26
maupun yang dirugikan dan situasi. Dalam langkah analisis memberikan suatu gambaran mengenai tema yang dianalisis.
5 R : Rangkuman
Langkah kelima pendamping merangkum sambil menunjukkan persoalan- persoalan yang telah menjadi jelas maupun yang masih harus dipikirkan lebih
lanjut. Dalam langkah ini ditarik kesimpulan yang menjadi inti dari hasil diskusi pertemuan bersama.
6
A : Aksi
Langkah keenam merencanakan suatu aksi atau tindakan nyata bersama- sama maupun pribadi. Dalam langkah aksi ini berupa usulan konkret dan
dilakukan. 7
E : Evaluasi Langkah yang terakhir mengevaluasi dari proses yang telah dilaksanakan.
Hal ini perlu untuk memperbaiki pertemuan selanjutnya dan bisa digunakan untuk mengevaluasi aksi yang telah dilaksanakan.
e. Unsur – Unsur Pokok Sotarae
Menurut Olivera 1989: 19-20, unsur-unsur pokok sotarae sebagai berikut: 1
Kelompok Orang Kelompok orang yang dimaksud seperti kaum muda, guru, murid, pasangan
suami istri, serikat buruh, dan lain-lain atau orang yang berminat untuk memperluas pengetahuan mengenai suatu persoalan. Hal yang ditekankan adalah
keterlibatan peserta untuk mengungkapkan pendapat pribadi dan keberanian untuk
27
mengungkapkan kepada yang lain sehingga semua peserta merasa senang serta siap menyumbangkan sesuatu demi tujuan kelompok.
2 Tempat yang Cocok
Tempat yang digunakan untuk pertemuan disesuaikan dengan jumlah peserta yang mengikuti dan diatur sebaik mungkin agar dalam pertemuan merasa
nyaman serta semua peserta dapat mendengarkan pendapat satu sama lain. 3
Dokumen yang menarik Dokumen meliputi film, surat kabar, potongan majalah, bahasa foto, poster,
kaset atau permainan. Dokumen tersebut sebagai media yang digunakan dalam pertemuan dan dipilih sesuai dengan keefektifitasannya waktu, menyesuaikan
situasi serta kondisi kelompok. 4
Perlengkapan yang tepat Di dalam pertemuan menggunakan perlengkapan yang dibutuhkan dan
sesuai pada tempatnya. Sebelum memulai pertemuan perlu diteliti kembali perlengkapan yang menyangkut hal-hal teknis agar pertemuan nantinya dapat
berjalan dan terlaksana dengan baik serta lancar. 5
Seorang pengarah moderator Seorang pengarah mempunyai tugas untuk mempermudah dialog antar
peserta, memberi kesempatan kepada peserta untuk berbicara dan membantu peserta untuk mengungkapkan pendapatnya dan merangkum dari keseluruhan
pembicaraan. Seorang pengarah perlu menguasai isi dan bisa mengarahkan pertemuan.
28
f. Sistem Sosial Sotarae
Dalam melaksanakan katekese sotarae terdapat komponen-komponen yang mendukung yaitu adanya peserta dan pendamping. Pendamping berperan sebagai
fasilator untuk mengarahkan jalannya pertemuan, menciptakan suasana keakraban sedangkan peserta turut berpartisipasi untuk mengungkapkan pendapat. Kedua
komponen tersebut harus ada karena tanpa peserta dan pendamping pertemuan tidak bisa terlaksana dan tujuan tidak akan tercapai.
g. Sistem Pendukung Sotarae
Sistem pendukung berkaitan dengan hal-hal yang mendukung dalam katekese seperti film, cuplikan video, peristiwa, cergam, fotocopy artikel, gambar
dari internet, koran, dan lain-lain. Selain materi atau bahan yang dipergunakan, sarana dan prasarana yaitu pengeras suara atau speaker, LCD dan tempat juga
perlu diperhatikan serta dipersiapkan sebaik mungkin agar dalam pertemuan lancar.
h. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Sotarae
Dampak disebut pula dengan tujuan yang dihasilkan. Dampak Instruksional dari katekese dengan model sotarae untuk mengembangkan kemampuan,
menghargai orang lain dan menanamkan pemikiran ke dalam praktek nyata. Sedangkan dampak pengiring dari katekese model sotarae membuat pertemuan
lebih menarik.
29
B. Keterlibatan Hidup Menggereja
1. Pengertian Keterlibatan
Menurut Katekismus Gereja Katolik art. 1913 keterlibatan diartikan sebuah pengabdian yang sukarela dan luhur dari pribadi-pribadi dalam peranannya semua
orang harus turut serta dalam peningkatan kesejahteraan umum. Keterlibatan dilaksanakan secara sukarela oleh setiap pribadi, keinginan yang timbul dari
dalam dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Menurut Dua Gete 1975: 9 keterlibatan adalah suatu sikap manusia untuk
mencurahkan tenaganya serta perhatiannya sepenuh-penuhnya, dengan jiwa raga, kepada suatu pekerjaan atau usaha.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keterlibatan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang secara sukarela karena keinginan
dari dalam diri untuk memberikan tenaga, pikiran dan kemampuan pada suatu pekerjaan atau usaha.
