah metode inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) adalah sebagai berikut (Kilbane, 2014: 253):

Tabel 2.1 Langkah-langkah Metode Inkuiri

No. Langkah-langkah Peran Guru Tugas Siswa 1 Mengajukan

pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan.

Siswa membaca dan/ mendengarkan pertanyaan atau mengajukan pertanyaan atau masalah yang diajukan guru.

2 Membuat hipotesis Guru meminta siswa untuk membuat hipotesis.

siswa mengembangkan hipotesis secara individu maupun dalam kelompok kecil.

3 Mengumpulkan data Guru membantu siswa menemukan,

mengumpulkan, dan mengorganisasikan data yang diperlukan untuk menganalisis hipotesis mereka.

Siswa mengorganisasikan data yang akan mereka uji.

4. Menguji hipotesis (Menganalisa data)

Guru mengajak siswa untuk menganalisis hipotesis mereka.

Siswa menguji hipotesis mereka dengan menganalisa data.


(34)

15 merangkum dan membuat

kesimpulan dari hasil yang diperoleh.

dan membuat kesimpulan.

6. Melakukan evaluasi Guru meminta siswa untuk menganalisa proses inkuiri yang telah dilakukan dengan merefleksikan apa yang telah mereka lakukan dan mereka pelajari

Siswa merefleksikan proses inkuiri secara keseluruhan, termasuk apa yang mereka lakukan dan mereka pelajari.

Kegiatan-kegiatan dalam metode inkuiri menuntut siswa memiliki kemampuan berpikir yang menyeluruh dari tingkat sederhana ke tingkat tinggi. Kegiatan inkuiri mengharuskan siswa memiliki kemampuan mengaplikasi dan

menganalisis dengan baik. Pada kegiatan mengumpulkan data siswa harus

mempunyai kemampuan mengaplikasi terhadap apa yang direncanakan. Setelah itu, pada proses menguji hipotesis, mengumpulkan data, membuat kesimpulan, maupun dalam melakukan evaluasi siswa harus dapat menganalisis dengan baik data-data yang telah dikumpulkan.

Sementara itu, Sanjaya (2006: 199-203) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode inkuiri sebagai berikut:

1. Orientasi

Orientasi adalah langkah untuk mempersiapkan suasana pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa untuk siap melaksanakan proses pembelajaran.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah untuk mengajak siswa masuk pada persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang diberikan kepada siswa haruslah persoalan yang menantang mereka untuk mau memecahkan masalah tersebut.

3. Mengajukan/merumuskan hipotesis

Merumuskan hipotesis adalah mengajukan jawaban sementara terhadap apa yang akan diuji kebenarannya melalui sebuah ekspeimen atau observasi.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data yaitu aktivitas memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis.


(35)

16 5. Menguji hipotesis

Yaitu proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini akan menggunakan tujuh langkah-langkah pembelajaran inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi. Berikut penjelasan mengenai langkah-langkah pembelajaran tersebut.

1. Orientasi

Orientasi merupakan langkah untuk mempersiapkan suasana pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa untuk siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru dapat menjelaskan topik yang akan dipelajari, dan pokok-pokok kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah untuk mengajak siswa masuk pada persoalan yang menjadi topik pembelajaran. Guru berperan membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mereka ketahui jawabannya melalui kegiatan inkuiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membantu siswa menggali pemahaman mereka mengenai topik yang sedang dipelajari secara lebih mendalam.

3. Merumuskan hipotesis

Merumuskan hipotesis merupakan langkah mengajukan jawaban sementara terhadap apa yang akan diuji kebenarannya melalui sebuah ekspeimen atau observasi. Hipotesis yang telah dirumuskan nantinya akan dapat diuji kebenarannya melalui eksperimen yang dilakukan dalam pembelajaran.


(36)

17 4. Melakukan eksperimen

Eksperimen merupakan langkah di mana siswa melakukan percobaan untuk mengumpulkan data-data atau informasi yang dibutuhkan untuk menganalisis hipotesis yang telah mereka buat. Kegiatan ini membantu siswa menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan di awal kegiatan.

5. Menarik kesimpulan

Menarik kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil percobaan dan uji hipotesis yang dilakukan. Menarik kesimpulan dilakukan siswa dengan bimbingan dari guru.

