Pengertian Keterlibatan Hidup Menggereja

34 dengan acara rapat presidium yang terdiri dari doa pembukaan dan Rosario, pembacaan rohani, pembacaan notulen, penerimaan tamu, instruksi tetap, daftar anggota presensi, surat menyurat, berita dewan, laporan bendahara, laporan anggota, doa katena, alokusio, derma rahasia diedarkan, laporan dilanjutkan, pembagian tugas, mempelajari buku pegangan, laporan anggota auksilier, soal- soal lain, doa penutup Surono, 2010: 8-9. Tugas yang dikerjakan oleh anggota Legio Maria meliputi bidang kerygma, leitourgia, communio, diakonia dan martyria. Bentuk dari keterlibatan pelayanan pastoral, kerasulan dan kemasyarakatan seperti mengajar agama, mengunjungi orang sakit, membersihkan Gereja, mendoakan orang sakit dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam paguyuban Legio Maria tidak hanya berdevosi kepada Bunda Maria tetapi ada aksi nyata yang dilakukan berupa tindakan yang nantinya dilaporkan saat sidang. f Paguyuban Ibu-Ibu Paroki Merupakan sekumpulan umat terdiri dari ibu-ibu yang berkumpul untuk mengadakan pertemuan dengan acara arisan dan pendalaman kitab suci. Paguyuban ibu-ibu paroki berkumpul setiap satu bulan sekali di aula gereja bahkan ada pula bergiliran di rumah umat yang menjadi anggota paguyuban ibu paroki. Di dalam paguyuban tersebut selain mengadakan acara arisan dan pendalaman kitab suci disetiap pertemuan juga mengadakan ziarah, menjenguk orang sakit, kunjungan ke novisiat, menghadiri pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan keuskupan atau kegiatan kunjungan yang telah disepakati oleh ibu-ibu Paroki. 35 2 Pewartaan Injil Kerygma Penginjilan evangelisasi berarti membawa Kabar baik kepada segala tingkat kemanusiaan dan melalui pengaruh Injil merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru EN, art. 18. Isi evangelisasi memberikan kesaksian tentang kasih, mewartakan penebusan Yesus Kristus, mewartakan kasih kepada semua orang, saling mengampuni, membantu sesama, berbuat baik, menghayati sakramen, berdoa, hidup di masyarakat dengan menciptakan perdamaian dan keadilan. Kerygma merupakan keterlibatan aktif dari tiap-tian anggota umat Allah dalam pengajaran dan pewartaan kabar gembira melalui usaha-usaha saling mengajar dan saling meneguhkan, memperkaya iman dan pemahamannya dengan sharing, katekese umat, katekese sekolah, katekese katekumenat dan pendalaman iman Komisi Kepemudaan, 1993: 39. Mewartakan Kabar Gembira tidak cukup dengan hanya membaca dan mendengarkan Sabda Tuhan tetapi diwujudkan berupa tindakan secara nyata untuk memperluas Kerajaan Allah di dunia. Metode-Metode evangelisasi seperti mencari sarana- sarana yang cocok, kesaksian hidup, Kotbah, liturgi sabda, katekese, menggunakan media massa, sakramen, kesalehan yang merakyat EN, art. 40-48. Bentuk-bentuk keterlibatan dalam bidang kerygma sebagai berikut: a Katekese Isi dari katekese adalah Yesus Kristus, pengalaman peserta, Tradisi, Ajaran gereja dan Ajaran moral. Katekese sebagai salah satu tugas pastoral Gereja tidak hanya dilaksanakan pada persiapan penerimaan sakramen tetapi juga berkelanjutan setelah menerima sakramen. Pelajaran agama katolik di sekolah 36 merupakan bentuk katekese. Ruang lingkup katekese terdiri dari lima bagian yaitu keluarga, paroki, sekolah, masyarakat dan komunitas basis Sumarno, 2011: 59. 1 Katekese Persiapan Baptis Dewasa Sakramen Baptis merupakan pintu gerbang sakramen lainya. Oleh karena itu, orang yang akan masuk katolik harus menerima sakramen baptis. Sebelum menerima sakramen baptis, para katekumen wajib mengikuti pelajaran baptis atau katekese persiapan baptis. Katekese persiapan katekese baptis dewasa intinya mempersiapkan para calon Baptis katekumen untuk mengenal Gereja Katolik dengan semua ajarannya, mengakui pokok-pokok iman katolik, dan menghayati dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari katekese yaitu mengembangkan dan membina pengetahuan dan penghayatan iman para katekumen Komkat KAS, 2012: 17. Oleh karena, katekumen tidak hanya diberikan pengetahuan iman melalui dogma, katekismus, ajaran gereja, menghafalkan doa tetapi diajak untuk menghayati pengalaman imannya secara pribadi. Selama setahun sebelum menerima sakramen baptis, para katekumen menjalani tiga tahap empat masa sehingga benar-benar dipersiapkan agar sungguh-sungguh dapat meyakini, menghayati dan menjalankan iman katolik. 