2. Hidup Menggereja
Definisi Gereja sangatlah luas tergantung dari konteksnya. Pengertian Gereja terdapat dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja yang tidak mengenal batasan
arti. Menurut buku Iman Katolik 1996: 333, di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru tiga nama yang dipakai untuk Gereja: Umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait
Roh Kudus. Selain itu, Gereja diartikan sebagai paguyuban. Pada hakikatnya Gereja adalah suatu paguyuban, suatu perkumpulan yang terdiri dari orang-orang
yang hidup, yang punya macam harapan, gagasan, sifat Mariyanto, 1987: 79.
30
Dengan adanya lembaga Gereja, umat Allah mendapat tempat untuk ikut berperanserta dalam karya Allah untuk terlibat dalam dunia ini Ardhisubagyo,
1987: 22. Gereja berdiri kokoh atas dasar Kristus sebagai Kepala dan Allah yang berkarya memanggil umatnya untuk diberikan tanggung jawab dan kebebasan.
Hidup menggereja diartikan sebagai pengabdian secara sukarela untuk mengambil bagian dalam bidang koinonia, kerygma, leitourgia dan diakonia.
Menurut Prasetya 2003: 40, umat beriman yang telah dibaptis dan menerima sakramen krisma umat diharapkan untuk mengambil bagian dalam
tugas perutusan Yesus Kristus sebagai imam, nabi dan raja. Dalam perkembangan dalam gereja, kaum awam dapat melibatkan diri secara aktif sebagai misdinar,
lektor, menjadi pemazmur, dirigen, anggota paduan suara, organis, petugas doa umat, petugas persembahan, prodiakon, katekis, menjadi pengurus dalam
kepemimpinan Gereja. Sedangkan di luar gereja, kaum awam juga dapat mengambil bagian ditengah-tengah masyarakat seperti dalam sosio-edukatif,
politik, ekonomi, religius, kesehatan dan lingkungan hidup Prasetya, 2003: 111- 198. Oleh karena itu, sebagai awam melaksanakan tugas Kristus sebagai Imam,
Nabi dan Raja. Karena berperan serta dalam tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja, kaum awam berperan aktif dalam kehidupan dan kegiatan Gereja AA,
art. 10. Ensiklik Lumen Fidei yang ditulis oleh Bapa Paus Benediktus XVI dan
Fransiskus pesan dasarnya adalah, bangunlah hidup di atas dasar iman;iman yang selaras dengan akal budi, dan iman yang diwartakan serta diwujudkan dalam
tindakan konkret agar semakin beriman Krispurwana, 2013: 13.
31
Para teolog dalam Ardisubagyo 1987: 23 tugas-tugas Gereja yang didasari dalam tiga segi pelayan Yesus disebut Harvey Cox yaitu kerygma pewartaan
Kerajaan Allah, diakonia pelayanan penyembuhan, pengampun dosa, koinonia persaudaraan sebagai penampakan ciri Kerajaan Allah kemudian ditambahkan
leitourgia perayaaan iman akan Yesus Kristus. Menurut Ardhisubagyo 1987:24-33, hidup menggereja terbagi dalam
empat peranan dasariah sebagai berikut: 1
Persekutuan – Persaudaraan Koinonia Koinonia diartikan sebagai semangat persaudaraan dan kesetiakawanan.
Selain itu, dalam pedoman karya pastoral kaum muda 1993: 39, koinonia diartikan sebagai tanggung jawab dan keterlibatan setiap anggota umat Allah
dalam mengembangkan hidup komunitas, untuk menciptakan dan memperkuat persaudaraan, kesatuan, keutuhan, kehangatan sehingga umat merasa memiliki
karena ada perasaan sehati sejiwa sebagai umat Allah. Yang menjadi dasar koinonia adalah cara hidup jemaat perdana Kis 4:32-35. Cara hidup jemaat
perdana yaitu sehati dan sejiwa, memiliki rasa percaya, segala sesuatu yang dimiliki merupakan milik bersama, hidup dalam kasih dengan karunia yang
melimpah dan tidak ada yang kekurangan adalah dasar dari koinonia. Cara hidup bersama ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai dengan memiliki sikap
keterbukaan, mencintai dan peka terhadap sesama yang menderita dan dilanda kesusahan.
