Metode Montessori Kajian Pustaka

13 merupakan mata pelajaran pokok dalam lingkup SD. Selain itu untuk belajar matematika bagi siswa SD sangatlah dibutuhkan alat peraga untuk membantu mereka memahami konsep-konsep matematika yang diajarkan oleh guru. Proses belajar mengajar menggunakan alat peraga juga dapat memberikan pengalaman kepada siswa dan siswa dapat menemukan kosep matematika yang mereka cari secara mandiri. Alat peraga juga membuat proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan menarik bagi siswa, maka siswa akan lebih antusisas dalam mengikuti kegiatan belajar didalam kelas.

2.1.2 Metode Montessori

Metode montessori merupakan salah satu metode pembelajaran yang diterapkan untuk anak-anak usia sekolah dasar yang sudah lama berkembang di Italia dan kini mulai menyebar ke Indonesia. Nama metode Montessori diambil dari nama pencetusnya metode tersebut yaitu Maria Montessori. Montessori merupakan salah satu tokoh besar pendidikan dan sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Montessori lahir di Chiaravalle, provinsi Ancona, Italia pada tanggal 31 Agustus 1870 dan wafat pada tanggal 6 Mei 1952 Magini, 2013: 103. Metode Montessori muncul dan mulai berkembang melalui sebuah sekolah yang dikelola oleh Montessori, yaitu Casai De Bambini atau Children’s House. Sekolah tersebut sebagai sarana belajar bagi anak-anak yang kurang beruntung dalam bidang finansial. Melalui Casai De Bambini inilah Montessori banyak mengamati perilaku anak dan menuangkan hasil pengamatannya ke dalam alat peraga yang terinspirasi dari alat peraga Itard dan Seguin Magini, 2013: 46-51. Menrut 14 Montessori metode Seguin merupakan metode yang menggunakan otot, sistem syaraf, dan panca indera Montessori, 2002: 28-24. Setelah lama mengamati peserta didiknya, Montessori mulai mendapatkan banyak hal tentang pendidikan pada anak. Montessori menyatakan dua pendapat dalam bidang pendidikan. Pertama yaitu, bahwa anak tidak hanya mendapat dan menerima pengetahuan eksak tetapi dengan metode Montessori ini anak diajarkan untuk mendapatkan pengetahuan dengan melalui dirinya sendiri secara bebas sehingga pengetahuan yang diperoleh tidak dipaksakan dan anak dapat bergerak bebas. Kemudian yang kedua yaitu, pada kondisi anak dapat memperoleh atau tidak memperoleh pengetahuan pendidik tidak boleh memberikan hadiah atau hukuman. Hal tersebut disebabkan karena akan membelenggu jiwa anak dan anak tidak dapat bergerak bebas atau tidak merdeka Montessori, 2002:4. Pada dasarnya ada 5 prinsip dasar dalam metode Montessori yaitu menghormati anak, pikiran penyerap, periode sensitif, swadidik, dan menyiapkan dengan lingkungan Bradley, 2013: 7-9. Guru yang menunjukkan rasa hormat kepada siswanya akan membuat siswanya belajar akan hal tersebut, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk orang lain. Dengan demikian akan terbentuk pribadi siswa yang baik karena mereka diajari dengan tindakan-tindakan yang baik. Konsep pikiran penyerap adalah setiap anak menyerap langsung ke psikisnya segala yang mereka pelajari sehingga akan lebih cepat dalam belajar. Montessori mengungkapkan hanya dengan hidup siswa dapat belajar, tetapi mereka tidak bisa belajar sendiri 15 melainkan membutuhkan guru, pengalaman dan lingkungan. Lingkungan dapat membantu siswa untuk belajar, bahkan dari lingkungan lah siswa lebih banyak belajar. Periode sensitif adalah tahap perkembangan anak dimana anak akan lebih mudah belajar suatu keterampilan khusus. Montessori adalah tokoh pendidikan yang menekankan ketika anak bermain, ia akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya Sudono, 2002: 2. Dengan hal tersebut anak bermain namun disisi lain mereka tidak sadar bahwa mereka sedang melakukan sesuatu pembelajaran. Metode ini sangat menekankan pembelajaran yang dilakukan oleh anak secara mandiri dengan sedikit mungkin bantuan dari orang dewasa Montessori, 2002: 3. Berdasarkan hal tersebut, maka dari itu penerapan metode Montessori dalam pembelajaran selalu berkaitan dengan alat peraga. Alat peraga merupakan salah satu sarana bagi anak untuk bermain sambil belajar. Ciri dari metode Montessori juga salah satunya adalah penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Montessori merancang dan membuat sendiri alat peraga sesuai dengan hasil pengamatannya dan mengacu pada alat yang dibuat oleh Itard dan Seguin Magini, 2013: 46-50. Alat peraga Montessori di rancang sesuai dengan kebutuhan anak baik secara kognitif maupun secara fisik. Secara kognitif, alat peraga dikembangkan sesuai dengan kemampuan anak yaitu untuk membuat materi pembelajaran menjadi lebih nyata. Sedangkan secara fisik, alat peraga Montessori disesuaikan dengan fisik anak. 16

2.1.3 Alat peraga