2 Katekese Persiapan Komuni Pertama Komuni Pertama diterima oleh anak kurang lebih umur 9-10 tahun. Katekese persiapan komuni pertama diharapkan dapat mengajak calon kepada sikap dan nilai baru yang perlu dikembangkan, bukan sekedar pemahaman, artinya dengan menerima komuni pertama calon diajak dalam persekutuan Gereja, 37 terlibat dalam hidup menggereja sepenuhnya dan menyadari untuk setia mengenakan Kristus melalui menerima Tubuh dan darah Kristus Komkat KAS, 2012: 32. Dalam katekese persiapan komuni pertama materinya tentang pemahaman Tritunggal MahaKudus, Kitab Suci, Gereja, Sakramen, moral kristiani, ajaran Gereja, doa dan hidup kekal. Katekese persiapan komuni pertama sangatlah penting dan wajib diikuti oleh anak yang akan menerima Sakramen Ekaristi karena mereka disiapkan untuk menerima Tubuh dan Kristus. 3 Katekese Persiapan Sakramen Penguatan Sakramen Penguatan atau Krisma diterimakan pada usia remaja minimal kelas 2 SMP. Tujuan dari katekese sakramen penguatan diajak untuk memahami bahwa sakramen mengandung suatu panggilan untuk menjadi saksi Krsitus Komkat KAS, 2012: 45. Dalam sakramen penguatan, umat lebih dikuatkan untuk menjadi saksi Kristus. Berkat anugerah Roh Kudus ini, orang beriman menjadi lebih serupa dengan Kristus dan dikuatkan untuk memberi kesaksian tentang Kristus, demi pembangunan tubuh-Nya dalam iman dan cinta kasih KWI, 1996: 426-427. Dalam hal ini, orang beriman diutus untuk terlibat dalam hidup menggereja yang terdapat empat bidang yaitu leitourgia, koinonia, diakonia, dan kerygma. 4 Katekese Lanjut Masa mistagogi merupakan masa lanjut setelah menerima Sakramen baptis. Dalam tahap mistagogi, penghayatan perlu selalu ditumbuhkan sehingga semakin 38 mencintai Yesus Kristus dan perlu diberikan contoh-contoh konkret untuk dapat mengaktualkan pengetahuan imannya dalam hidup sehari-hari Komkat KAS, 2012: 55. Katekese sebagai usaha untuk mendidik iman perlu dilanjutkan agar sampai pada iman yang dewasa meskipun aspek pengetahuan iman dan sikap iman tidak dilupakan. Selain itu, yang membutuhkan katekese lanjut tidak hanya para baptisan baru tetapi semua umat beriman katolik yang masih hidup dan membutuhkan pendampingan iman agar iman semakin berkembang. Dalam usaha menumbuhkan iman maka katekese lanjut perlu ditempatkan sebagai media gerejawi untuk mendidik seorang dalam iman. 5 Katekese di Sekolah Dalam dokumen tentang Ajaran dan Pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik menegaskan bahwa pendidikan agama Katolik di setiap sekolah adalah tepat, sebab tujuan dari sekolah ialah membentuk manusia dalam segala dimensinya yang pokok dan dimensi keagamaan merupakan bagian dari intergral dari pembentukan itu Boli Kontan, 2011: 45. Pendidikan menyangkut hubungan dengan Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, katekese di Sekolah harus menjadi bagian dari pendidikan iman yang dapat mendidik murid untuk mengolah pengetahuan iman menjadi nyata. PAK di sekolah swasta dan negeri merupakan bentuk katekese. Pendekatan yang dipakai pola interaksi komunikasi aktif untuk mengintepretasikan dan mengaplikasi ajaran imannya dalam hidup nyata. Keberhasilan dalam hidup beragama tidak terletak pada apa yang diketahui, tetapi lebih pada kemampuan untuk mengolah pengetahuan iman supaya hidup lebih nyata dan berkembang secara rohani serta jasmani Boli Kontan, 2011: 56. 