20 Sebagai contohnya pada permainan menggunakan alat peraga “pink
tower ”. Alat peraga tersebut terdiri dari 10 kubus dengan ukuran yang
bergradasi. Kubus pertama berukuran 10cm untuk setiap sisinya. Kubus kedua berukuran 1cm lebih kecil ukuranya dari kubus pertama. Kubus
ketiga berukuran 1cm lebih kecil dari kubus kedua dan begitu seterusnya sampai kubus kesepuluh. Pada awal permainan, anak akan menurunkan
satu per satu balok-balok tersebut pada karpet. Selanjutnya anak berlatih membuat sebuah menara pink dengan menyusun kubus-kubus tersebut
dari yang terbesar sampai yang terkecil Montessori, 2002: 174. Permainan ini merupakan permainan yang paling menyenangkan bagi
ana k yang mulai berusia 2 tahun. Melalui permainan “pink tower”,
rasionalitas anak mengenai ukuran terbentuk secara bertahap.
3. Auto-education
Montessori menciptakan alat peraga dengan disesuaikan kebutuhan dan kemampuan anak dengan mepertimbangkan berbagai hal, misalnya :
ukuran, bentuk, dan berat alat peraga. Hal tersebut bertujuan agar dalam menggunakannya anak lebih mudah dalam mengambil, membawa, dan
mempermainkannya sesuka hati tanpa harus meminta pertolongan pada orang dewasa karena mereka sudah mampu melakukannya. Anak bisa
mendapatkan pengetahuannya sendiri melalui penggunaan alat peraga yang digunakan. Sebagai salah satu contohnya adalah satu set blok
“incastri solidi” yang disebut dengan inkastri. Alat peraga ini terdiri dari sepuluh kayu berbentuk silinder dengan gradasi ukuran sekitar 2 mm pada
21 setiap kayu Montessori, 2002: 169. Permainan yang dilakukan dengan
alat peraga ini adalah anak memasangkan setiap silinder dengan lubang yang sesuai. Selama melakukan permainan tersebut, anak akan
menyelesaikan permainannya tanpa ada intervensi dari orang lain. Anak- anak merasa sangat senang dengan permainan tersebut. Melalui permainan
ini, anak dapat memahami hubungan antara inkastri dengan lubang pada blok. Anak mempelajari bahwa setiap inkastri hanya akan bisa masuk
pada lubang yang sesuai dengan ukuran inkastri. Hal terpenting yang dipelajari anak dari permainan tersebut adalah mengenai dimensi ukuran
Montessori, 2002:169.
4. Auto-correction memiliki pengendali kesalahan
Alat peraga Montessori memiliki pengendalian kesalahan. Alat-alat Montessori akan membantu anak anak dalam mengoreksi setiap kesalahan
yang mereka lakukan ketika menggunakan alat peraga tanpa meminta bantuan dari orang lain. Setiap campur tangan dari pendidik untuk
membantu atau mengoreksi akan merusak seluruh proses pembelajaran ini. Montessori menggaris bawahi bahwa
“a man is not what he is because of the teachers he has had, but because of what he has done” Montessori,
2002:172. Sebagai contohnya dalam permainan memasangankan silinder kedalam lubang-lubang pada balok. Anak-anak sangat antusias dalam
melakukan permainan ini, mereka akan memasukan silinder dengan lubang yang berukuran pas dengan silindernya. Ketika mereka
memasukan silinder yang besar kepada lubang-lubang yang kecil, maka
22 silinder itu tidak dapat masuk kedalam lubang. Dengan demikian, mereka
akan memilih lubang yang lebih lebih besar untuk dapat memasukan silinder yang besar. Hal tersebut menandakan bahwa anak dapat
mengoreksi kesalahannya sendiri tanpa harus dibantu orang lain Montessori, 2002:167-184.
Pengendali kesalahan dalam pembelajaran Montessori tidak hanya terdapat pada setiap alat peraga, namun juga terdapat pada lingkungan
pembelajaran. Lingkungan pembelajaran yang dipersiapkan dengan adanya pengendali kesalahan, misalnya meja dan kursi yang digunakan
oleh anak-anak Montessori, 2002:83. Jika anak melakukan gerakan yang tidak tepat ketika duduk atau berdiri maka meja yang ada di dekatnya atau
kursi yang digunakannya akan memunculkan suara. Melalui suara tersebut anak mengetahui bahwa gerakan yang dilakukannya tidak tepat.
2.1.3.4 Alat Peraga Papan Pin Perkalian