6. Mempresentasikan hasil

Kegiatan presentasi merupakan kegiatan menjelaskan dan melaporkan hasil percobaan mereka di depan kelas. Presentasi dilakukan siswa dengan menjelaskan rumusan masalah, hipotesis, langkah-langkah percobaan, dan menyampaikan kesimpulan yang mereka peroleh.

7. Melakukan evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan mengulas kembali materi pembelajarn yang telah dipelajari. Siswa dengan guru bersama-sama melakukan pemeriksaan hasil percobaan yang sudah dilakukan dan disesuaikan dengan data atau informasi yang relevan. Kekurangan ataupun kesalahan dalam melakukan percobaan mungkin saja terjadi. Siswa dan guru dapat memberikan kritik dan saran dari percobaan yang dilakukan. Guru juga meluruskan dan membenarkan pemahaman siswa yang masih kurang tepat.

2.1.3 Proses Kognitif

Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanan katanya

knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah

perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, dalam Syah, 1997: 66-67).


(37)

18 Kategori-kategori pada dimensi proses kognitif merupakan pengklasifikasian proses-proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat dalam tujuan-tujuan di bidang pendidikan. Kategori-kategori ini merentang dari proses kognitif yang paling banyak dijumpai dalam tujuan-tujuan di bidang pendidikan, yaitu mengingat, kemudian memahami dan mengaplikasikan, ke proses-proses kognitif yang jarang dijumpai, yakni menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010: 43).

1. Mengingat berarti mengambil pengetahuan tertentu dari memori jangka panjang. Mengingat berisikan dua proses kognitif yang lebih spesifik, yakni mengenali dan mengingat kembali.

2. Memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

3. Mengaplikasikan berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur

dalam keadaan tertentu. Mengaplikasi mencakup dua proses kognitif yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan .

4. Menganalisis berarti memecah-mecah materi jadi bagian-bagian

penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Menganalisis berisikan tiga proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.

5. Mengevaluasi ialah mengambil keputusan berdasarkan criteria dan atau standar. Mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkeritik.

6. Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal. Mencipta mencakup proses kognitif merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Penelitian ini akan difokuskan pada kemampuan mengaplikasi dan


(38)

19 bagian penting dalam proses pembelajaran tematik di SD khususnya materi pelajaran IPA. Kedua variabel atau kemampuan tersebut sangat berhubungan dengan kegiatan siswa dalam proses inkuiri.

2.1.3.1 Proses Kognitif Mengaplikasi

Mengaplikasi adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam

keadaan tertentu. Kategori mengaplikasi terdiri dari dua proses kognitif, yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan (Anderson & Krathwohl, 2010: 100).

1. Mengeksekusi, yaitu menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familier, (misalnya membagi suatu bilangan dengan bilangan lain, kedua bilangan tersebut terdiri dari beberapa digit). Kata kerja lainnya dari mengeksekusi adalah melaksanakan.

2. Mengimplementasikan, yaitu menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier (misalnya, menggunakan hukum newton kedua pada konteks yang tepat). Kata kerja lainnya untuk proses kognitif mengimplementasikan adalah menggunakan, menerapkan, menguraikan, dan lain-lain.

Penelitian ini meneliti tiga proses kognitif untuk variabel mengaplikasi, yaitu melaksanakan, menggunakan, dan menguraikan.

2.1.3.2 Proses Kognitif Menganalisis

Menganalisis adalah memecah-mecah materi jadi bagian-bagian

penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antar bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Menganalisis terdiri dari proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan (Anderson & Krathwohl, 2010: 101).

1. Membedakan, artinya membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting (Misalnya, membedakan antara bilangan yang relevan dan bilangan yang tidak relevan dalam soal cerita matematika). Kata kerja lain dari membedakan yaitu menyendirikan, memilah, memfokuskan, dan memilih.


(39)

20 2. Mengorganisasi, artinya dapat menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur (Misalnya, menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti-bukti-bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatu penjelasan historis). Kata kerja lain dari mengorganisasi adalah menemukan koherensi, memadukan, membuat garis besar,

mendeskripsikan peran, dan menstrukturkan.