39 Pendidikan Agama Katolik di sekolah bertujuan membantu siswa untuk dapat menghayati dan mewujudkan imannya serta untuk menentukan jati diri. Terwujudnya Kerajaan Allah merupakan visi dasar atau arah utama seluruh kegiatan pendidikan di dalam iman atau PAK Heryatno, 2008: 26. Dimensi pendidikan agama katolik di sekolah meliputi Pribadi siswa, Yesus Kristus, Gereja dan Kemasyarakatan. Gereja sebagai persekutuan yang melanjutkan karya Yesus. Oleh karena itu, ajaran dan iman Gereja bertumbuh dan berkembang melalui persekutuan sehingga pendidikan agama katolik tidak hanya memberikan pengetahuan iman, tetapi menghayati dan mewujudkan iman dalam keadaaan konkret sebagaimana tiga unsur iman kristiani yaitu meyakini, mempercayai dan menjalankan. Pendidikan Iman dalam di sekolah, sebagai proses pendewasaan iman diharapkan membantu memperkembangkan iman peserta didik secara seimbang dan integratif ketiga aspek iman tersebut Heryatno, 2008: 31. b Kotbah Dalam buku Kompendium Prodiakon 2010: 48 Kotbah adalah pewartaan mengenai iman yang berisi Kitab Suci, ajaran Gereja, ajaran moral. Khotbah berbeda dengan homili di lihat dari segi isi. Kotbah bisa menjadi homili apabila disampaikan dalam perayaan liturgi dan bertitik tolak dari bacaaan Kitab Suci. Dari segi tempat penyampaiannya, kotbah dapat disampaikan dimana saja tidak hanya dalam perayaan liturgi seperti dalam rapat pertemuan, jalan raya dan lain- lain. 40 c Homili Homili berasal dari kata Yunani homilia yang berarti percakapan atau pembicaraan yang enak, akrab, saling memahami dan seterusnya. Homili selalu bertitik tolak dari bacaan Kitab Suci yang sifatnya mengupas dan menjelaskan isi Kitab Suci sesuai dengan konteks hidup jemaat art 49. Seperti yang telah diungkapkan St. Hieronimus bahwa Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus. Dalam ungkapan tersebut mengajak umat beriman katolik untuk mengenal Yesus melalui bacaan Kitab Suci dengan karya keselamatan Allah. Oleh karena itu, dalam Misa hari Minggu dan hari raya wajib yang dihadiri umat, homili jangan ditiadakan kecuali jika ada alasan yang berat SC, art. 52. 3 Perayaan Iman Leitourgia Leitourgia adalah keterlibatan dan peran serta secara aktif tiap-tiap anggota umat Allah dalam ibadat dan perayaan bersama untuk menyembah dan bersyukur kepada Allah dalam doa bersama, mendengarkan sabda-Nya dalam Kitab Suci dan terutama dalam perayaan Ekaristi Kudus dan sakramen-sakramen yang lain Komisi Kepemudaan, 1993: 39. Gereja mengenangkan perayaan syukur karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus yang terungkap dalam perayaan Ekaristi dan Sakramen. Dengan sakramen, orang beriman bersatu dengan Yesus Kristus. Leitourgia menjaga hubungan dengan Yesus Kristus yang mendasari kehidupan jemaat dan pengabdaian agar terpelihara Ardisubagyo, 1987: 29. Keterlibatan dalam perayaan iman sungguh penting baik sebagai petugas liturgi maupun umat. Sebagai umat hendaknya aktif dalam berliturgi seperti aklamasi 41 olah umat, jawaban-jawaban, pendarasan mazmur, antifon-antifon, lagu dan sikap-sikap liturgi. Menjadi petugas litugi dapat berperanserta dalam putra-putri altar, lektor, komentator, paduan suara, prodiakon, tata tertib, dirigen, petugas persembahan, dirigen secara bertanggung jawab. Bentuk keterlibatan dalam leitourgia sebagai berikut: a Merayakan Ekaristi dan Merayakan Sakramen Misa Kudus adalah perayaan kebersamaan dengan seluruh Gereja secara konkret yang diungkapkan dengan kehadiran semua umat yang hadir berkumpul. Perayaan Ekaristi Gereja sebagai Sakramen kesatuan, yakni umat kudus yang berhimpun dan diatur dibawah para uskup SC, art. 26. Ekaristi adalah puncak sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristiani SC, art. 10. Oleh karena itu, setiap umat beriman katolik setiap hari Minggu mempunyai kewajiban untuk merayakan Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi merupakan