Metode Penulisan Sistematika Penulisan
17
tentang pengalaman imannya agar iman semakin diteguhkan, diwartakan dan diwujudkan dalam tindakan konkret.
b. Tujuan Katekese
Tujuan katekese untuk memperoleh murid calon katekumen, membantu umat mengimani Yesus, membina iman umat sehingga dapat membangun Gereja.
Hal ini sesuai dengan perintah Kristus yang terakhir: Katekese merupakan seluruh usaha dalam Gereja untuk memperoleh murid-
murid, untuk membantu umat untuk mengimani bahwa Yesus itu Putera Allah, supaya dengan beriman mereka beroleh kehidupan dalam nama-Nya
bdk I Yoh 1;1, dan untuk membina serta mendidik mereka dalam perihidup, dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus CT, art. 1.
Catechesi Tradendae artikel 20 menguraikan bahwa tujuan katekese adalah “mengembangkan iman umat yang baru mulai tumbuh, dan hari ke hari
memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan hidup Kristen umat beriman, muda maupun tua”. Dengan demikian katekese bertujuan untuk
mengembangkan iman menuju kedewasaan iman sehingga semakin mantap hidup menurut nilai-nilai kristiani bagi umat muda maupun tua. Oleh karena itu,
katekese merupakan tahap pengajaran dan pendewasaan iman. Huber 1981: 22-23 merumuskan tujuan komunikasi iman adalah:
a. Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman- pengalaman kita sehari-hari.
b. dan kita bertobat metanoia kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup Kristiani sehari-hari.
c. dengan demikian kita semakin supaya dalam terang Injil, kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari.
d. sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan hidup Kristiani semakin dikukuhkan.
18
e. sehingga sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup ditengah masyarakat.
Pada tujuan yang kesatu sampai ketiga memperhatikan pada peserta sendiri sedangkan tujuan keempat dan kelima menegaskan tujuan sebagai Gereja dan
berpuncak pada hidup ditengah masyarakat Huber, 1981: 23. Tugas katekese adalah mendorong umat beriman bertindak aktif dalam Gereja dan masyarakat
Telaumbanua, 1999: 55. Menurut Direktorium Kateketik Umum 1971 tujuan katekese membuat
iman umat hidup, dasar dan aktif lewat cara pengajaran DKU 17 dan karya gerejani, yang menghantarkan kelompok maupun perorangan kepada iman yang
dewasa DKU 21. Katekese ditujukan untuk perkembangan iman menuju kedewasaan atau kematangan iman.
Katekese berperan dalam pendidikan iman. Katekese sebagai pendidikan iman juga bertujuan untuk membantu orang beriman agar semakin terlibat dalam
hidup menggereja dan memasyarakat. Dalam hal ini Adisusanto 1995: 13 mengatakan katekese sebagai pendidikan iman merupakan salah satu bentuk karya
pewartaan Gereja, yang bertujuan membantu orang beriman agar iman mereka makin mendalam dan agar mereka makin terlibat dalam dinamika hidup
menggereja dan memasyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Tempat dan peranan katekese dalam bidang dasar karya pastoral pada
kerygma pewartaan yang mempunyai fungsi untuk mewartakan Injil bagi umat manusia. Dalam mengemban fungsinya untuk mewartakan Injil, bidang kerygma
19
mewujudkan pelayanan diantaranya melalui evangelisasi, teologi, kotbah dan katekese.
c. Isi Katekese
Isi katekese yang diberikan untuk umat perlu disesuaikan dengan karakteristik umatnya yaitu permasalahan, latar belakang, situasi, kebutuhan dan
pesertanya. Sumarno 2013: 4 mengatakan bahwa isi Katekese dapat bersumber dari Tradisi, Kitab Suci, refleksi iman dari para teolog, dan bacaan pada hari
Minggu. Menurut Catechesi Tradendae art 26-27, Isi pokok katekese adalah seluruh
peristiwa Yesus Kristus dan interpretasinya serta seluruh kekayaan iman Gereja. Pribadi Yesus Kristus yaitu tindakan dan sabda-Nya menampakkan cinta kasih
dan kesetiaan Allah Bapa kepada umat manusia. Bahan dalam proses katekese harus mengarah pada Yesus Kristus karena Yesus Kristus adalah pola hidup umat.
Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja sepanjang tradisinya
Telaumbanua, 1999: 87. Selain bersumber pada Yesus Kristus, isi katekese juga dapat bersumber dari pengalaman hidup peserta sendiri. Langkah-langkah dari
katekese meliputi tiga unsur yaitu pengalaman hidup nyata, teks Kitab Suci atau Tradisi dan penerapan konkrit pada hidup peserta katekese Sumarno, 2013: 11.
d. Peserta Katekese
Rumusan PKKI II, dalam buku Katekese Umat yang ditulis oleh Huber 1981: 19 mengatakan:
20
Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami
Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pola hidup kelompok. Jadi, yang berkatekese ialah seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok-
kelompok basis maupun disekolah atau perguruan tinggi. Penekanan pada seluruh umat ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada
katekese sekatang. Penekanan peranan umat pada katekese ini sesuai dengan peranan umat pada pengertian Gereja itu sendiri.
Dari rumusan PKKI II menjelaskan bahwa yang menjadi peserta katekese adalah seluruh umat. Katekese tidak hanya ditujukan kepada sebagian umat tetapi
kepada semua umat yang terpanggil untuk mendalami iman secara terus menerus. Katekese juga dilaksanakan di paguyuban, sekolah dan perguruan tinggi.
Peserta katekese terbuka bagi umat yang belum dibaptis dan ingin mengenal Kristus katekumen sehingga seluruh umat memiliki peranan kedudukan
penting, ikut bertanggung jawab, dan aktif mengambil bagian di dalam kehidupan dan perkembangan katekese. Katekese milik umat, dari, oleh dan untuk umat
Heryatno, 2010: 5.
e. Sarana dan Metode Berkatekese
Dalam berkatekese diperlukan adanya sarana dan metode. Dengan adanya sarana dapat memudahkan peserta mendalami pengalaman hidupnya begitu juga
dengan metode yang menarik akan membuat proses katekese lebih menarik dan tidak membosankan sehingga tujuan katekese dapat tercapai. Yohanes Paulus II
dalam anjuran Catechesi Tradendae mengatakan bahwa: umur serta perkembangan nalar orang Kristen, taraf perkembangan rohani,
serta bentuk-bentuk kepribadian yang lainnya menjadi titik tolak dalam menggunakan metode dalam proses pembinaan sehingga tujuan pelaksanaan
katekese dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan CT, art. 51.