3. Mengatribusikan, artinya menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau maksud dibalik materi pelajaran (Misalnya, menunjukkan sudut pandang penulis suatu esai sesuai dengan pandangan politik si penulis). Kata kerja lain dari mengatribusikan adalah mendekonstruksi.

Proses kognitif yang diteliti pada variabel menganalisis yaitu membedakan, mengorganisasikan, dan mengatribusikan. Metode inkuiri memungkinkan siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan proses scientifik. Pembelajaran dengan pendekatan scientifik saat ini sudah dikembangkan dalam kurikulum 2013 yaitu dalam pembelajaran tematik.

2.1.4 Pembelajaran Tematik

2.1.4.1Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan pembelajaran terpadu, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik (Trianto, 2011: 139). Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu (Majid, 2014: 85). Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra-mata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan tersebut peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang utuh sehingga


(40)

21 pembelajaran menjadi lebih bermakna. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran tematik/terpadu merupakan suatu metode pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran.

2.1.4.2Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik, sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain: pertama, pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan memnentuk skema, sehingga akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (Trianto, 2009: 86-87).

Pembelajaran tematik di sekolah dasar sebagai suatu model pembelajaran di sekolah memiliki karakteristik sebagai berikut (Majid, 2014: 89-90):

1. Berpusat pada siswa

Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung yang dialami


(41)

22 ini, siswa dihadapkan langsung pada sesuatu yang konkret (nyata) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang abstrak.

3. Pemisah mata pelajaran tidak begitu jelas

Pemisah antar mata pelajaran tidak begitu jelas karena yang menjadi fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh sehingga dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5. Bersifat fleksibel

Pembelajaran bersifat luwes di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya. Guru juga dapat mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari siswa dan keadaan lingkungan di sekolah maupun di daerah tempat tinggalnya.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa pembelajaran tematik menekankan pada keterlibatan siswa dalam belajar secara aktif, dan siswa memperoleh pengalaman langsung. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran menggunakan metode inkuiri. Mata pelajaran yang di dalamnya memungkinkan berbagai percobaan seperti pada pembelajaran inkuiri salah satunya adalah IPA. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada materi pelajaran IPA saja.

2.1.5Hakikat IPA

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Samatowa, 2011: 2). Nash (dalam Samatowa, 2011: 3) menjelaskan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam, cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta


(42)

23 menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia (Samatowa, 2011: 3). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten (Powler, dalam Samatowa, 2011: 3). IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3). IPA adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah (Samatowa, 2011: 3).

Pengajaran IPA di Sekolah Dasar perlu memberikan kesempatan anak untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan dengan tahap perkembangan kognitifnya (Samatowa, 2011:5). Keterampilan proses sains/IPA adalah mengamati, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk memprediksi apa yang terjadi, dan menguji prediksi-prediksi di bawah kondisi-kondisi itu untuk melihat kebenarannya (Paolo&Marten, dalam Samatowa, 2011:5).

2.1.6 Materi IPA mengenai Listrik

Materi IPA pada penelitian ini diambil dari Tema 3 yaitu “Kerukunan dalam bermasyarakat” dengan subtema 1 “Hidup Rukun”. Materi IPA yang difokuskan pada tema ini yaitu mengenai “Listrik”. Meskipun demikian materi listrik hanya dibatasi mengenai: sumber-sumber listrik, rangkaian listrik, jenis-jenis rangkaian listrik; rangkaian listrik seri dan rangkaian listrik paralel.


(43)

24 Kompetensi dasar yang diambil ialah 3.4 Mengenal rangkaian listrik sederhana dan sifat magnet serta penerapan-nya dalam kehidupan sehari-hari, dan 4.3 Merancang dan membuat rangkaian seri dan paralel menggunakan sumber arus searah.

1. Mengenal listrik dan sumber listrik

Listrik adalah energi yang dihasilkan akibat dari gerak elektron. Elektron adalah muatan negatif yang dimiliki suatu benda. Lawan dari elektron adalah proton sebagai muatan positif. Benda-benda yang dapat menghasilkan energi listrik dinamakan sumber listrik (Kusumawati, 2014: 115). Apa sajakah sumber energi listrik itu? Inilah sumber-sumber listrik.

a. Baterai

Baterai merupakan sumber energi listrik yang paling mudah ditemukan. Listrik yang dihasilkan baterai disebut listrik searah (DC). Baterai disebut juga sebagai elemen kering karena listrik baterai dihasilkan dari bahan-bahan kering (Kusumawati, 2014: 115). Baterai dapat dimanfaatkan untuk berbagai peralatan listrik seperti senter, kamera, dan radio.