perayaan kehadiran yang tidak hanya mempertandakan kehadiran Tuhan di tengah umat tetapi bagaimana umat menghayati dalam imannya dengan kehadiran Tuhan. Gereja tiada putusnya memuji Tuhan dan memohonkan keselamatan seluruh dunia bukan hanya dengan merayakan perayaan Ekaristi, melainkan dengan cara-cara lain juga, terutama dengan mendoakan Ibadat Harian SC, art. 83. Oleh karena itu, perayaan Ekaristi sebagai perayaan bersama masing-masing umat dapat terlibat sesuai dengan perannya masing-masing baik menjadi petugas maupun sebagai umat. 42 Dalam Gereja Katolik memiliki tujuh sakramen. Sakramen merupakan tanda dan sarana keselamatan Allah. Ketujuh sakramen merupakan liturgi dalam arti yang paling padat KWI, 1996: 396. Memaknai sakramen adalah mendalami kekristenan dan mendalami arti menjadi warga Gereja yang berarti pengungkapan iman dan perwujuan iman untuk merumuskan teknis dari cita-cita menggereja konteksual yang artinya melahirkan wujud kekristenan dalam situasi sosial, budaya, politik, keagamaan, ekonomi yang konkret Putranto, 2011: 1. Menjadi umat beriman katolik dapat mengikuti, menerima dan merayakan perayaan Sakramen Baptis, Sakramen Ekaristi, Sakramen Tobat, Sakramen Perkawinan, Sakramen Imamat, Sakramen Krisma dan Sakramen Pengurapan orang sakit. b Ibadat Harian Dalam buku Iman Katolik 1996: 396-397 liturgi tidak terbatas pada bidang sakramen, tetapi mencakup Ibadat Harian. Yang wajib merayakan ibadat harian ialah 1. dewan pembantu uskup, para rahib dan rubiah, serta para imam biarawan lainnya, yang terikat pada pada Ibadat Harian bersama menurut hukum atau konstitusi tarekat; 2. Dewan para iman katedral atau penasihat uskup untuk sebagian SC, art. 95. c Menjadi Lektor Lektor artinya orang yang bertugas untuk membacakan bacaan pertama dan atau bacaan kedua, sebagai sabda Allah, dalam perayaan Ekaristi Prasetya, 2010: 40. Tujuannya agar Sabda Tuhan yang disampaikan dapat menyentuh hati umat dan umat dapat menanggapi Sabda dengan baik. Dalam menyampaikan Sabda 43 Tuhan tidak hanya sekedar membaca, tetapi membutuhkan persiapan dengan baik. Lektor menjadi orang yang terpanggil dan terpilih Allah, maka harus bersedia melaksanakan tugas dan panggilannya tersebut serta tidak alasan untuk menolak. Menjadi lektor sebuah pelayanan, pengabdian demi Gereja dan demi Kristus. Oleh sebab itu menjadi Lektor tidak memandang umur, latar belakang maupun pendidikan. d Menjadi Putra-Putri Altar Putra-Putri altar atau misdinar adalah perkumpulan yang dibangun Gereja atau Paroki setempat untuk menghimpun anak-anak usia SD–SMP agar dapat melaksanakan tugas yang dipercayakan Gereja kepada mereka. Perkumpulan ini menjadi tempat yang efektif bagi pembinaan iman remaja agar sungguh-sungguh mempunyai iman yang mendalam dan Putra-Putri Altar dengan bebas dan senang hati melibatkan diri dalam pelayanan hidup menggereja serta sebagai ungkapan tanggungjawabnya menjadi anggota Gereja. Selain itu, menjadi Putra-Putri Altar berarti menunjukkan rasa cinta kepada Gereja. Tugas utama misdinar itu membantu imam selebran saat penyelenggaraan Misa Amuristian Daely dan Subaryani, 2009: 37. e Anggota Paduan Suara Paduan suara adalah orang-orang yang bertugas menyanyikan lagu, dalam suasana kebersamaan, yang dapat membantu atau mendukung kemeriahan dan keagungan tindak liturgi yang sedang dirayakan Prasetya, 2003: 53. Menjadi 44 petugas paduan perlu latihan rutin dan pemilihan lagu diperhatikan agar dalam merayaan liturgi suasananya meriah dan khidmat. f Menjadi Pemazmur Pemazmur yaitu orang yang bertugas menyanyikan aneka mazmur sebagai tanggapan atas Sabda Allah yang telah didengarnya Prasetya, 2003: 53. Mazmur merupakan unsur penting dalam Liturgi Sabda. Menjadi pemazmur perlu mempersiapkan diri dengan baik sebelum melaksanakan tugas karena seorang pemazmur adalah mewartakan Sabda Tuhan. Mazmur tanggapan untuk menanggapi atau