Manfaat Alat Peraga Berbasis Montessori

85 W2S4B24-27. Narasumber guru juga berpendapat bahwa alat peraga terlalu berat untuk anak-anak W2S1B103-105.

4.2.2.3 Manfaat Alat Peraga Berbasis Montessori

Alat peraga merupakan sebuah alat yang digunakan guru untuk membantu kelancaran dalam proses belajar mengajar di dalam kelas agar siswa lebih mudah memahami materi-materi yang disampaikan. Alat peraga juga sebaiknya memiliki karakteristik yang tepat agar alat peraga dapat digunakan sesuai dengan tujuan awalnya. Alat peraga Montessori memiliki karakteristik dasar yaitu menarik, memiliki auto-correction, memiliki auto- education, kontekstual, dan bergradasi. Alat peraga papan pin perkalian sebenarnya sudah memiliki karakteristik seperti alat peraga dari Montessori yang lainnya. Hanya saja pengimplementasiannya di dalam kelas yang kurang maksimal. Seperti auto- correction yang tidak berjalan dengan baik karena penjelasan awal dari tim eksperimen kepada guru kurang jelas ataupun guru yang tidak bisa menjelaskan secara detail kepada siswa. Karakteristik yang lain sudah muncul, seperti auto-education, menarik, dan kontekstual. Manfaat dari papan pin perkalian sebenarnya sudah sejalan dengan tujuan awal, yaitu membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi pembelajaran. Seperti yang diungkapkan narasumber guru yang mengatakan “ya sangat membantu anak- anak. Seandainya ada pasti saya pakai. Berhubung tidak ada ya. Hehe” W2S1B42-44. Ketiga narasumber siswa juga merasa terbantu oleh alat peraga seperti yang diungkapkan narasumber T yang merasa lebih bisa dan 86 alat sangat membantunya W2S4B11-13. Narasumber K juga mengungkapakan bahwa alat peraga sangat membantunya, setelah ditanyai tentang apakah alat peraga membantunya atau tidak dia menjawab dengan mengatakan “lebih mengerti” W2S3B18. Ketika dimintai alasan mengapa menjadi lebih mengerti, naras umber K mengatakan “mergo alate pinter karena alatnya pintar” W2S3B21-22. Selain memiliki manfaat sebagai alat bantu siswa dalam memahami materi, alat perga papan pin perkalian juga memiliki karakteristik auto- education yang membuat siswa untuk belajar secara mandiri menggunakan alat peraga untuk menyelesaikan soal-soal. Narasumber guru mengungkapakan perasaan senangnya ketika melihat siswanya aktif belajar menggunakan alat peraga dengan mengatakan “saya merasa senang, di samping melihat anak-anak aktif menggunakan alat peraga dan langsung tau cara memakainnya lalu kemudian menggunakan dengan baik” W2S1B5- 10. Ketika peneliti melakukan pengamatan di dalam kelas, terlihat juga narasumber telihat aktif dalam menggunakan alat peraga untuk mengerjakan soal seperti yang terlihat pada sikap narasumber B, K dan T yang fokus menggunakan alat peraga O1S4B97-100, O1S2B118-120, O2S3B118- 125. Dengan sikap narasumber yang terlihat aktif, fokus dan merasa asik pada saat pembelajaran menggunakan alat peraga berlangsung itu berarti alat peraga memiliki karakteristik auto-education. Karakteristik lain yang menonjol dari alat peraga papan pin perkalian adalah menarik dan kontekstual. Semua narasumber tertarik dengan alat 87 peraga papan pin perkalian. Narasumber guru mengungkapkan ketertarikannya dengan “karena saya gak punya yang jelas saya tertarik dengan alat tersebut mas. Karena gak ada apa saya belum tau ” W2S1B24- 27. Guru juga berniat untuk menggunakan alat peraga tersebut dilain waktu dengan mengungk apakan keinginnanya secara gamblang “ingin menggunakan mas, kalo ada.” W2S1B47-48. Selain guru, ketiga narasumber juga mengungkapkan bahwa alat peraga menarik. Narasumber K mengungkapkan ketertarikannya terhadap alat peraga dengan mengatakan “menarik, bentuke kotak menarik, bentuknya kotak” W2S3B52-53. Hal senada juga diungkapkan oleh narasumber lain W2S2B60 W2S4B43. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan alat peraga papan pin perkalian juga merupakan bahan-bahan yang sering ditemui oleh siswa. Ketika ditanyai oleh peneliti tentang bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan alat peraga narasumber T menjawab “tahu.. kertas, kayu, paku payung..” W2S4B46. Narasumber B juga tahu tentang bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan alat peraga W2S2B88. Hal tersebut menandakan alat peraga memiliki karakteristik kontekstual. Alat peraga papan pin perkalian dirasa hanya dapat digunakan pada siswa kelas bawah. Papan perkalian jika digunakan di kelas atas terlihat terlalu mudah dan kurang menarik, pernyatan tersebut diperkuat oleh pendapat dari narasumber yang ditanyai peneliti tentang pantas tidaknya alat ini digunakan untuk semua kelas dari mulai kelas 1 sampai kelas 6 dan beliau menjawab “kalo menurut saya ya alat ini baik digunakan untuk kelas satu, 88 dua, tiga. Kalo kelas empat ke atas kan ya alat ini kurang simpel ” W2S1B64-67. Alat tersebut juga dianggap hanya untuk penanaman konsep dasar perkalian. Dari pendapat guru, terpapar bahwa alat peraga papan pin perkalian kurang tepat bila diterapkan di kelas atas, hal tersebut berarti papan pin perkalian kurang memiliki karakter bergradasi untuk penggunaan dalam materi yang lain.

4.3 Pembahasan