Menurut cara menyimpan listrik, baterai dapat dibagi menjadi dua, yaitu baterai sekali pakai dan baterai isi ulang. Baterai sekali pakai adalah baterai yang hanya dapat dipakai sekali. Setelah listrik dalam baterai habis, baterai tidak dapat digunakan. Sebaliknya, baterai isi ulang adalah baterai yang dapat diisi ulang jika listrik di dalamnya telah habis (Kusumawati, 2014: 115). Bagian-bagian baterai dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Bagian-bagian baterai


(44)

25 b. Aki

Aki merupakan sumber energi yang mudah juga ditemukan. Listrik yang dihasilkan aki disebut listrik searah (DC) (Kusumawati, 2014: 115). Sumber energi listrik ini disebut juga elemen basah karena disusun dari bahan-bahan cair.

Aki termasuk sumber energi listrik yang dapat diisi ulang. Artinya, jika listrik dalam aki telah habis, aki dapat diisi kembali (Kusumawati, 2014: 115). Aki biasa digunakan dalam kendaraan bermotor dan mobil. Sumber energi listrik ini dimanfaatkan untuk menghidupkan lampu yang ada pada motor dan mobil. Bagian-bagian Aki dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

c. Generator

Generator merupakan sumber energi listrik yang sangat penting. Generator menghasilkan listrik dari perpaduan magnet dan lilitan (Kusumawati, 2014: 115). Listrik yang dihasilkan generator disebut listrik bolak-balik (AC). Generator paling sederhana yaitu dinamo sepeda. Dinamo dapat menghasilkan listrik untuk menghidupkan lampu penerang pada sepeda. Generator yang berukuran besar dapat menghasilkan listrik yang besar pula. Listrik yang dihasilkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dihasilkan dari generator (Kusumawati, 2014: 115). Contoh generator dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2 Bagian-bagian Aki


(45)

26 d. Pembangkit Listrik

Listrik yang digunakan di rumah atau pabrik-pabrik berasal dari pusat listrik yang sengaja dibuat untuk menghasilkan tenaga listrik. Di Indonesia terdapat berbagai macam pembangkit listrik. Antara lain:

1) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Listrik yang dihasilkannya berasal dari tenaga air terjun. Untuk kepentingan ini, sengaja dibuat bendungan untuk menghasilkan tenaga air guna memutar turbin listrik (Hermana, 2009: 153). Contohnya, PLTA Jati Luhur di Purwakarta, PLTA Saguling di Kabupaten Bandung, PLTA Kedungombo di Boyolali, dan PLTA Sempor di Kebumen.

2) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Turbin listrik digerakkan oleh tenaga uap air. Uap air ini berasal dari air yang dididihkan. Untuk mendidihkan air ini digunakan bahan bakar, biasanya digunakan batu bara. Salah satu contohnya ialah PLTU Cilegon di Serang, Banten.

3) Pembangkit Listrik Tenaga Geotermal (PLTG)

Turbin listrik digerakkan oleh tenaga panas bumi (geotermal). Ada empat macam sumber energi panas bumi yang dapat dimanfaatkan sumber panasnya untuk menghasilkan energi, yaitu hidrotermal (sumber air panas), tekanan uap panas bumi, batuan dan mineral panas, serta sumber magma (Hermana, 2009: 155). Contoh PLTG yaitu PLTG Bayongbong di Garut Jawa Barat.

Gambar 2.3 Generator


(46)

27 4) Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD)

Turbin listrik digerakkan oleh tenaga disel. Bahan bakar yang digunakan ialah minyak solar (Hermana, 2009: 153). Di berberapa kota terdapat PLTD misalnya di Palangkaraya. Disel dalam ukuran kecil sering digunakan sebagai sumber listrik cadangan di rumah sakit atau kantor-kantor jika listrik dari pusatnya padam.

5) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Panas matahari juga dapat diserap dengan panel matahari atau sel surya. Panel sel surya dapat menghasilkan energi listrik untuk berbagai keperluan. Energi cahaya matahari dapat diubah menjadi energi listrik dengan media sel matahari (Hermana, 2009: 153).

6) Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB)

Tiupan angin yang sangat kuat memiliki energi kinetik yang besar. Tiupan angin ini dimanfaatkan untuk menggerakkan baling-baling, lalu baling-baling akan ikut memutar turbin sehingga turbin dapat memutar generator untuk membangkitkan energi listrik (Hermana, 2009: 154).

2. Rangkaian Listrik

Rangkaian listrik adalah rangkaian yang terdiri atas: sumber listrik, penghantar listrik (kabel), dan alat listrik (alat elektronik) (Sularmi, 2009: 100). Alat-alat listrik antara lain adalah :

a. Sekering : alat pengaman arus listrik/ alat pemutus arus listrik jika ada konsleting (hubungan singkat/ bertemunya kutub positif dan kutub negatif pada kabel yang mengelupas).

b. Saklar : alat untuk menyambung dan memutus arus listrik c. Stop kontak : alat penyalur listrik

Gambar 2.4 Rangkaian listrik


(47)

28 d. Bola lampu : alat penerangan

e. Fitting : tempat dudukan bola lampu

f. Kabel : alat untuk mengalirkan arus listrik

Arus listrik dapat mengalir melalui kabel dan alat-alat listrik lainnya. Besar kecilnya tegangan bergantung pada sumber listrik. Setiap rumah biasanya menggunakan listrik bertegangan 220 Volt (Zulfikar, 2009: 55). Arus listrik terjadi karena kutub positif (+) dan kutub (–) saling dihubungkan. Arus listrik hanya akan mengalir dalam rangkaian tertutup. Sebaliknya, pada rangkaian terbuka arus listrik tidak dapat mengalir. Arus listrik mengalir dari kutub positif (+) menuju kutub (–). Keduanya dihubungkan melalui kabel sehingga lampu dapat menyala (Sularmi, 2009: 100).

3. Jenis-jenis Rangkaian Listrik

a. Rangkaian Tertutup dan Terbuka

Bola lampu akan menyala jika saklar dalam keadaan tertutup. Rangkaian ini disebut rangkaian tertutup. Sebaliknya, jika saklar terbuka bola lampu tidak akan menyala. Rangkaian ini disebut rangkaian terbuka (Zulfikar, 2009: 55).

Gambar 2.6 Rangkaian Listrik Tertutup dan Terbuka

(Sumber: Zulfikar, 2009: 55)


(48)

29 b. Rangkaian Listrik seri

Rangkaian listrik seri yaitu rangkaian alat listrik yang disusun secara berurutan (Kusumawati, 2014: 115). Alat listrik pada rangkaian seri mendapatkan arus listrik secara berurutan. Contoh rangkaian alat listrik seri seperti gambar berikut ini.

Dalam rangkaian seri, jika salah satu lampu padam, lampu yang lain akan ikut padam. Arus listrik yang mengalir di kedua lampu mempunyai besar yang sama. Tegangan listrik pada kedua lampu mempunyai sifat sebagai berikut (Kusumawati, 2014: 116).

i. Jika kedua lampu mempunyai ciri sama, tegangan listrik bernilai sama. ii. Jika kedua lampu mempunyai ciri yang berbeda, tegangan listrik akan

berbeda.

c. Rangkaian Listrik Paralel

Rangkaian listrik paralel yaitu rangkaian alat listrik yang disusun secara bertingkat atau sejajar (Kusumawati, 2014: 116). Masing-masing alat listrik

Gambar 2.8 Rangkaian Listrik Seri

(Sumber: Kusumawati, 2014: 115)

Rangkaian listrik terbuka Rangkaian listrik tertutup Gambar 2.7 Contoh Rangkaian Listrik Terbuka dan Tertutup


(1)

186

10 P : Apakah kamu merasa mendapatkan pengetahuan baru dalam membuat rangkaian listrik dengan menggunakan metode inkuiri/percobaan? 13 SE3 : Ya. Bisa membuat rangkaian listrik.