merenungkan isi dari bacaan pertama sedangkan bait pengantar Injil sebagai persiapan untuk mendengarkan Injil. g Menjadi Petugas Persembahan Yaitu orang-orang yang bertugas mewakili umat beriman Katolik dalam mempersembahkan bahan-bahan Ekaristi dan sebagian harta kekayaannya kepada Allah melalui Gereja Prasetya, 2003: 54. Petugas persembahan bisa dilaksanakan oleh semua umat beriman katolik yang bersedia untuk menghantarkan persembahan ke depan altar Gereja Katolik. h Pembaca Pengumuman Pembaca Pengumuman yaitu orang yang bertugas menyampaikan aneka informasi kepada umat beriman Katolik Prasetya, 2003: 54. Seorang pembaca pengumuman harus jelas dalam membaca pengumuman karena menyampaikan 45 informasi tentang kegiatan Gereja. Di suatu paroki, petugas pengumuman dibacakan oleh lektor dan ada pula oleh petugas khusus. 4 Pelayanan Diakonia Pelayanan kasih setiap anggota umat Allah terhadap satu sama lain dalah wujud dan bentuk yang konkret, khususnya di bidang kehidupan sehari-hari: material, sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan sehingga terwujud suatu kehidupan yang layak bagi seluruh umat Allah Komisi Kepemudaan, 1993: 39. Cox dalam Ardhisubagyo 1987: 30 Pelayanan Gereja didasari oleh Yesus sebagai Kepala Gereja, yang menyembuhkan, memperhatikan orang kecil dan mengampuni dosa. Yesus Kristus datang ke dunia bukan untuk dilayani tetapi melayani umat manusia Mrk 10:45. Mengembangkan pelayanan perlu dibeda- bedakan beberapa hal; pelayanan rohani pewartaaan, bimbingan pastoral dan pelayanan umum pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi, pelayanan intern atau ke dalam lingkup paroki bagi warga paroki, dan pelayanan ekstern atau ke luar bagi masyarakat Sumarno, 2011: 58. Fungsi pelayanan berkaitan dengan ketiga fungsi lain seperti koinonia, leitourgia, kerygma yang bersama-sama harus menjiwai dan mendorong umat untuk beriman untuk melaksanakan pelayanan Ardhisubagyo, 1987: 31. Banawiratma dalam Ardhisubagyo 1987: 31 mengatakan bahwa kegiatan Gereja bermuara pada pelayanan sesama dan bukan hanya kegiatan yang dapat memuaskan kebutuhan rohani. Bentuk-bentuk dari diakonia sebagai berikut: 46 a Bakti Sosial Bakti sosial adalah suatu kegiatan untuk menyalurkan rasa kemanusiaan kepada orang yang membutuhkan. Bentuk kegiatan dapat dilaksanakan di panti asuhan, panti jompo, panti asuhan cacat ganda, membersihkan lingkungan Gereja, membersihkan lingkungan masyarakat, membersihkan jalan, membantu saudara yang KLMTD dan lain-lain. Dengan mengadakan bakti sosial remaja dapat menyalurkan rasa solidaritas kepada saudara-saudara yang membutuhkan, meningkatkan rasa kepedulian, memotivasi terlebih untuk selalu bersyukur dalam kehidupan. b Donor Darah Donor darah merupakan aksi sosial dari seseorang yang sukarela untuk menyumbangkan darah melalui lembaga sosial seperti PMI. Aksi donor darah bisa dilakukan oleh semua orang yang rela dan memenuhi syarat untuk mendonorkan darah. Setetes darah yang kita berikan sungguh sangat berarti bagi yang membutuhkan. Aksi donor darah biasa diselenggarakan di Gereja maupun di masyarakat bila ada acara khusus. c Membantu Korban Bencana Alam Membantu korban bencana alam merupakan pelayanan yang diberikan saudara-saudari yang membutuhkan dengan yang seiman maupun bukan seiman. Dalam membantu korban bencana alam berupa memberikan uang, bahan makanan, sembako, pakaian, penghiburan dan lain-lain sesuai yang dibutukan. 47 Membantu korban bencana alam sekecil apapun sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan pertolongan kita. d Mengunjungi orang yang kurang tersapa Mengunjungi orang yang lemah, kurang tersapa, miskin, tersingkir dan sudah tua juga menjadi kewajiban kita sebagai sesama. Dengan mengunjungi sekedar untuk menanyakan kabar atau keadaan akan membuat orang itu merasa tersapa dan dihargai sehingga merasakan kebahagiaan serta kekeluarga.