32
a Paguyuban PIR
Paguyuban PIR sebagai tempat
pertemuan remaja katolik untuk mengembangkan iman. Di dalam paguyuban tersebut remaja dapat belajar dan
membangun Gereja bersama dengan teman seusianya. Dengan adanya paguyuban tersebut dapat mengembangkan metode pertemuan yang kreatif, sehingga remaja
merasa senang dan tertarik untuk terlibat dalam paguyuban Nota Pastoral KAS 2008: 46.
b Paguyuban Misdinar
Paguyuban Misdinar adalah sekolompok orang yang berusia anak-anak minimal kelas 4 SD dan usia remaja yang mempunyai tugas untuk melayani
pastor pada waktu perayaan Ekaristi. Misdinar seringkali disebut sebagai putra- putri altar. Di setiap paroki, misdinar membentuk suatu paguyuban di Gereja dan
memiliki kepengurusan dibawah Tim Kerja Misdinar. Adapun kepengurusan mempunyai tugas untuk mengkoordinir para anggotanya yang bertugas setiap
perayaan Ekaristi pada hari minggu, hari raya, misa harian dan latihan-latihan. Paguyuban misdinar juga memiliki kegiatan seperti pertemuan misdinar se paroki
setiap seminggu sekali, pertemuan di kevikepan, mengikuti perlombaan di kevikepan, ziarah rutin, pembekalan dari tim liturgi dan lain-lain.
c Paguyuban Orang Muda Katolik
Menurut Pedoman Karya Pastoral Pemuda 1993: 8, kaum muda adalah mereka yang berusia antara 13 s.d 30 tahun dan belum menikah, sambil tetap
memperhatikan situasi dan kebiasaan masing-masing tempat. Paguyuban orang
33
muda merupakan paguyuban yang berpartisipasi dalam bidang communio persekutuan-persaudaraan Gereja. Dalam paguyuban tersebut memiliki struktur
kepengurusan, pembina dan pendamping. Selain itu, orang muda dibina dalam bidang kemandirian dan kehidupan bersama yang meliputi kehidupan iman dan
menggereja. Dengan adanya paguyuban OMK diharapkan iman orang muda semakin berkembang karena kaum muda sebagai harapan Gereja CFL, art. 46.
d Paguyuban Lektor
Lektor sebagai Pewarta Sabda Tuhan membentuk suatu paguyuban tersendiri. Dalam paguyuban tersebut para anggota lektor saling mendukung,
menguatkan dan berusaha untuk lebih baik untuk mewartakan Sabda Tuhan. Mewartakan Sabda Tuhan tidak hanya sekedar membaca dari Kitab Suci, tetapi
benar-benar mewartakan Sabda Tuhan dengan sepenuh hati. Oleh karena itu, dalam paguyuban lektor, para anggota lektor diberikan pembekalan yang cukup
oleh pastor paroki agar dapat menjalankan tugas sebagai pewarta dengan baik. Kegiatan paguyuban lektor seperti pelatihan membaca, pertemuan rutin satu bulan
sekali, pembekalan bagi calon lektor baru dan evaluasi tugas.
e Paguyuban Legio Maria
Legio Maria adalah suatu perkumpulan umat Katolik yang berdiri atas Gereja dan bimbingan kuat dari Bunda Maria. Surono, 2010: 1. Tujuannya untuk
memuliakan Tuhan dengan doa dan karya dan memperluas Kerajaan Allah di dunia secara nyata. Anggota dari paguyuban ini ialah semua orang Katolik yang
terbuka untuk mengikuti Legio Maria. Dalam paguyuban Legio Maria dikenal
34
dengan acara rapat presidium yang terdiri dari doa pembukaan dan Rosario, pembacaan rohani, pembacaan notulen, penerimaan tamu, instruksi tetap, daftar
anggota presensi, surat menyurat, berita dewan, laporan bendahara, laporan anggota, doa katena, alokusio, derma rahasia diedarkan, laporan dilanjutkan,
pembagian tugas, mempelajari buku pegangan, laporan anggota auksilier, soal- soal lain, doa penutup Surono, 2010: 8-9. Tugas yang dikerjakan oleh anggota
Legio Maria meliputi bidang kerygma, leitourgia, communio, diakonia dan martyria. Bentuk dari keterlibatan pelayanan pastoral, kerasulan dan
kemasyarakatan seperti mengajar agama, mengunjungi orang sakit, membersihkan Gereja, mendoakan orang sakit dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam paguyuban
Legio Maria tidak hanya berdevosi kepada Bunda Maria tetapi ada aksi nyata yang dilakukan berupa tindakan yang nantinya dilaporkan saat sidang.
f Paguyuban Ibu-Ibu Paroki
Merupakan sekumpulan umat terdiri dari ibu-ibu yang berkumpul untuk mengadakan pertemuan dengan acara arisan dan pendalaman kitab suci.
Paguyuban ibu-ibu paroki berkumpul setiap satu bulan sekali di aula gereja bahkan ada pula bergiliran di rumah umat yang menjadi anggota paguyuban ibu
paroki. Di dalam paguyuban tersebut selain mengadakan acara arisan dan pendalaman kitab suci disetiap pertemuan juga mengadakan ziarah, menjenguk
orang sakit, kunjungan ke novisiat, menghadiri pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan keuskupan atau kegiatan kunjungan yang telah disepakati oleh
ibu-ibu Paroki.