14 P : Bagaimana pendapatmu ketika pembelajaran menggunakan metode inkuiri/percobaan?

16 SE3 : Menyenangkan soalnya kita praktek coba-coba buat rangkaiannya itu, jadi bisa dipahami.

Menyenangkan 18 P : Apakah kamu dapat mengerjakan soal nomor 3

dengan mudah? Apa alasanmu?

20 SE3 : Lumayan bisa, tapi yang keterangannya itu agak lupa namanya.

Lumayan bisa 22 P : Apakah kamu dapat mengerjakan soal nomor 4

dengan mudah? Apa alasanmu?

24 SE3 : Bingung mbak, karena itu agak rumit. Jadi ya sulit kalo saya.

Bingung (W2 SE3 B24) 26 P : Bagaimana pendapatmu mengenai pelaksanaan saat

mengerjakan soal posttest 1?

28 SE3 : Menyenangkan karena kan sudah diajari dengan praktek.

Menyenangkan 30 P : Bagaimana pendapatmu mengenai pelaksanaan saat

mengerjakan soal posttest 2?

32 SE3 : Agak sulit mbak, karena udah banyak yang lupa e aku tu.

Agak sulit (W2 SE3 B32)

Keterangan

:

W1

: wawancara sebelum perlakuan

W2

: wawancara sesudah perlakuan

P

: peneliti

SK1

: siswa 1 pada kelompok kontrol

SK2

: siswa 2 pada kelompok kontrol

SK3

: siswa 3 pada kelompok kontrol

SE1

: siswa 1 pada kelompok eksperimen

SE2

: siswa 2 pada kelompok eksperimen

SE3

: siswa 3 pada kelompok eksperimen


(2)

187

Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran


(3)

188

5.1.2

Kelompok Eksperimen


(4)

189


(5)

190


(6)

191

CURRICULUM VITAE

Harmiyanti merupakan anak ketiga dari pasangan Kasimin

dan Wartinah yang lahir di Sleman pada tanggal 30

Oktober 1994. Pendidikan awal dimulai dari TK-ABA

Kemirikebo, Girikerto, Turi, Sleman tahun 2000-2001.

Pendidikan selanjutnya di Sekolah Dasar Negeri

Kloposawit, Girikerto, Turi, Sleman tahun 2001-2006.

Penulis melanjutkan pendidikan berikutnya di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 3 Turi, Sleman tahun 2006 dan

lulus tahun 2009. Selanjutnya, pendidikan penulis dilanjutkan di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Pakem, Sleman tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012.

Penulis melanjutkan pendidikannya di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012. Di bawah ini

adalah daftar kegiatan yang pernah diikuti penulis selama menjadi mahasiswa

Universitas Sanata Dharma.

No Nama Kegiatan Tahun Peran

1 Inisiasi Sanata Dharma (Insadha) 2012 Peserta 2 Inisiasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Infisa) 2012 Peserta 3 Seminar “Una Seminar and Workshop On Anti Bias

Curriculum and Teaching” 2012 Peserta

4 Makrab Forum Keluarga Muslim 2012 dan 2013 2012-2013 Peserta 5 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) I

dan II

2013 Peserta 6 Kursus Mahir Dasar Pramuka (KMD) 2013 Peserta

7 Week-end Moral 2013 Peserta

8 Seminar for Studium Generale Entitled “Learning from the past for a better future: We and the 1965 tragedy”

2013 Peserta

9 English Club 2012-2014 Peserta

10 Seminar “Family Problems and Children’s Motivation to

Learn” 2014 Peserta

11 Kuliah Umum: Diseminasi Hasil Magang International

Baccalaureate-Primary Years Programme (IB-PYP)

2014 Peserta 12 Kuliah Umum “Diseminasi Hasil Magang Dosen: Curriculum

Cambridge” 2014 Peserta

13 Kuliah Umum: “Diseminasi Hasil Magang Dosen: Pendidikan

Luar Biasa” 2014 Peserta

14 Kuliah Umum: “Mental Health in Children: Theory and

Reaserch” 2014 Peserta


Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

0 1 2

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 3 175

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 2 198

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

2 26 214

Pengaruh penggunaan metode Inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Tamanan I Yogyakarta.

0 1 173

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 2 151

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 170

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA SD Kanisius Kalasan Yogyakarta.

0 1 143

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

0 0 149

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta - USD Repository

0 0 168