3. Keterlibatan Hidup Menggereja

Keterlibatan hidup menggereja diartikan sebagai pengabdian secara sukarela untuk mengambil bagian dalam bidang koinonia, kerygma, leitourgia dan diakonia. Tujuan dari hidup menggereja adalah terwujudnya keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan manusia serta hadirnya Kerajaan Allah. Umat yang terlibat bertitik tolak dari perhatian Yesus. Pola dasar keterlibatan umat ini dapat dilihat dalam pengutusan para murid Luk 10:1-12. Yang dimaksud dengan keterlibatan umat yaitu berangkat dari kehendak Yesus dan dikembalikan kepada kehendak Yesus Sarjumunarsa, 1989: 497. Dalam pertemuan World Youth Day 2013 mengangkat tema “Pergilah, dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku” bahwa kaum muda dipanggil menjadi murid- Nya, diberi tugas mewartakan Kabar Gembira dan terlibat secara aktif bagi perkembangan orang muda katolik di paroki atau keuskupannya serta mampu menjadi motivator serta penggerek orang muda Philip, 2013: 14. 48 Umat yang tidak pernah terlibat hidup menggereja imannya akan menjadi dangkal, apabila aktif terlibat dan bertemu dengan umat lain imannya akan semakin kokoh. Semakin aktif para warga terlibat dalam pertemuan serta kegiatan, semakin mantaplah keanggotaannya, semakin akrab dengan saudara- saudara sewarga, dan semakin membaralah semangatnya Mariyanto, 1987: 80. kaum muda sebagai harapan Gereja CFL. art. 46 yang berarti bahwa masa depan Gereja berada di tangan kaum muda sebagai generasi penerus untuk mengembangkan gereja. Dengan demikian kaum muda diberikan tanggung jawab untuk ikut serta mengambil bagian dalam kegiatan yang ada di gereja di masa mudanya sehingga nantinya dapat menggantikan generasi yang sudah tua. Oleh karena itu, dalam keluarga katolik sebagai orang tua perlu mendorong dan melatih kaum muda untuk mengembangkan iman serta jatidiri melalui kegiatan yang bersifat humanis dan religius melalui kegiatan-kegiatan seperti latihan koor, pertemuan-pertemuan di lingkungan maupun paroki, membaca dan mendalami Kitab Suci, taize, rekoleksi, retret dan sebagainya Prasetya, 2003: 107-108 .

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Hidup Menggereja

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan hidup menggereja terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat. a. Faktor Pendukung 1 Kemauan dari dalam diri Pada dasarnya proses perkembangan iman tampak dalam sikap iman yang terdiri dari pengetahuan, afeksi dan perilaku. Iman tanpa perbuatan adalah mati. 49 Orang yang beriman tidak hanya mengetahui apa yang di ajarkan oleh agamanya dan merasakan tetapi dapat mewujudkan dalam tindakan nyata. Dalam mewujudkan sikap iman membutuhkan kesadaran dan kemauan dari dalam diri. Motivasi pribadi membuat iman menjadi menjadi tetap dan orang yang bersangkutan mampu melibatkan diri dalam suatu tindakan baik dalam jangka waktu yang lama Adisusanto, 1995: 18. 2 Keluarga Keluarga sebagai tempat pendidikan utama dan pertama mempunyai peranan dalam hal mendidik anak. Sebagai orangtua perlu mengarahkan remaja untuk terlibat dalam hidup menggereja. Dengan mengajak dan mendorong remaja untuk terlibat dalam hidup menggereja membuat remaja berkembang dalam iman. Maka hendaklah para orangtua menyadari, betapa pentinglah keluarga yang sungguh Kristen untuk kehidupan dan kemajuan umat Allah sendiri GE, art. 3. Dalam hal ini berarti bahwa dalam keluarga katolik, orangtua diharapkan dapat menanamkan kebiasaaan untuk mengembangkan iman kaum muda sehingga kaum muda tidak hanya dituntut untuk belajar tetapi juga mengembangkan jati diri melalui kegiatan religius. 3 Lingkungan Di dalam lingkungan tersebut remaja bersosialisasi dengan teman, tetangga dan orang-orang yang ada disekitarnya dari berbagai kalangan usia, latar belakang yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan remaja 50 baik positif maupun negatif. Remaja di dalam masa transisi dan kesehariannya tinggal di lingkungan perlu selektif dalam bergaul agar tidak terjerumus dalam hal-hal negatif. Lingkungan yang aktif tentu akan mendorong remaja untuk terlibat dalam hidup menggereja. 4 Teman Sebaya Adanya teman sebaya atau teman sepermainan menjadi pengaruh remaja untuk terlibat dalam hidup menggereja. Pada saat ini banyak remaja yang tidak mengikuti kegiatan karena tidak ada temannya. Oleh karena itu, teman sebaya dapat mempengaruhi motivasi remaja untuk terlibat dalam hidup menggereja karena merasa cocok, seumuran, tidak ada rasa grogi dan mempunyai keinginan yang sama. 5 Adanya pendamping Dalam masa peralihan, remaja membutuhkan pendamping yang mampu mendampingi, kreatif, sabar dan memotivasi untuk terus terlibat dalam hidup menggereja. Pendamping berperan tidak hanya mendampingi dalam perkembangan iman, tetapi pendamping yang mampu dan mau menjadi sahabat bagi remaja sehingga iman remaja selalu di bina dan semakin berkembang menuju kedewasaan kristiani. Pendamping perlu mengadakan kegiatan-kegiatan menarik agar remaja terus termotivasi dalam hidup menggereja. 51 6 Sekolah Sekolah perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam hidup menggereja seperti mengikuti kegiatan rohani sehingga siswa tidak hanya dituntut untuk belajar akademik dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Guru agama katolik tidak hanya mendorong siswa berhenti pada aspek kognitif dan aspek afektif tetapi aspek psikomotorik juga perlu supaya siswa sampai sikap iman. Oleh sebab itu para pendidik agama wajib berusaha memotivasi subyek didik tahap demi tahap sehingga ia berpegang pada paham dan nilai, bukan karena terpaksa, atau karena kebiasaan dan tradisi melainkan karena kesadaran pribadi Boli Kontan, 2011: 56. Dalam salah satu kompetensi PAK di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama menjelaskan bahwa siswa dapat memahami arti dan makna Gereja dan mewujudkan kehidupan bergereja dalam hidup nyatanya. Hal ini berarti bahwa siswa dapat memahami dan memaknai pengertian Gereja serta dapat ikut terlibat di dalamnya. b. Faktor Penghambat 1 Dalam diri Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam masa itulah remaja sedang mencari identitas diri. Kurangnya motivasi dari oranglain membuat remaja sulit untuk terlibat. Dalam mengikuti suatu kegiatan terkadang remaja hanya semaunya sendiri dan yang mengikuti kegiatan pun karena diajak oleh temannya dan ingin mendapat tanda tangan karena diminta 52 guru agamanya untuk melaporkan kegiatan yang diikuti. Hal ini remaja perlu disadarkan kembali pentingnya terlibat dalam hidup menggereja. 2 Kegiatan Yang Kurang Menarik Gereja sebagai persekutuan umat beriman yang mengimani Kristus. Seluruh kegiatan rohani dibawah wewenang gereja. Kegiatan gereja yang tidak menarik akan membosankan bagi remaja. Selain itu, kurangnya dukungan dari pastor paroki bagi remaja untuk menyelenggarakan suatu kegiatan akan membuat remaja tidak antusias dalam mengikuti kegiatan di Gereja. 3 Tidak adanya pendamping Peranan pendamping juga dibutuhkan bagi remaja dalam hal mendampingi imannya. Pendamping adalah seorang motivator bagi remaja. Remaja sangat membutukan pendamping yang dapat mendorong untuk terlibat dalam hidup menggereja. Pada kenyataannya pendamping bagi remaja seringkali disibukkan dengan kegiatan pribadi bahkan pula tidak adanya pendamping yang dapat mendampingi remaja. 4 Keluarga Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua mempunyai peran untuk mendidik putra-putrinya merupakan suatu kewajiban. Tanggung jawab sebagai orangtua tidak hanya dalam sekolah tetapi juga mempunyai tanggung jawab dalam hal perkembangan iman. Tidak ada dukungan

Dokumen yang terkait

Pendampingan iman orang muda sebagai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja orang muda Katolik Paroki Kristus Raja Barong Tongkok, Kalimantan Timur.

1 16 113

Evaluasi pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.

6 113 132

Upaya meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo Lukas, Sokaraja, Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur, Jawa Tengah melalui katekese umat model shared christian praxis.

29 354 137

Sumbangan katekese umat sebagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Mansalong Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan.

2 16 158

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari.

0 8 159

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda.

6 40 156

Pendampingan iman orang muda sebagai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja orang muda Katolik Paroki Kristus Raja Barong Tongkok, Kalimantan Timur

1 3 111

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda

2 2 154

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di Paroki Santo Antonius, Bade, Keuskupan Agung Merauke melalui shared christian praxis - USD Repository

0 4 141

Upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat melalui katekese - USD Repository

0 3 236